06; Sam, Bucky, and Stark Rogers Siblings

Notes : Bagi yang masih belum mengerti, semua timeline canon akan saya ubah dan hancurkan #slap semua insidern di MCU terjadi namun tidak sesuai dengan tahun canonnya.

- Di Timeline Age of Ultron, Ultron menculik Peter dan Harley untuk membantunya membuat tubuh baru sebelum ia menculik Natasha.

- Di Timeline Winter Soldier, Bucky tidak pergi meninggalkan Steve, dan Steve membawanya ke markas. Ia sempat tinggal disana, namun Steve merahasiakan tentang bagaimana Bucky membunuh orang tua Tony. Penyebab utama dari Civil War dan juga perceraian Stony terjadi.

.
.

Sebelum Peter lahir, ia kehilangan seorang anak saat misi melawan Loki yang membuat ia terjebak dalam lubang hitam dan terjatuh. Ia bahkan hampir kehilangan nyawanya saat itu. Tentu saja ia cukup terpukul dengan itu, terlebih ia tahu Steve sangat menantikan kehadiran seorang anak saat itu.

Dan ia juga melarangnya untuk ikut dalam misi melawan Loki meski ia menolak dan bersikeras mengatakan ia baik-baik saja.

"Tony, aku membawakanmu donat yang kau suka."

Ia ingat bagaimana ia memutuskan untuk mengurung diri dan tenggelam dalam pekerjaannya. Ia tidak membiarkan siapapun untuk masuk ke dalam bengkel tempatnya berada selain Steve. Dan Steve, tampat biasa saja setelah kehilangan anak mereka itu. Ia tetap tersenyum, mencoba menghibur Tony dan merawatnya.

Ia sempat mengira jika Steve sebenarnya tidak benar-benar menginginkan seorang anak saat itu kalau saja ia tidak melihat Steve yang meluangkan waktunya untuk berdiam diri sambil memandangi beberapa barang yang sudah mereka siapkan untuk anak mereka saat itu.

"Steve," Steve tampak bergumam dan duduk disamping Tony, "...kau tidak apa-apa?"

"Tentu," Steve tampak tertawa pelan dan menatap kearah Tony dengan tatapan penuh tanya, "kenapa kau bertanya seperti itu?"

...

"Tidak ada maksud apapun."

Tony sudah terbiasa untuk berbohong di depan publik. Dan melihat Steve saat itu, ia bahkan yakin jika itu bukanlah senyuman yang sering diberikan oleh Steve untuknya. Steve menahan diri saat itu, dan Tony tahu hal itu.

.
.

Saat ia membuat kesalahan dengan menciptakan Ultron, Peter dan Harley yang saat itu berusia 13 dan 14 tahun yang menjadi korbannya. Ultron menculiknya saat itu, dan keadaan di markas gempar. Mereka mencoba untuk memikirkan semua cara mendapatkan kembali Peter dan juga Harley.

"Aku tidak ingin menghabiskan waktu terlalu banyak disini sementara Ultron bisa melakukan apapun pada kedua anakku."

"Tony, tidak akan ada gunanya jika kita bergerak tanpa rencana. Itu hanya akan membahayakan tim dan juga mereka berdua," Steve melihat Tony yang bahkan sudah siap untuk menghajar Ultron lagi beberapa saat setelah Ultron kabur dari menara Stark.

"Bukankah kau terlalu santai saat ini Steve? Kau tidak memikirkan anak-anakmu?" Tony menatap kesal kearah Steve yang tampak terdiam tanpa ekspresi kearah Tony. Ia hanya menghela napas, berbalik meninggalkan tempat itu.

"Aku akan melihat Morgan..."

Dan pintu otomatis itu tertutup begitu saja meninggalkan keheningan di tempat itu. Thor segera menghampiri Tony dan menepuk bahunya.

"Kau sedikit keterlaluan Stark. Aku yakin ia juga memikirkan keduanya."

"Aku tahu," Tony menghela napas melihat pintu yang tertutup saat itu, "aku tahu ia pasti memikirkan mereka."

Hanya saja, ia hanya ingin sekali saja Steve membiarkan dirinya menunjukkan sisi lemahnya meski hanya didepan Tony.

.
.

Surat didepan mereka sudah ditandatangani kedua belah pihak. Steve dan Tony. Dan mulai hari itu, mereka bercerai. Tidak ada ikatan pernikahan lagi diantara mereka berdua. Tony hanya melihat Steve yang pergi, tampak meninggalkannya dengan secarik kertas perceraian itu diatas meja.

Tony menghela napas, tampak berdiri dari posisinya dan tampak akan berjalan keluar dari sana menjemput Morgan dan mengantarkan Peter ke tempat May.

"Kau tidak apa-apa?"

Ia berhenti saat menyadari jika Steve masih berada di dekat pintu ruangan itu bersama dengan Natasha. Ia mengintip beberapa saat dibalik celah pintu yang sedikit terbuka, mendengarkan mereka berdua.

"Kalau ini memang keputusannya yang terbaik. Aku akan baik-baik saja..."

Steve menghela napas, hanya tersenyum namun tidak fokus dengan Natasha yang ada didepannya yang langsung memeluknya saat itu.

