5

Levi yang sedang menyiapkan makanan terkejut saat melihat sosok gadis kecil penuh luka yang berlari masuk ke dalam rumahnya itu. Levi meletakkan makanannya dan gadis itu pergi menghambur di pelukannya. Sudah beberapa hari sejak masa pesta pernikahan itu. Keseharian berjalan seperti biasanya.

"Hiks..hiks...mika gak tahan" ringis gadis manis itu. Levi tau kalau itu adalah mikasa, maka ia tidak mengusirnya. Melainkan membiarkannya untuk memeluk dirinya. Levi menatap dengan dingin. Ia menatap datar ke arah pundak dan leher gadis itu yang penuh dengan luka silet.

"Maaf kak Levi ..mika kabur. Mika pengen ketemu kak Levi. Mika gak mau sama mereka lagi. Mika gak tahan" rengek mika. Ia menangis tersedu-sedu. Mikasa yang biasanya selalu tangguh dan tidak pernah manja. Ia adalah gadis yang jauh dewasa dari siapapun juga. Levi hanya diam melepaskan mika. Dan berjalan ke arah sofa. Mika diam melihat kakaknya itu.

Levi duduk di sofa. Dan menepuk sebelahnya dengan sebuah kaleng biskuit yang ada di atas meja ruang tamu itu. Mikasa menghapus air mata yang deras itu. Ia mendekati Levi disana. Levi membantu Mikasa untuk duduk di sebelahnya itu. Ia memangku tangannya dan mengambil buku laporannya itu. Ia masih bekerja. Biasanya tidak akan ada yang boleh menganggu Levi atau dia akan marah.

"Maaf..Mika ganggu ya?" Ujar mika canggung. Levi masih saja fokus membaca. Satu tangannya terarah dan mengusak surai-nya adiknya itu sejenak dan lalu ia menarik tangannya lagi. Hanya kepada adiknya saja, ia bisa jauh lebih melembut dari biasanya. Yah, meskipun Levi sama saja seperti biasanya. Sangat dingin dan tegas seperti biasanya. Ia tidak melepaskan pekerjaan itu yang tengah di tekuni-nya.

"Tidak, kau duduk saja disana" seru Levi singkat tanpa berniat untuk bergerak. Ia membuka lembaran kerja disana. Mikasa hanya diam , ia tidak mau terus terusan menganggu kakak. Ia hanya diam dan mulai berbaring di atas sofa besar itu menunggu Levi selesai bekerja disana.
.

.
Levi menutup lembaran kerja hari ini. Ia melepas kacamata yang membingkai wajahnya itu. Melihat kearah Mikasa yang kini tengah tertidur disana. Dia diam  melangkah mengambil lembaran kerja berikutnya. Ia duduk lagi disana. Menghela nafas, lalu ia mengangkat tubuh mungil itu hingga berbaring di pahanya. Di belai-nya rambut pendek cantik berwarna hitam itu. Melihat kearah lutut mikasa yang terluka disana. Levi mengambil plester dan menempelkannya. Seperti yang dia duga Mikasa ketakutan sampai terburu-buru kemari.

Ia mungkin bisa menyelesaikan program kerja besoknya. Ia juga tidak mau bergerak. Mikasa yang tampak nyaman disana. Sekali lagi tenggelam dalam kesunyian. Levi yang fokus bekerja dan membiarkan adiknya tertidur pulas di pahanya. Mikasa, adik kecilnya yang malang. Ia tidak mau adiknya menderita lagi. Ia tidak menginginkan hal itu.

"Hah lelah lelah~" ujar Eren. Ia mengangkat kedua tangannya dengan malas. Membuka salah satu matanya kearah Levi yang sangat jarang berada di luar. Dan anak kecil manis yang tidur di atas paha Levi. Sangat langka, Levi biasanya tidak akan pernah memperbolehkan siapapun untuk dekat-dekat dengannya. Langsung saja Eren tersenyum sumringah. Ia terheran-heran akan pemandangan ajaib ini.

"Eh Levi~. Sejak kapan kau punya anak hm~?" Ejek Eren.

"Berisik. Aku gak punya anak" ujar Levi sinis. Enggan untuk sekedar menoleh ke arah Eren yang menyebalkan itu.

"Benarkah?. Lalu siapa gadis manis itu. Oh apa kau akhirnya punya cara bersenang-senang.  Tapi Levi kau sampai punya anak seperti ini. Bukankah kau terlalu jauh bermain-main?" Lanjut Eren seraya menaikkan kedua alisnya menggoda.

Kali ini Levi melirik tajam ke arah Eren yang sudah kurang ajar ingin mempermainkan dirinya saat ini. Ia menutup buku itu dengan satu gerakan lalu ia melempar buku itu tepat ke arah Eren. Sangat hampir jika Eren tidak cepat menghindar. Buku itu langsung menancap di dinding rumah mereka, tercipta sedikit retakan disana. Eren menatap ngeri perbuatan kejam Levi. Ia berwajah horor pada Levi yang kini sudah memasang wajah malaikat mautnya.

