4 • Consider it a date even if it's not.
Ini namanya kencan, kan? KENCAN, KAN?
Cengiran lebar terbit begitu saja di bibir Ana, kepalanya tertunduk dalam menyembunyikan wajah girangnya yang kentara. Sedang si pujaan hati yang telah membuat dirinya berbunga-bunga berjalan santai di depan tanpa suara. Ini sudah cukup. Meninggal hari ini pun tak .... Tunggu. Tidak boleh secepat itu memiliki pemikiran negatif. Dia dan Jason bahkan belum benar-benar berlayar untuk bisa dikatakan bahagia.
"Cih. Kau mengikutiku?" Jason bertanya saat ketika dia berhenti berjalan, seorang gadis yang rambutnya dikepang dua ke samping itu membentur punggungnya.
Ana menoleh sambil mengelus jidatnya yang sama sekali tidak sakit. Astaga, ini kedua kalinya Jason berbincang dengannya. Jason yang lebih dulu memulai pembicaraan dan sekali lagi, itu tidak aman bagi pergerakan jantungnya.
"Kau tidak bisu, kan?" Jason bertanya lagi.
Terkesiap. Ana menelan ludah lalu cepat-cepat menjawab. "Aku tidak mengikutimu, kok."
Bohong. Jason tahu itu. Tetapi dia tidak mau mempermasalahkan lagi karena tujuannya sudah sampai. Setelah meninggalkan lokasi huru-hara dan tidak ingin terlibat lebih jauh di sana, dia memutuskan pergi dan berjalan-jalan terlebih dahulu di kota Metropolis selagi dia berada di sana. Sebuah toko buku terbesar di kota itu menjadi tempat tujuan Jason.
Melihat lelakinya sudah masuk melalui pintu utama, langkah kaki Ana spontan ikut masuk ke tempat yang sama. Sebagai seorang yang sama sukanya dengan literasi seperti Jason, tempat seperti ini justru jadi terkesan sangat romantis di mata Ana. Pecinta buku melakukan bookdate dengan pasangan? Oh itu impian lama yang akhirnya menjadi kenyataan.
Sayang, di tempat itu tidak membuat keduanya jadi banyak berinteraksi sebab Jason sangat fokus melihat buku-buku di sana lalu membacanya sambil berdiri, beberapa juga masuk ke dalam keranjangnya yang kemudian dia bawa ke kasir untuk dibayarkan. Keluar dari toko buku itu, Jason menenteng paper bag berisi buku-buku pilihannya sedang sebelah tangannya yang bebas berkacak pinggang. Dia menoleh ke samping, pada gadis yang tingginya baru menyentuh sampai sedada dirinya.
"Masih membuntutiku?" Jason bertanya, keningnya berkerut dalam.
"Oh, soalnya aku tidak tahu juga harus ke mana." Ana beralasan sambil menggaruk tengkuk yang tidak gatal.
"Pulang sana," balas Jason singkat.
"Rumah pasti lanjut huru-hara tadi." Itu sudah pasti.
Jason mengangguk-angguk paham. Kediaman Lex bisa saja ramai karena perkara yang baru saja terjadi tetapi jika ia dibuntuti oleh seorang gadis yang bahkan baru saja dia kenal lewat saudaranya itu rasanya agak aneh. Dia juga bukan tipe orang yang pandai berinteraksi seperti Dick Grayson.
"Terserahlah asal jangan membuntutiku lagi," jelas Jason dengan penekanan.
Mendengar ketegasan Jason dalam nada suaranya membuat Ana mengerucutkan bibir. Dia kehabisan cara bagaimana untuk tetap bersama Jason walau hanya sebentar saja. Ah, tadi juga sudah sebentar tapi rasanya belum puas. Acara di restoran tidak berlangsung lama karena gangguan yang terjadi, di dalam toko buku pun sama sekali tidak ada interaksi, dan apakah dia harus pergi sekarang sedangkan entah kapan mereka bisa bertemu lagi?
Mata Ana kemudian menangkap sebuah tempat makan di seberang jalan. Dia punya sebuah ide. "Oh, bagaimana kalau ke sana dulu?"
Jason menatap ke arah yang ditunjuk oleh Ana. Sebuah rumah makan cukup besar yang menyajikan olahan daging ayam.
"Tadi kita tidak sempat menyelesaikan makannya, kan? Mampir saja ke sana dulu sebelum pulang," bujuk Ana dan Jason masih terdiam. Ketar-ketir karena merasa digantung, Ana melanjutkan, "Aku yang traktir."