.
.

"Boss, Mr. Barnes berada disana dan meminta akses untuk bisa masuk ke lantai penthouse."

Friday memberitahu dari earphone yang ia kenakan saat mereka sedang mengantarkan Peter untuk beristirahat di kamarnya. Ia tidak ingin mengganggu Peter, itulah sebabnya ia tidak membiarkan Friday untuk mengumumkan semua hal yang ada di sekitar menara dengan suara lantangnya yang menggema di seluruh bangunan Stark.

...

Tony menatap Steve yang masih membantu Peter untuk mengganti pakaiannya. Tersenyum, seolah ia baik-baik saja. Semenjak Peter sakit, bukan ia tidak tahu jika Steve yang paling berusaha keras untuk tetap tenang dan juga banyak membantu hingga mengorbankan waktu istirahatnya, berharap Tony tidak menyadarinya.

Namun Tony, ia sudah terbiasa dengan beberapa kebohongan yang mengatasnamakan aku baik-baik saja untuk menutupi apa yang dirasakan oleh Steve. Ia tahu ia tidak akan bisa banyak berbuat apapun, dan ia tahu siapa yang bisa melakukannya.

"Berikan akses padanya..."

.
.

Bucky masih tidak berbicara apapun, terlalu kelu untuk mengatakan sesuatu didepan Tony. Ia masih merasa bersalah karena dirinya yang membuat Steve dan Tony bercerai. Karena Steve berbohong pada Tony untuknya, maka Tony dan Steve memutuskan untuk berpisah.

Itu yang berada dalam benaknya saat ini, terus menerus seolah itu adalah sebuah mantra kutukan yang tidak akan pernah lepas darinya.

"Aku bertanya padamu Barnes."

"Ia benar-benar kacau. Ia sampai tertidur karena lelah menangis," Bucky segera menjawab saat Tony bertanya kembali. Tony terdiam, menghela napas dan menatap Bucky, "kau tahu, Steve tidak punya perasaan khusus padaku sampai ia harus menahan diri didepanmu--"

"Aku tahu," Tony tampak memalingkan wajahnya dan tampak menghela napas, "menurutmu, selama 18 tahun aku bersama dengannya aku tidak tahu tentang itu? Ia menahan diri sejak awal hingga sekarang, tetapi ia terlalu bodoh untuk berbohong padaku."

"Itulah Steve. Ia melakukan itu untuk kalian..."

...

"Stark, aku benar-benar meminta maaf karena Steve--"

"Kau tahu apa yang membuatku marah pada kalian berdua?" Tony memotong perkataan dari Bucky dan hanya menghela napas sambil menggelengkan kepalanya, "bukan karena aku merasa jika Steve lebih memilihmu ketimbang keluarganya. Bukan juga karena aku merasa ia mencintaimu dan bukan aku."

Bucky tidak mengatakan apapun.

"Kalian berdua berbohong padaku. Aku sudah menganggapmu seperti keluargaku. Aku sudah menganggapmu seperti Rhodey, Pepper, dan Happy. Seperti keluarga tanpa ikatan darah," Tony tampak memalingkan wajahnya, "aku tidak suka dibohongi. Sejak awal, ketika Obadiah yang kuanggap ayahku sendiri mengkhianatiku, aku tidak ingin lagi dibohongi oleh seseorang yang sudah kupercaya seperti keluargaku."

...

"Dan kalian melakukannya," Tony mendengus tampak seolah mengejek perkataannya sendiri, "kalian. Suamiku, dan juga kau--seseorang yang perlahan menjadi sahabat bahkan saudaraku sendiri--apakah kau pikir aku akan begitu saja menyalahkanmu karena membunuh orang tuaku? Aku tahu kau dikendalikan oleh Hydra saat kau mulai tinggal dengan kami. Dan sekarang, saat aku akhirnya mengetahui dengan cara terburuk, bukankah aku bisa menyelesaikan masalah itu tanpa harus membuatmu masuk penjara?"

"Aku sama sekali tidak menyalahkanmu atas kematian kedua orang tuaku. Yang kusalahkan darimu adalah, bagaimana kau begitu saja menghancurkan kepercayaanku padamu," Tony tampak menegakkan badannya dan berbalik akan meninggalkan Bucky begitu saja.

"Maafkan aku..."

...

"Kalau kau mau," Bucky menoleh pada Tony yang masih membelakanginya, "kau bisa menjenguk Peter besok. Wilson dan Natasha juga. Itupun kalau ia punya tenaga untuk menemui kalian."

"Stark--"

"Morgan melihatmu dan ingin bertemu denganmu. Harley akan menemuimu setelah ia pulang sekolah. Pakailah kamar Wilson sampai Steve terbangun. Biarkan ia tidur," Tony berjalan begitu saja, dan Bucky hanya bisa menatap punggung Tony yang menjauh dengan mata yang memanas ingin menangis.

.
.

Morgan sangat bersemangat. Tiga hari ia tidak bertemu dengan Peter setelah kedua ayahnya kembali membuatnya takut jika Peter tidak akan kembali lagi seperti kemarin-kemarin saat Peter tinggal bersama dengan May. Ia tidak ingin lagi berpisah dengan kedua kakaknya, ia juga belum menunjukkan bagaimana ia sekarang bisa memakai pakaiannya sendiri dan membereskan kamarnya.

