Just Like Old Times

Boiboiboy menatap ke langit dan menghela napasnya, masih tidak yakin dengan apa yang ia lakukan. Apa yang ia lakukan ini benar? Atau justru dirinya malah akan membuat semuanya lebih buruk seperti dulu?

"Semua barangmu sudah lengkap?"

Pria tersebut hanya mengangguk sebagai jawaban sebelum menutup pintu bagasi, Ochobot pun menepuk bahunya. "Dengar, aku tahu kau memang ragu. Separuh penduduk Pulau Rintis, termasuk teman-teman kita memang menjadi korban. Namun kau harus ingat,Retak'ka juga berhasil kau musnahkan juga. Kau jangan menyalahkan dirimu terus, Boboiboy."

"Tetap saja ... aku tidak bisa mengabaikan rasa bersalahku. Semua memang kembali normal dan aman, tapi itu semua adalah salahku. Tidak ada gunanya jika keadaan kembali aman namun tiada satu pun orang yang kau sayangi tersisa, semuanya telah musnah dalam hitungan detik."

"Itulah harga yang harus kita bayar demi nyawa yang kita jaga, Boboiboy. Aku yakin, mereka semua tidak menyesal sedikit pun membantumu walau nyawa taruhannya." Boboiboy kini tenggelam dalam pemikirannya sendiri, benarkah yang dikatakan oleh rekannya tersebut?

"Baiklah, ayo kita berangkat." Ia pun memesan taksi online dan kembali menatap ke arah langit, berharap semua akan baik-baik saja.

Tak butuh waktu lama hingga taksi itu tiba, mereka berdua pun segera memasukkan barang dan naik, mereka akan menuju stasiun kereta api. Ia akan kembali ke sana, namun bedanya kini tidak akan ada yang memeluknya ataupun menjemputnya.

Waktu terus berjalan, hingga tak terasa ia tiba di Pulau Rintis. Tidak banyak yang berubah dengan tempat ini, bahkan bekas kejadian itu pun masih ada.

"Sepertinya mereka menjadikan tempat ini sebagai tempat rekreasi sejarah, mengingat tanah ini adalah tempat tinggal para pahlawan," komentar Ochobot, Boboiboy pun terkekeh. "Sepertinya kau benar. Ah, andaikan ada Gopal, pasti dialah yang paling bersemangat mengajukan ide itu."

Ochobot pun menatap Boboiboy iba sebelum melanjutkan perjalanan mereka menuju rumah Tok Aba, yang sudah menjadi salah satu situs wisata sejarah Pulau Rintis.

"Bagaimana caranya kita akan bertemu dengan ayahmu kalau begini? Kita bahkan sudah tidak punya tempat tinggal lagi, rumah kalian berlima sudah dijadikan tempat wisata," ucap Ochobot, Boboiboy pun mengerdikkan bahunya.

"Bagaimana kalau kita berkeliling? Toh, kita bisa tahu dimana lokasi yang sesuai untuk bertemu dengannya," tawar Boboiboy.

"Apa kau yakin, kau sendiri tidak apa-apa dengan ide gila itu?" tanya Ochobot tidak yakin. "Aku tak apa."

"Kau sendiri yang mengatakan hal itu, Boboiboy."

Mereka berdua pun berjalan santai mengelilingi kota yang memiliki segudang kenangan tersebut, bahkan mereka mengunjungi pemakaman umum dimana para korban kejadian besar tersebut dikubur, termasuk jasad keempat temannya beserta keluarga mereka. Fakta mengejutkan yang ada disana, bahkan tempat untuk Boboiboy, Amato dan Ochobot pun sudah disediakan.

"Wow ... ini di luar ekspetasiku," ujar Boboiboy takjub, Ochobot pun mengangguk. Mereka memang sudah menduga ada hal baru, tapi tentu saja bukan liang lahat mereka sendiri.

"Apakah itu engkau, Boboiboy?"

T. B. C.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top