"Ha? Kenapa tiba-tiba?" Jason terheran.
"Karena aku mau menafkahimu, Bang!" Tidak. Itu hanya suara hati Ana yang tidak terealisasikan di mulut. "Mmm, sekalian saja selagi kau di sini, kan? Di sana cukup enak, percaya deh aku sudah membuktikan." Aslinya, Ana bahkan tidak pernah menginjakkan kaki di rumah makan tersebut. Ajakannya juga hanyalah pengalihan topik agar dia bisa berlama-lama dengan Jason.
Ah, kalau begini caranya, dia jadi penasaran dengan bagaimana saudarinya mengejar cinta Dick Grayson secara ugal-ugalan mulai dari enam tahun yang lalu. Tidak seperti ia yang sekarang jadi awkward bersama Jason.
"Ya sudahlah." Jason bersuara pelan, kepalanya menoleh kanan dan kiri memperhatikan mobil-mobil yang berlalu lalang.
"Ya sudah apa?" beo Ana.
"Makan." Jawaban singkat Jason sukses membuat Ana berteriak girang sampai melompat dan mengangkat kedua tangannya ke udara.
"Yes!" serunya.
Jason terheran lagi dengan respon Ana yang tidak disangka-sangka. "Kau sebegitu senangnya?"
"Iya. Soalnya ini nafkah pertama dariku untuk ...." Sial. Ana berhenti berbicara setelah dirinya sadar bahwa ia sudah keceplosan. Matanya buru-buru mendongak ke arah lelaki yang tinggi menjulang di sampingnya. Jason tidak memasang ekspresi apa-apa, tetapi mata mereka bertemu membuat Ana semakin overthinking kalau-kalau Jason memandangnya aneh atau memberi kesan tidak baik. "Maksudku ... ini pertama kalinya aku mentraktir orang jadi aku senang."
Jason sampai tidak bisa berkata-kata. Ia akhirnya melangkah duluan menyeberang ke sisi lain jalanan ketika kendaraan sudah mulai lengang. Tentu saja, Ana mengekor di belakang. Mereka masuk ke dalam tempat makan tadi, duduk di sebuah kursi dengan satu meja lalu menerima buku menu dari waiters yang datang ke meja mereka.
"Hmm, apa yang enak, ya?" Ana bergumam sambil membolak-balik halaman demi halaman pada buku menu tersebut.
"Biasanya kau makan apa?" Jason bertanya balik, matanya tertunduk ke arah buku menu di tangannya.
"Entahlah. Ini pertama kalinya aku datang jadi ...." Keceplosan lagi.
"Tolol."
Tidak perlu diperjelas oleh Jason sekalipun, Ana sudah mengerti bahwa dia tolol saat ini. Dalam hati ia meringis. Bisa-bisanya. Padahal dia adalah yang paling andal dalam berbohong di Luthor Family, dia adalah yang paling andal bersilat lidah, jago mencari alasan, jago dalam segala jenis apapun itu selama berhubungan dengan pembicaraan.
Ana merutuk. Ke mana larinya kemampuan itu ketika bersama Jason? Padahal itu adalah yang paling ia butuhkan.
"Kau yang mengatakan bahwa makanan di sini enak." Jason melanjutkan ucapannya.
"Iya, tadi memang aku bicara begitu, sih."
"Bagaimana kau tahu rasanya jika ini pertama kalinya?"
"Feeling-ku itu sangat kuat."
"Kau mau main-main denganku?"
"Tidak mungkin, Jason." Aku mau menafkahimu bukan mau main-main. Tepuk jidat. Ini tidak benar. Ana sadar bahwa dia harus mengontrol pikiran di saat bersama Jason. Tapi otak dan anggota tubuhnya malah berkata lain sampai menimbulkan kecanggungan.
Jason memutar bola matanya malas. Alasan apapun itu yang akan diberikan Ana juga tidaklah penting baginya. Dia pada akhirnya memesan makanannya sendiri dan Ana memutuskan untuk memesan makanan yang sama. Pokoknya, bagi Ana ini adalah kencan meskipun tidak benar-benar demikian.
.
.
Rabu, 29 Mei 2024, 21:59 WIB.
A/N : Tolol yang aku maksud bukan ini kok. Aku masih keep satu scene yang uwu tapi ya gitu Love Language Jason adalah roasting of affirmation. Hal yang paling Ana pengenin sebagai civilians nanti kewujud di bab yang entah ke berapa dan kapan.
Ngasih klu dulu biar penasaran. 🙏🏻
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top