8
Alpha memang adalah kasta teratas dari semuanya. Tanpa celah dan bisa menjadi apapun dengan usahanya dan bahkan tanpa usaha pun, posisinya sudah begitu tinggi dalam susunan masyarakat. Tapi, alpha memiliki satu kelemahan. Dan hal itu tidak diberitahu oleh siapapun termasuk omega dan Beta sekalipun. Hanya pada alpha, dan itu adalah suatu kerahasiaan yang benar-benar dijaga agar alpha tidak digeser kedudukannya dalam susunan masyarakat yang besar ini.
Rahasia besar.
Rahasia yang tidak diketahui siapapun. Levi menyadari itu, lebih tepatnya ia mencari hal itu saat ia sadar kalau alpha pun memiliki suatu kelemahan. Jika omega lemah terhadap alpha dan kedudukannya. Maka alpha memiliki kelemahan juga, Levi mencari itu dan mendapatkan kelemahan itu dengan mudah. Dengan kekejaman, Levi berada dalam rantai teratas omega yang begitu kuat. Levi memanfaatkan posisinya sebagai pemegang perusahan untuk mendapatkan status tinggi dan tentu saja hal itu bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi.
Rahasia alpha adalah sebuah tanda yang ada di tubuhnya, alpha akan menyembunyikan tanda itu dengan segenap jiwanya. Karena jika tanda itu di lukai sedikit saja. Maka habislah sudah. Tanda itu sama seperti bagian intim tubuh yang jika dilihat lebih jelas tidak ada bedanya dengan tubuh biasa. Tanda itu transparan, susah di cari dan berada di tempat yang berbeda dari alpha lainnya. Dengan kata lain tanda itu timbul di area teraman di dalam tubuh sehingga susah di temukan. Tergantung alpha-nya sendiri. Tanda itu istimewa dan juga sangat misterius.
Jika tanda itu dilukai maka seorang alpha akan kehilangan kharisma dan aura alpha nya. Menjadi mandul dan tidak memiliki kedudukan lagi. Dengan kata lain, ia tidak akan bisa mencari pasangan dan hanya akan menjadi manusia yang tidak berguna. Aura alpha di gunakan untuk intimidasi dan kontrol terhadap pihak lainnya. Alpha adalah aura terkuat dan teratas dalam masyarakat.
Kehilangan tanda itu berarti kehilangan jati diri.
.
.
Levi membuka pintu kamar besar yang kini menjadi rumah baginya itu. Melangkah menuju ke ruang makan besar disana. Dimana sudah menanti kedua orang penghuni yang ia kenal disana. Mikasa tersenyum manis di sana. Dan Erwin, bangsawan yang sehari sebelumnya telah melamar dirinya. Dengan wajah datar seperti biasa ia mendekat ke arah sana. Tiga kursi. Mikasa tersenyum, Levi melangkah ingin duduk bersama Mikasa.
Erwin tersenyum, dan ia menarik lengan Levi ke arah tempat duduk di sampingnya. Levi yang terkejut, tidak sadar sudah terduduk di sebelahnya. Ia melihat kearah Erwin yang bertingkah seolah itu adalah hal yang biasa. Levi mengerjapkan matanya sejenak dan memilih untuk berdiri lagi. Erwin menahan tangannya diatas meja hingga ia tertahan duduk disana. Levi memandang dingin ke arah Erwin tanpa perasaan apapun.
"Mau apa kau?" Seru Levi dengan nada dingin mematikan.
"Sudah sepantasnya seorang istri harus bersama suaminya kan?" Seru Erwin tersenyum.
"Aku bukan istri, aku laki-laki" tukas Levi langsung.
"Tapi kau omega, dalam tingkat kau adalah istri bagi alpha. Dengan kata lain kau adalah istri bagiku , Levi Smith" tekan Erwin dan menarik Levi mendekat ke arahnya. Levi bisa memandang kedua manik birunya itu yang memandangnya sedalam kedalaman samudera lepas , dan serius dengan perkataannya itu. 'Ia menginginkan Levi', hal itu yang terlukis dalam gurat wajah tampan dewasa khas Erwin.