Ia sedang belajar untuk mengikat rambutnya, masih selalu gagal, tetapi ia akan tetap belajar. Sekarang, ia masih bisa meminta bantuan Peter. Ayahnya Steve juga. Mereka sudah tinggal bersama lagi seperti dulu, jadi ia tidak perlu merepotkan bibi Pepper karena Tony ayahnya tidak bisa melakukannya dengan benar.

Ia sangat senang saat mendengar Friday mengatakan jika Peter sudah kembali bersama dengan kedua ayahnya. Meski ia sedikit bingung, kenapa Friday memintanya untuk sedikit tenang. Ia sudah berjanji pada Friday, dan Friday membawanya ke bawah. 

Saat pintu lift terbuka, ia bisa melihat mobil Tony, dan bagaimana kedua ayahnya itu turun dari sana. Ia baru bisa melihat Peter saat ia berlari mendekat. Ia juga tampak sangat senang, ia melihat pamannya Bucky, Sam, juga bibinya Natasha. Langkahnya sedikit pelan, bukan karena ia sudah berjanji pada Friday, namun ia melihat bagaimana Peter terlihat sangat sakit saat ini.

"Pete'," Morgan tampak berjalan perlahan, Tony dan Steve tampak berbincang sambil melihat kedua pamannya yang juga datang saat itu. Saat Steve kembali berjalan bersama dengan Tony, Tony mengisyaratkannya untuk tidak terlalu ribut. Morgan mengangguk, dan Tony tersenyum, menggendongnya dan membawanya pergi ke atas.

.
.

"Kau butuh sesuatu Peter?"

Saat mereka tiba di lantai paling atas menara, Tony menanyakan Peter yang tampak terbangun namun tidak bergerak dari gendongan Steve. 

"Aku ingin berbaring, kepalaku sakit..."

Peter bergumam, dan Steve segera mengangguk. Ayahnya menurunkan Peter dan meyelimutinya perlahan. Morgan bisa mendengar kedua ayahnya memperbincangkan sesuatu, sebelum Steve pergi dan meninggalkan Peter, Morgan, dan juga Tony bertiga.

"Peter," suara Morgan membuat Peter menoleh kearahnya, segera tersenyum Peter mengibaskan tangannya mengisyaratkan anak itu untuk mendekatinya. Morgan tampak sedikit ragu namun pada akhirnya mengangguk dan berjalan perlahan. Tony membantunya untuk duduk di tepi ranjang hingga Morgan bisa melihat dengan jelas Peter.

"Jadi, apakah kau merindukanku bambina?"

"Ya, daddy dan papa tidak memperbolehkanku untuk menginap di kamarmu saat itu. Padahal aku ingin mendengarmu bercerita sebelum aku tidur," Morgan tampak tersenyum dan berbicara dengan nada yang paling pelan namun masih bisa didengar oleh Peter. Peter hanya tertawa pelan.

"Aku bisa membacakanmu malam ini kalau kau mau? Dan aku bisa mengikatkan rambutmu lagi."

"Sungguh?" Morgan tampak menatap dengan tatapan berbinar kearah Peter yang mengangguk dan tersenyum. Tentu ia menantikan saat itu, namun ia segera menyadari sesuatu. Peter saat ini terlihat sakit. Sangat sakit. Dan yang ia harus lakukan setiap sakit adalah beristirahat.

"Morgan... bisa sendiri, aku sudah belajar mengikat rambutku sendiri. Dan aku sudah bisa membaca," Morgan tampak tersenyum dan menaruh tangannya di pangkuan. Hanya menatap cemas pada Peter yang tampak memujinya kembali.

"Oh, aku akan menunjukkan padamu kalau aku bisa mengikat rambutku sendiri!"

Morgan berdiri dan tampak berjalan akan keluar dari kamar Peter. 

"Kau ingin diantar Moguna?"

"Tidak daddy, aku bisa sendiri!" Morgan membuka pintu, dan keluar perlahan, sempat melihat Peter yang tampak sangat lelah. Ia tidak ingin mengganggu Peter, tetap ia berjanji akan menunjukkan pada Peter jika ia bisa melakukan hampir semua hal sendirian sekarang saat ia bangun dan sehat.

.
.

Sam sudah berada di kamar yang berada di ujung lorong itu. Ia sedang membaca buku saat Bucky datang membuka pintu dan tampak masuk begitu saja sambil menghela napas.

"Bagaimana dengan mereka?"

"Entahlah," ia begitu saja merebahkan dirinya disamping Sam dan menutup matanya, "Steve benar-benar kacau karena ini. Juga Tony..."

'Aku tidak menyalahkanmu karena kematian orang tuaku. Aku hanya menyalahkanmu karena kau berbohong padaku.'

"Kau memanggilnya Tony lagi?"

"Hei Sam," Sam bergumam tidak begitu peduli Bucky tidak menjawab perkataannya, "aku orang idiot ya..."

...

"Kau baru menyadarinya?"