"Apa kau mau lagi?" Sinis singkat Levi yang mendapat gelengan tegas dari Eren. Ia tidak akan membuat Levi marah lagi, bisa bisa dirinya yang akan sekarat karena tingkah Levi. Ia sampai lupa kalau pasangannya ini sangatlah kuat dan kejam. Bisa dibilang tanpa perasaan dan rasa kemanusiaan sedikitpun. Eren mengangkat tangannya pasrah dan Levi kembali lagi pada mode tenangnya seperti ia tidak melakukan apapun.

"Sudahlah~. Ini adikmu ya. Aku tidak pernah melihatnya lagi" ujar Eren. Sejak hari itu, adiknya seolah menghilang. Hanya pada beberapa kejadian penting saja ia bisa melihat adiknya Levi. Dan selebihnya ia seperti sedang di sembunyikan. Levi menatap tajam dan langsung tangannya mengarahkan dua jarinya pada leher Eren yang membuatnya meneguk ludahnya paksa.

"Jika kau mendekat dan berani macam-macam dengan mikasa. kau akan mati saat itu juga" seru Levi sadis. Tatapan dingin yang tidak main-main. Eren menghela nafas. Ia tersenyum pasrah. Jika dia tidak mau menjadi daging cincang dihadapan Levi dan ia tidak akan bisa menikmati hidup nya yang sangat indah ini.

"Tidak akan!. Hah sudahlah kau galak sekali Levi. Aku mau istirahat dulu dikamar dah~" seru Eren dengan santai. Berlalu menuju kamar. Levi melihat dengan tajam sampai dia benar benar menghilang. Ia akan terus menjaga mikasa. Tidak peduli dengan orang lain ataupun jika ia menjadi pembunuh. Baginya Mikasa adalah segalanya. Dan ia akan melakukan apapun untuk orang yang disayanginya ini.
.

.
Bruk!

Levi dan Mikasa terkesiap saat mendengar suara pintu rumah mereka dibuka paksa. Jam sudah menunjukkan tengah malam sejak Mikasa kabur dari rumah yang menyiksanya itu. Mikasa meremas baju Levi saat ia mulai mendengar suara penuh amarah yang sangat dikenalinya itu.

"MIKASA!. anak Kumal kurang ajar!. Pergi kemana kamu?!"

Levi menatap diam, tatapan dingin yang mematikan tanpa perasaan apapun. Mikasa kecil bersembunyi di belakang Levi dengan gemetar. Levi masih dalam mode tenang. Ia tau siapa yang akan dihadapinya kali ini. Dan Levi tidak mau panik, ia menatap ke arah Mikasa yang sangatlah ketakutan disana.

Drap!

Drap!

Beberapa orang berdatangan. Mereka mengepung Levi dan Mikasa disana. Wanita norak itu datang dan segera mengambil tangan kecil Mikasa dengan kasar. Levi dipegangi oleh orang orang kekar itu. Levi tampak kesal dan memberontak. Tidak bisa, kekuatannya kurang jika di bandingkan dengan lima orang alpha berbadan kekar itu.

Mikasa menangis. Ia menarik ujung baju Levi saat ditarik paksa oleh wanita itu. Terlihat jelas ia tidak mau pergi darinya. Levi menatap dengan kesal, karena ia tidak bisa bergerak dari posisinya itu. Adik kecilnya menangis terisak. Ia hanya tidak ingin kembali lagi. Hingga baju itu mulai sobek. Dan Levi bisa mendengarkan perkataan pertama Mikasa yang terlontar dari mulut kecilnya itu.

"Tolong aku... kakak.."
.

.
Hati Levi berdegup saat ia mendengarkan perkataan tolong itu dari adiknya. Pertama kali dia mendengar adiknya sampai memohon seperti itu. Tidak lagi, Levi melirik ke arah belakang. Dan ia mendorong sekuat tenaga bodyguard wanita itu tapi dia sangat kuat. Levi mendecih, ia harus bisa bebas bagaimanapun caranya. Levi dengan cepat  menginjak kakinya dan naik ke arah lainnya secara brutal untuk menyelamatkan diri. Tenaga Levi sangatlah kuat untuk omega sepertinya. Levi memberontak dan ia memelintir begitu saja tangannya yang memegang Levi dengan seenaknya saat para orang kuat itu mulai kewalahan dengan tingkahnya itu.

"Cih, bodoh!" Decih Levi ketika ia sudah berhasil bebas. Ia meraih vas bunga yang ada di meja dan ia melemparkannya begitu saja dengan kejam ke arah kepalanya bodyguard itu. Bodyguard yang tadinya sempat berdiri kini mulai meringis kesakitan saat pecahan itu mengenai mata dan area sensitif lainnya. Hal itu Levi gunakan untuk segera mengejar adiknya yang ditarik paksa.