Levi memutar bola matanya cuek. Ia memposisikan tempat duduknya. Dan perlahan Levi memangku dagunya diatas meja, melihat dengan pandangan dingin ke arah lainnya. Wajah yang begitu cantik dan dingin , seolah tidak ada seorangpun yang akan mendapatkannya. Dan memang benar, Levi tidak akan bisa didapatkan siapapun. Belum ada-pun yang berhasil mendapatkan hatinya itu.
Erwin tersenyum, ia tau kalau ia tidak akan bisa langsung meraih hati calon istri nya ini. Ia akan pelan-pelan, perlahan karena ia menginginkan Levi. Erwin memangku wajahnya, meraih ujung rambut hitam Levi yang legam. Memainkan ujungnya itu, dan perlahan ia mencium ujung rambut itu dengan lembut. Erwin berucap seraya mengusap surai pendek milik Levi.
"Kau sangat cantik Levi, tidak lama lagi kau akan jadi milikku. Aku akan meraih hatimu yang dingin itu bersamaku" ujarnya lagi. Levi menoleh ke samping ketika Erwin mengodanya dengan kata-katanya itu. Disana mereka terhenti. Levi hanya menatap datar sosok Erwin yang berada di sampingnya dalam posisi yang sangat dekat. Erwin yang sedang mencium surainya. Erwin tersenyum, ia mendekat ke arah wajah Levi hingga kedua hidung mereka bergesekan.
Erwin mengubah tangannya yang semula memegang surai milik Levi. Mengelus kedua pipi halus milik Levi. Mikasa disana hanya tersenyum manis , ia senang melihat adegan ini. Dimana Levi tampak jauh lebih hidup, dan lebih tepatnya ada orang yang mencintai kakaknya itu. Seumur hidup, Levi tidak pernah mencintai siapapun. Dan tidak ada seorangpun yang mencintainya. Ia hanya ingin kakaknya bahagia, bukan hanya dirinya. Ia ingin agar Levi juga bahagia. Keduanya ingin hidup bahagia paling tidak hanya untuk sejenak saja. Untuk sekedar bernafas di dunia yang sudah terkutuk ini.
Kedua mata dingin Levi dimana tidak ada cinta. Dan kedua mata misterius Erwin yang ingin kata cinta itu ada. Berpadu dalam sebuah pertemuan samudra yang indah dan dalam. Erwin mengusap kedua belah bibir manis milik Levi. Levi hanya diam, tidak membalas ataupun peduli dengan hal itu.
"Sebentar lagi kau akan jadi milikku Levi, semua bagian dari tubuh ini. Apa kau tidak mau membagi cintamu padaku?" Ujar Erwin menarik tangan Levi dan mengecupnya lembut.
"Tidak"
Levi menatap dengan dingin, ia meraih tangannya tapi Erwin menahan tangan itu dan sekali lagi ia mengecup punggung tangan itu dengan perasaan yang ber-gerumuh kian cepat. Erwin tau ia tidak akan bisa memaksa perasaan orang lain terutama Levi, omega yang sangat dirinya inginkan sekarang. Tapi, ia akan berusaha menjadi seseorang yang bisa diandalkan dan perlahan ia akan meraih hati dingin Levi itu menjadi miliknya dan hanya miliknya seorang.
"Kau tau kan aku bukanlah soulmate-mu, hatiku juga bukan sebuah barang. Jika pun aku memberikan kata cinta padamu. Kau bukanlah siapa-siapa" kata bernada dingin tanpa perasaan. Dan tanpa apapun didalamnya.
Erwin terkekeh, "Aku tau itu, kau tau aku mencari dirimu dimana aku berpijak. Dan sekarang aku menemukan mu. Walaupun kita tidak terikat soulmate. Ini adalah hubungan yang menguntungkan bukan?. Kau adalah permata yang dingin dan berharga. Kau itu berharga Levi, dan aku ingin cintamu yang berharga".
Erwin menarik tangan Levi ke arah belakangnya mengarahkan itu memeluk dirinya. Menarik Levi mendekat ke arah dirinya. Merasakan nafas yang panas dan hangat. Tangan yang hangat saat memeganginya dengan penuh rasa. Erwin mengarahkan tubuh Levi ke arah nya dengan tangannya yang lain. Menyuruh Levi untuk bersandar padanya. Levi bersandar di dada Erwin yang berdegup kencang tapi begitu nyaman seolah berirama. Satu tangan Levi dikecupnya dan diarahkan memeluk dirinya.