"Aku tidak mengerti kenapa aku bisa berakhir denganmu," Bucky tampak menatap Sam kesal sambil menggerutu sebelum ia menghela napas.

"Aku benci semua ini..."

"Semua orang juga," Sam menutup bukunya dan menghela napas berbaring disamping Bucky dan menatap kearah pria itu.

"Besok kita bisa bertemu dengan Peter jika keadaannya memungkinkan. Dan Harley akan menemui sebentar lagi. Morgan--"

Suara ketukan membuat keduanya saling bertatapan, dan Bucky berdiri untuk membukakan pintu perlahan. Ia tidak melihat siapapun saat melihat sejajar dengan matanya, namun sebuah sentuhan di kakinya membuat Bucky menoleh kebawah. Morgan tampak memeluk kakinya dengan erat namun hanya menunduk.

"Hei Morgan," Bucky tampak berjongkok dan melihat kearah Morgan, "kau datang sendirian kemari?"

Morgan hanya mengangguk dan tampak menundukkan kepalanya. Bucky menyadari jika rambut gadis itu saat ini tampak sangat berantakan dengan beberapa ikat rambut yang berada di atas kepalanya.

"Morgan? Kenapa--"

"Bisakah Paman Bucky membantuku? Aku sudah berusaha untuk melakukannya sendiri sebelum Peter bangun," Morgan meremas ujung pakaiannya dan tampak semakin menundukkan kepalanya. Bucky tampak mengerutkan dahinya, menatap Sam yang juga tidak mengerti, "rambutku..."

Ah pelan menjadi jawaban dari pertanyaan Bucky dan Sam dalam hati mereka. Bucky tersenyum, menggendong Morgan yang segera memeluk bahu Bucky. Tentu bukan bahu besinya.

"Kau tidak perlu malu untuk meminta tolong padaku," Bucky mendudukkan Morgan di atas ranjang Sam dan tampak melepaskan beberapa karet rambut di kepala Morgan.

"Biasanya papa atau Peter yang mengikatkan rambutku," Bucky sedikit menghentikan gerakannya, "dan Papa bilang, paman Bucky dan paman Quill sangat pintar melakukannya. Aku... aku sudah belajar cara melakukannya, tetapi selalu gagal."

"Tanganmu masih terlalu kecil. Aku yakin, jika kau meminta Papamu atau Peter, mereka masih mau melakukannya."

Karena Bucky tahu, Peter sangat suka memanjakan adik kecilnya itu begitu juga dengan Steve yang sangat menyayangi satu-satunya anak perempuannya itu. Morgan menggeleng dengan cepat.

"Morgan sudah besar. Morgan sudah belajar untuk mandiri, saat daddy tidak ada, belajar membereskan tempat tidurku sendiri bersama dengan bibi Pepper. Juga membereskan mainanku, dan menelpon daddy jika ada apa-apa. Morgan sudah hapal nomor telpon milik papa, daddy, Lee, dan Peter," Morgan menghitung hal-hal yang sudah bisa ia lakukan.

"Peter, Harley, dan kedua ayahmu tidak akan suka kau cepat dewasa dan memiliki kekasih," Sam tampak tertawa sendiri membayangkan bagaimana Morgan akan susah untuk mendapatkan pasangan dengan bagaimana protektifnya Tony, Steve, Peter, dan Morgan. Jangan lupakan semua paman dan bibi mereka.

Bucky segera memukul kepala Sam sekeras mungkin menggunakan tangan besinya membuat Sam mengaduh dan mengusap kepalanya.

"Tetapi Peter sedang sakit, aku tidak boleh membuatnya repot hanya karena aku masih kecil dan tidak bisa melakukan apapun," Sam seolah melupakan rasa sakitnya, dan Bucky terdiam sebelum menatap kearah Morgan, "saat aku sakit, Lee, Peter, daddy, dan papa akan menjagaku. Kalau daddy, papa, dan Lee harus menjagaku juga, mereka tidak bisa menjaga Peter. Peter terlihat lebih sakit daripada saat aku terkena flu karena bermain air hujan."

...

"Kau tidak perlu melakukan semuanya sendirian," Sam mengusap kepala Morgan dan tersenyum sambil menghela napas, "kami berdua akan tinggal disini lagi. Jadi, kalau mereka berempat sedang sibuk, kau bisa datang pada kami. Lagipula, paman Buckymu ini sangat pintar mengikat rambut. Dan kau tidak lupa dengan kue buatannya bukan?"

"Ya, aku sangat menyukai kue paman Bucky!"

"Hei-hei," Bucky tampak menatap keduanya yang tampak tertawa bersama, menghela napas sebelum tersenyum dan menepuk kepala Morgan.

"Baiklah, aku akan membuatkannya nanti."

"Kau janji paman Bucky!"

.
.

Harley sedikit terlambat dengan alasan bahwa ia harus mengerjakan beberapa tugas bersama dengan teman-temannya. Namun, hanya Steve yang tahu jika alasan sebenarnya adalah karena Harley tidak siap melihat Peter yang kembali ke rumah. Ia mendengar dari beberapa orang yang melakukan kemoterapi jika prosedur tersebut terkadang akan sangat tidak nyaman dan akan mengubah seseorang.