"Mika-!". Terlambat. Tepat di depan pintu. Pintu mobil mewah yang membawa Mikasa tertutup dan melaju dengan cepat. Levi mendecih kesal, ia menarik lagi tangannya yang sempat terulur tadi itu. Ia harus mengejarnya, ini sudah keterlaluan. Tidak seperti ketentuan yang sudah di janjikan. Ia akan melawan.

"Bersiaplah wanita brengsek" ujar Levi bernada dingin. Ia melonggarkan dasi yang ia kenakan dengan tenang. Dan langsung berbalik melingkarkan pada leher bodyguard yang hampir saja ingin menangkap dirinya dari belakang itu. Levi dengan cepat membanting orang itu ke lantai dan satu kakinya menginjak bagian pipi pria itu sehingga dia berhenti bergerak. Levi menyipitkan matanya sadis. Seraya berwajah dingin ke arah para manusia kekar yang kini meneguk ludah melihat Levi yang lebih kejam dari mereka. Padahal Levi adalah omega, tapi saat seperti ini Levi lebih seperti alpha yang sangat kuat.

"Jika kalian ingin seperti anak ini. Maka majulah" seru Levi menantang. Ia meraih sakunya dan mengambil silet yang ada disana. Perlahan ia menarik mata pisau kecil itu. Dan Levi mulai mengarahkan mata pisau tajam itu pada orang yang kini ada di bawahnya itu. Kedua manik matanya menatap datar perlahan ke arah mereka bersiap jika mereka akan maju. Tapi tidak ada yang maju, Levi harus cepat. Ia melempar orang itu dengan kejam dan tidak peduli. Perlahan ia menarik lagi pisau tajam itu. Dan menyimpan silet itu ke dalam saku. Ia dengan cepat menarik rambut orang di bawahnya itu. Mengambil kunci mobil di dalam sakunya.

Ia memakai lagi dasi yang tadi ia ikatkan itu. Levi menatap datar ke arah gerombolan orang yang kini takut padanya. "Jika kalian mengikutiku. Kalian akan mati" sinis nya menyipitkan matanya mengintimidasi sebelum ia pergi begitu saja keluar dari pintu itu. Meninggalkan gerombolan orang yang sudah melihat kekejaman Levi dan mereka ketakutan.

"A..apa apaan dia?!. Dia itu omega, bukan?!" Teriak salah satunya yang tampak ketakutan selepas kepergian Levi.

"Tentu saja nona bilang seperti itu!" Seru satunya lagi. Ia bahkan tidak bisa bernafas saat di dekat Levi. Ia gemetaran hebat.

Eren keluar dari kamarnya. Ia sudah melihat semuanya sedari tadi dan tidak muncul karena ia tau kalau Levi akan bisa dengan mudah mengatasinya. Dia keluar menimang nimang ponsel yang ada di tangannya itu. Menutup kedua matanya dan terkekeh geli seraya ia mendekati gerombolan bodyguard alpha yang panik itu dengan santainya seolah hal tersebut sudah di prediksinya dan ia duduk di atas sofa. Seraya memangku dagunya itu.

"Kalian bodoh...siapa yang kalian pikir tantang hah?" Ejek Eren menyeringai lebar. Dia sendiri bahkan tidak bisa menghadapi Levi yang seperti preman itu. Ia benar benar sangat kuat. Dan kali ini Levi benar-benar marah. Bisa saja ia membunuh orang gak bersalah saat ini. Namun, mereka kali ini sangat beruntung karena Levi lebih fokus kepada satu orang lainnya. Lucky bukan?

"E-eren sama" seru salah satunya bercucuran keringat dingin.

"Psst. Berhenti menyebut aku seperti itu bajingan. Aku benci di sebut-sebut seperti itu oleh manusia munafik penggila uang seperti kalian , hahaha" Tawa kecil Eren yang justru terlihat begitu menyeramkan.

Eren membuka kedua matanya perlahan. Dan menuai sebuah senyuman tipis disana. "Oh ya, dimana wanita itu menahan gadis itu hm?" Tanya Eren pelan diiringi wajah cerianya. Ponsel itu diambilnya dan jemarinya mulai menekan tombol disana. Ia melirik kearah para orang itu yang masih ragu disana.

"Ayolah~. Kalian kenapa masih takut seperti itu?" Seru Eren mempermainkan mereka secara mental. Eren tersenyum ramah lagi. Dan kali ini ia mulai bosan terus menerus tersenyum.

"Beritahu aku" seru Eren serius. Kali ini kedua matanya perlahan mendingin. Lalu ia tersenyum lagi kali ini senyuman lebar yang tampak sangat menyeramkan.

"Kalau gak mau, aku akan membuat kalian semua jauh lebih buruk daripada apa yang levi lakukan~♡" seru Eren seraya berwajah ramah yang manis.
.

.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top