Wajah Erwin yang terasa begitu dekat untuk sejenak dan kini ia sudah bersandar begitu saja di dada bidang Erwin. Pada tubuh besar milik Erwin di depannya, Erwin yang melakukannya. Seharusnya semua ini tidaklah benar, ia tidak seharusnya diperlakukan seperti ini. Dirinya yang kejam dan kotor. Begitu nyaman, aura alpha yang ia benci sejak dulu entah sejak kapan menjadi aroma yang begitu memenangkan. Perlahan Levi menutup matanya tanpa sadar ia menikmatinya. Bisakah ia bahagia untuk sejenak?.
Levi bisa merasakan Erwin yang kini memeluknya. Meletakkan kepalanya di pundak Levi dan ia merengkuh tubuh kecil Levi. Levi yang kuat, tapi juga rapuh. Levi yang selalu berdiri sendiri dan Levi yang dingin. Levi membuka kedua matanya yang berwarna biru itu sejenak. Menampilkan warna samudra dalam yang dingin. Menatap ke arah meja besar yang berisikan berbagai makanan mahal yang sebelumnya tidak pernah ia bayangkan akan dirasakannya.
"Levi... bisakah aku mendekati dirimu?" Perkataan Erwin yang tepat di telinganya terasa begitu hangat dan memasuki secara perlahan jiwanya. Setelah berkata itu, Erwin mengecup telinga Levi. Lalu ia kembali memeluk Levi. Memaksa tubuh itu untuk tetap dimanja dalam kehangatannya. Kembali kata kata itu terlintas dalam pikiran Levi, bahagia?. Kata yang sudah lama hilang dari dirinya.
Mata itu kini melihat Mikasa yang tersenyum padanya. Mulut kecilnya perlahan bergerak dan ia menyipitkan matanya. Mikasa bangkit dari tempat duduknya, diatas meja itu dan mendekati Levi yang ada di depannya dan ia perlahan mengarahkan kedua tangan mungilnya menarik kedua pipi Levi membentuk sebuah senyuman disana.
"Bisakah aku bahagia?" Tanya Levi tanpa sadar kata itu terlontar begitu saja dari bibir nya yang selalu diam.
"Bisa...kau bisa kak Levi..., Maka tersenyumlah" seru Mikasa lagi. Ia tersenyum manis padanya.
Erwin mengeratkan pelukannya. Dan ia menjauhkan Levi sejenak dan perlahan ia mengecup bibir manis milik Levi. Levi hanya diam , tidak menunjukkan reaksi apapun. Erwin melepaskan kecupan singkat itu darinya dan ia memegang kedua pipi Levi dan mengadukan dahi mereka. Memasang senyuman pada wajahnya, ia menutup kedua matanya itu. Levi yang hanya berwajah dingin, diam seribu bahasa dengan tatapan dingin tanpa perasaan apapun menatap ke arah lantai yang dingin.
"Aku akan membuatmu bahagia Levi, aku akan membuat sebuah senyuman di wajahmu-" kedua mata Erwin terbuka. Perlahan ia memegang salah satu pipi Levi tanpa mengubah posisinya.
"-Dan aku akan berada dalam samudera dingin-mu itu" lanjut Erwin lagi. Levi hanya diam, dengan tatapan yang dingin tanpa perasaan sedikitpun. Dengan wajah tanpa ekspresi yang terlukis disana. Perlahan ia mengerjapkan matanya itu. Dalam sebuah kegelapan yang tercipta seketika hanya ada sebuah sentuhan hangat dan sebuah senyuman Mikasa yang dapat di lihatnya.
Perasaan Levi yang perlahan terleleh-kan dalam sentuhan Erwin. Samudera yang dingin dan gelap yang selalu hanya ada dirinya disana. Mikasa ada disana tersenyum di depannya dan seorang lagi..yang kini memeluk dirinya. Kehangatan dalam kedalaman laut yang terasa menyesakan dada. Laut yang dingin dan kejam, laut yang dimana hanya ada dirinya untuk sekian lama yang tak terhitung.
Bisakah ia bahagia?
Bisa.. bisakah...ia bersandar pada seseorang...?
Ada diriku. Ada dia.. sebentar saja biarkan aku beristirahat.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top