Ia tidak ingin Peter yang ia kenal berubah. Ia ingin Peter yang ia kenal sejak dulu.

Saat ini, tidak memiliki alasan lainnya dan berdiri di depan lift menuju ke Penthouse pada pukul 5 sore, Harley hanya bisa terdiam sebelum menghela napas.

"Apakah kau ingin kuantar ke tempat boss dan Mr. Rogers?"

"Tolong Fri," Harley hanya bisa bergumam dan menghela napas sekali lagi. Seberapa banyaknya ketakutannya untuk bertemu dengan Peter, ia benar-benar ingin bertemu dengannya dan memastikan jika Peter baik-baik saja.

"Mr. Barnes Ms Romanoff, dan juga Mr. Wilson saat ini berada di kamar mereka. Apakah kau ingin menemui mereka juga?" Harley sedikit terkejut mengetahui jika Tony memperbolehkan Bucky untuk datang kemari. Namun, mungkin ayahnya itu memiliki alasan untuk memperbolehkan Bucky untuk disini.

Dan ia berani bertaruh, itu untuk Steve.

"Dad," saat lift terbuka, matanya tertuju pada Tony yang baru saja keluar dari kamar Peter bersama dengan Rhodey yang mendorong punggungnya. Tony menoleh pada Harley dan tersenyum, menghampirinya, "bagaimana keadaan Peter?"

"Ia sudah tidur sejak 2 jam yang lalu. Akhirnya," Harley sedikit tidak mengerti apa yang dimaksud akhirnya oleh ayahnya.

"Itulah sebabnya aku akan menariknya paksa untuk beristirahat. Kemarin ia juga tidak tidur," Rhodey tampak mendorong punggung Tony yang hendak protes.

"Bagaimana jika Peter butuh sesuatu?"

"Aku akan menemaninya," Harley bahkan tidak yakin apa yang ia katakan, namun ia sudah mengatakannya. Tony menatap kearah Harley terlebih dahulu, dan tersenyum padanya sebelum menepuk kepalanya beberapa kali.

"Baiklah, aku mengandalkanmu..."

.
.
NOTE : Untuk shipper Parley (Termasuk saya :")) tabahkan hati kita. Karena book ini book Spideypool :")
.
.

Harley membuka pintu perlahan mencoba untuk tidak menimbulkan bunyi sekecil apapun. Ia bisa melihat beberapa perubahan yang ada di kamar Peter. Beberapa tiang infus yang dibeli oleh Tony untuk keadaan darurat, juga beberapa tabung oksigen. Ia juga bisa melihat beberapa botol obat yang terlihat ditaruh didekat Peter berbaring.

Perubahan kecil itu saja sudah membuatnya khawatir. Ia mendekat, duduk di kursi yang ada di dekat ranjang Peter. Iris matanya beralih, melihat kearah sosok yang tengah berbaring di depannya. Kakaknya, Peter Parker. Ia tahu Peter bukanlah anak yang lemah, Natasha sering sekali melatihnya untuk bertarung. meskipun Peter bukan superhero sepertinya atau kedua ayahnya, ia tidak pernah menunjukkan jika ia lemah.

Namun, saat melihat betapa pucatnya wajah Peter, dan bagaimana tulang pipinya terlihat menonjol karena tubuhnya yang begitu cepat menjadi kurus, Harley hanya bisa terdiam. Ia menjatuhkan dirinya di kursi sebelum ia terjatuh.

"Apa yang membuatmu harus mendapatkan ini bodoh..."

Harley hanya bisa memijat keningnya frustasi, melihat bagaimana berubahnya Peter bahkan hanya dalam waktu 3 hari ini. Ia memandangi rambut curly Peter, mengingat beberapa orang memberitahunya jika kemoterapi bisa membuat rambut rontok hingga botak.

Perlahan, ia menggerakkan tangannya dan tampak akan menyentuh rambut Peter perlahan seolah takut rambutnya akan benar-benar botak hanya karena sentuhannya. 

"Sayangnya, rambutku tidak rontok karenamu Lee," Harley tersentak saat mendengar suara Peter. Ia melihat Peter yang terbangun dan tersenyum jahil padanya meski senyuman itu tampak tidak begitu bersemangat seperti biasa mereka saling mengejek satu sama lainnya. Bibirnya sedikit kelu saat ia berusaha untuk menyunggingkan senyuman.

"Sayang sekali, padahal aku ingin membuat prank untukmu di tanggal satu April nanti sampai kau botak," jawabnya sambil mendengus. Peter tertawa pelan, hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah dari Harley. Ia memperhatikan Harley, berbincang beberapa hal seperti apa yang dilakukan oleh Harley dan Morgan saat ia tidak ada.

"Kurasa Morgan sekarang menyayangiku sampai 5000 kali."

Harley menceritakan dengan semangat atau setidaknya ia mencoba. 

"Lee, bisakah kau," Peter menunjuk kearah kantung sampah yang ada di dekat ranjang sambil menutup mulutnya dengan sebelah tangan. Harley membulatkan matanya, tampak segera menarik tempat sampah itu. Peter memuntahkan makanan dan obat yang baru saja ia makan dan minum 2 jam yang lalu sebelum ia tertidur.

Meskipun ia mencoba untuk menghentikannya, mengingat Harley ada disana, namun rasa mual itu tidak bisa ia hentikan selama beberapa saat. Harley sedikit mematung, namun segera membantunya, mengusap punggung Peter dan menunggunya hingga selesai. Bahkan, saat semua makanan itu tumpah ia masih merasa mual. Hanya beberapa cairan ludah yang dimuntahkan.

Peter mencoba untuk mengatur napasnya, namun gagal. Ia sedikit sesak karena memaksakan diri untuk memuntahkan isi perutnya. Harley menggigit bibir bawahnya, sedikit panik dan tidak tahu apa yang harus ia lakukan. 

"Aku akan--"

"Tidak tidak," Peter menghela napas, perlahan sudah bisa mengendalikan napasnya. Tenggorokannya sedikit sakit membuat suaranya serak. Ia berdehem beberapa kali, tampak menatap kearah Harley, "maaf, aku sedikit tersedak saat tertawa. Ngomong-ngomong karena tadi aku jadi lapar. Kau punya sesuatu untuk kumakan?"

"Hanya beberapa cokelat kesukaanmu. Kebetulan aku melewati toko yang menjualnya. Aku juga membeli sandwich Delmar yang kau suka," tentu Harley sedikit berbohong soal itu. Tempatnya bersekolah dan juga dua tempat itu cukup jauh. Tetapi, ia mempersiapkannya untuk Peter.

"Aku tidak bisa memakan cokelat dulu," Peter sedikit tidak enak mengatakannya. Harley sedikit murung, bukan karena Peter namun ia lupa jika penderita kanker tidak bisa memakan cokelat dan gula terlalu banyak, "tetapi aku akan makan sandwich itu. Aku sangat lapar."

Harley tampak mengangguk pelan, memberikan sandwich itu sambil membantu Peter untuk bangun dari posisinya. Tentu saja meski Peter mengatakan lapar, ia hanya memakannya beberapa gigit sebelum ia menurunkannya.

"Ingin kau makan nanti? Aku bisa meminta pops untuk memanaskannya," Harley sadar bahwa nafsu makan dari Peter akan berkurang karena kemoterapi itu. Peter hanya tersenyum dan mengangguk. Ia tidak merasa kenyang namun tidak juga lapar. Jika ia memakan lebih banyak lagi, ia akan memuntahkannya.

Harley kembali bercerita bagaimana Ned dan juga MJ menghubunginya menanyakan keadaan dari Peter. Karena Peter tidak memberitahu Ned dan MJ, Harley memutuskan untuk tidak memberitahu kedua sahabat kakaknya sebelum Peter sendiri yang ingin mengatakannya. 

"Lalu Morgan mencoba untuk--" Harley berhenti berbicara saat ia melihat Peter yang tampak tertidur. Menghela napas, ia hanya bisa menatap kakaknya itu dan membenahi selimutnya. Ia menunggu beberapa saat, sebelum Steve yang baru bangun dari tidurnya pergi ke kamar dan menyuruhnya untuk beristirahat.

.
.

Ia tidak ingat apa yang ia katakan pada Friday saat ia masuk ke dalam lift itu. Ia masih tidak bisa membuang pikiran tentang Peter dan perubahannya. Ia selalu mengatakan pada dirinya jika ia sudah siap. Ia mendengar beberapa orang mengatakan jika akan banyak penderita kanker yang mengalami depresi.

Tetapi Peter...

Ia sama sekali tidak menyangka jika Peter akan berubah secepat itu. Ia tidak pernah menyangka akan mendengar kata-kata itu dari Peter yang sudah ia kenal selama 15 tahun lamanya.

Peter tidak akan sembuh...

Napasnya tercekat, ia hanya bisa menarik napas dan menghembuskannya. Berusaha untuk mengaturnya agar ia tidak terkena serangan panik. Ia tidak boleh sampai berpikir seperti itu saat Peter sendiri mencoba untuk tidak membuatnya khawatir. Hanya ia selain Morgan yang tidak pernah terkena serangan panik. Jika ia mengalaminya dalam keadaan seperti ini, hanya akan membuat Tony dan Steve panik.

"Lee?"

Ia tidak mendengar lift terbuka, ia mendongakkan kepalanya dan menemukan Bucky yang tampak membulatkan matanya. Harley mencoba untuk mengatakan sesuatu, namun kembali ia bahkan tidak bisa bernapas dengan benar saat itu. Napasnya memburu seolah mencoba untuk mencari oksigen.

"Hei," Bucky segera bergerak dan mendekati Harley, "Friday mengatakan padaku jika tanda vitalmu menjadi abnormal. Aku kebetulan berada disini, bernapaslah kiddo."

Harley mencoba untuk menyamakan napasnya dengan napas Bucky. Meski masih terdengar bergetar, ia sudah bisa mengendalikan dirinya. Namun, tenaganya seolah terkuras begitu saja meski hanya untuk bernapas saat itu. 

"Ia baik-baik saja?"

"Ya kurasa," ia bisa mendengar Sam dan Bucky mengobrol, "dia sudah bangun?"

"Morgan? Ya, ia ingin bertemu dengan Harley," mendengar nama Morgan, Harley mendongak dan melihat Morgan yang digendong oleh Sam. Ia terbatuk beberapa kali mencoba memaksa oksigen untuk masuk ke dalam tubuhnya.

"Kau tidak apa?"

Harley masih terbatuk beberapa kali. Ia mengangguk dan menghela napas panjang. Ia baru merasakan serangan panik, dan ia segera membencinya. Ia tidak tahu bagaimana ayahnya bisa mengatasi hal itu setiap serangan datang.

"Hei," Harley menoleh pada Morgan saat ia sudah bisa menenangkan dirinya. Morgan masih menatapnya cemas dan sedikit takut, membuat ia mengutuk dirinya sendiri. Ia mengulurkan kedua tangannya kearah Morgan dan tersenyum, "aku tidak apa-apa. Maafkan aku, aku hanya tersedak."

Morgan terdiam sejenak sebelum memajukan badannya kearah Harley memintanya untuk menggendong anak perempuan itu. 

"Paman Bucky dan juga Paman Sam akan tinggal disini lagi. Mereka bisa menemani kita bermain," jawab Morgan dengan nada senang, "benar bukan paman?"

"Tentu, lagipula jika kedua ayah kalian sudah kembali bersama, itu artinya kami berdua akan jadi paman kesayangan kalian lagi bukan?" 

"Kalian tetap Pamanku, Paman Sam," Morgan tampak menggeleng dan tertawa geli. Sam sendiri tampak terdiam sebelum tersenyum dan menghela napas. Morgan tetap polos seperti terakhir kali mereka bertemu dan ia sangat bersyukur karena itu.

"Kalau begitu, ayo kita ajak kakakmu untuk bermain lagi. Atau ada yang lain yang kau inginkan?" 

"Oh! Oh! Aku merindukan kue kering paman Bucky! Bisakah kau membuatkannya paman?" Sam sedikit melompat-lompat di gendongan Harley sambil menoleh pada Bucky yang tampak sedikit melamun namun segera tersentak, "daddy tidak bisa membuatnya lebih enak darimu. Juga bibi Pepper, Paman Happy, ataupun Paman Rhodey."

"Tentu saja, bahkan papamu tidak bisa membuatnya," Bucky tersenyum miring dan tampak menatap Morgan, "baiklah, tetapi sedikit saja. Kau bisa tidak makan malam kalau terlalu banyak. Kalau kurang, aku akan membuatkanmu lagi besok."

"Baiklaaah..."

.
.

Waktu menunjukkan pukul 9 malam, Sam dan Bucky memutuskan untuk menonton TV bersama dengan Morgan dan Harley. Namun, sepertinya Morgan kelelahan dan tertidur sementara Harley sudah beberapa kali menguap. Suara film kartun yang dipasang oleh mereka berdua masih terdengar, namun baik Bucky maupun Sam tampak sesekali memperhatikan bahwa Harley bahkan tidak begitu tertarik dengan film itu dan memikirkan sesuatu.

Mereka bertaruh jika yang dipikirkan adalah Peter.

"Baiklah," Sam mematikan TV di depannya membuat Harley buyar dari lamunannya dan menatap Sam, "katakan apa yang kau pikirkan."

"Apa maksudmu? Aku tidak--"

"Cut the bullshit," Sam memotongnya dan tampak menatap Harley, "aku sudah mengenalmu sejak kau masih memakai popok. Kau tidak bisa menipuku begitu saja mengatakan jika kau baik-baik saja atau kau tidak mengerti yang kukatakan."

"Sungguh, aku tidak mengerti apa yang kau katakan..."

"Ini tentang Peter bukan?" Bucky tampak menatap Harley yang terdiam karena apa yang dikatakan oleh Bucky benar, "ini adalah hal baru yang kita harus hadapi. Kami tahu jika kau sangat memikirkan keadaan Peter."

"Kalian tidak mengerti," Harley hanya menghela napas dan menggelengkan kepalanya, "kami sudah terlalu banyak menghadapi hal baru. Serangan dari alien, para mutan, ataupun perceraian dan perpisahan ini. Tetapi kanker, penyakit itu sudah merubah Peter. Selama 15 tahun aku bersama dengannya, aku tidak pernah melihatnya selemah itu."

Sam dan Bucky tampak diam membiarkan Harley secara tidak sadar meninggikan suaranya dan mengeluarkan isi hatinya. Bucky yang juga mendengar bagaimana perasaan Steve, tentu saja sudah lebih siap dengan apa yang dikatakan oleh Harley. Hal yang hampir sama dengan yang dikatakan oleh Steve tentang bagaimana Peter tampak seolah semakin menghilang dari mereka, bagaimana Peter menjadi sangat lemah.

"Apapun yang terjadi pada kami, sejak kecil dari hal yang kecil hingga penculikan kami saat kejadian Ultron ataupun saat perceraian kedua ayah kami, ia tidak pernah sama sekali mengeluh atau terlihat lemah. Aku tidak bisa melakukan apapun untuknya saat ini, disaat ia selalu melakukan segalanya untuk membuatku dan Morgan baik-baik saja," Harley hanya bisa tertawa perih, menghela napas sebelum memijat keningnya.

"Maaf..."

"Tidak ada yang perlu dimaafkan, kau hanya mengatakan apa yang kau tahan selama ini," Bucky menepuk kepala Harley dan tersenyum, "dan semua orang juga tidak menginginkan hal ini. Peter tidak berhak untuk mengalami semua ini, juga kalian."

...

"Apakah egois jika aku hanya ingin semuanya kembali seperti dulu..."

"Sama sekali tidak," Bucky menghela napas dan masih menepuk kepala Harley, "sama sekali tidak buddy..."

.
.

Pada akhirnya keempatnya tertidur di sofa di TV. Atau kenyataannya hanya Harley dan juga Morgan yang tertidur. Sam duduk masih menonton saat ini film Star Wars dengan Bucky yang menyender padanya. Mereka berdua sudah menyelimuti Harley dan juga Morgan serta memasang kasur di depan TV.

Suara sesuatu yang bergerak membuat mereka menoleh. Dan tentu saja mereka sangat kaget melihat Peter yang saat itu berjalan sendirian dengan selimut yang melingkar di punggungnya.

"Peter?" Bucky segera berdiri dan Sam juga, mendekati Peter yang tampak tersenyum pada mereka berdua.

"Hei Paman Bucky, Paman Sam," suaranya serak. Peter terbangun malam itu, ia tidak begitu measa pusing, namun ia merasa lapar dan perutnya kosong. Steve dan Tony sudah tertidur di kamarnya, dan ia tidak ingin membangunkan keduanya, "ternyata benar yang kulihat tadi pagi."

"Kenapa kau bangun dari kamarmu? Kau butuh sesuatu?"

"Hanya sedikit lapar. Tetapi pops dan dad tertidur nyenyak di kamar sampai aku tidak tega untuk membangunkan mereka," Peter bergumam dan melihat Harley dan Morgan di ruang tamu, "apakah mereka tidak apa-apa?"

"Hm? Oh ya, ingin kubuatkan sesuatu?" Bucky tampak menoleh kearah Peter yang mengangguk. Bucky juga menanyakan tentang pertanyaan Peter sebelumnya.

"Apa maksudmu mereka tidak apa?"

"Morgan dan Lee terlihat sangat khawatir saat melihatku tadi," Peter bergumam sambil menatap Sam yang menggantikan Bucky menanyakannya, "aku tidak bisa melakukan apapun sejak dulu. Lee selalu menyelamatkanku saat aku dalam masalah, dan Morgan jadi sangat canggung setelah melihatku hari ini."

...

"Tidak seharusnya aku membuat mereka khawatir. Tetapi, aku berharap aku bisa melakukannya..."

"Mereka punya hak untuk khawatir pada keadaanmu," Sam menepuk kepala Peter dan menghela napas, "tetapi bukan berarti itu membuatmu terlihat lemah. Mereka hanya menyayangimu, dan mereka tahu jika kau bisa melakukannya, kau juga akan menyalamatkan mereka dari apapun yang membuat mereka khawatir."

Peter tampak tersenyum pada Sam dan Bucky kembali dengan pancake madu yang dibuatnya.

"Kubuatkan yang lembut. Suaramu serak, apakah tenggorokanmu sakit?" Bucky duduk disamping Peter dan memberikan Peter piring berisi pancake itu. Peter tampak mengangguk, bergumam terima kasih sebelum memakannya perlahan.

"Bolehkah aku tidur dengan kalian juga?"

Sam dan Bucky saling bertatapan saat Peter mengatakan hal itu.

"Sudah lama aku tidak tidur dengan kalian, ayolah. Aku akan baik-baik saja," Peter tertawa pelan dan Sam dan Bucky tidak mungkin mengatakan tidak untuk itu. 

"Tetapi bersiaplah untuk timbunan selimut yang akan kami berikan untukmu," Sam kembali mengacak rambut Peter. Peter berharap itu hanya lelucon Sam, namun saat Bucky membawa kembali belasan selimut dan menaruhnya di dekat Peter, pemuda itu tahu jika mereka berdua sangat serius.

Dan hanya butuh waktu beberapa menit, sebelum Sam dan Bucky menemukan Peter sudah tertidur di pangkuan Bucky. Bucky hanya tersenyum dan menghela napas, merasakan bagaimana kurusnya Peter saat itu, mengingatkannya akan Steve saat ia belum mendapatkan serum. 

Tidak. Ini bahkan lebih kurus. Dan Peter tidak pernah sekurus ini sebelumnya.

"Aku tidak menyangka kau bisa menangani anak kecil," Bucky menoleh kearah Sam yang tampak menatapnya balik.

"Aku menghadapi anak kecil setiap hari. Kau, Clint, Pietro, dan terkadang Steve, juga Harley," Bucky hanya menggelengkan kepalanya. Sam memukul pelan lengan Bucky dan hanya menggerutu pelan. 

...

"Kau pernah berpikir untuk memiliki anak?"

To be Continue

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top