22 -End

Erwin tersenyum, melangkah mendekati seseorang yang dengan senang hati menjadi tameng dan menerima pisau itu semua demi dirinya. Seseorang bersurai hitam berikat itu, kini ia terduduk disana. Jauh di dinding itu, bersandar dengan lemah. Di dahinya terdapat tancapkan pisau membuat darah seketika mengalir dan kepalanya retak. Kedua matanya melotot dan dia mati seketika, Erwin menunduk melihat kearah Hanji yang menjadi tamengnya itu.

"Terima kasih atas cinta mu Hanji, aku mencintaimu" seru Erwin tersenyum, berdiri dari sana meninggalkan seseorang itu yang mati demi dirinya.

***

Hanji merasa bersyukur, dia telah di angkat oleh seseorang yang membutuhkannya, disaat ia berada di titik terendah. Berada dalam kasta yang rendah membuatnya menjadi penjahat. Hanji dengan lumuran darah yang mengarungi dirinya, tepat di depannya saat dia telah lelah dengan segalanya. Seseorang dengan surai pirang menawan yang membawa segalanya.

"Maukah kau ikut denganku?" Tanyanya pada Hanji, seseorang yang begitu indah. Mau saja dia mengulurkan tangannya pada seseorang yang telah membunuh ribuan jiwa dengan tangannya, seseorang yang tidak berharga seperti dirinya. Seseorang itu tersenyum di depannya, melihat dirinya yang penuh dengan hujan darah dari para lawan yang setiap harinya harus ia lawan demi hidupnya, jika tidak maka ia yang akan mati disini.

"Kenapa?" Tanya Hanji dengan wajah kosong dengan cipratan darah di dunia gelap tanpa ada sedikitpun cahaya didalamnya, dirinya yang harus bertahan dalam kegelapan yang menelan jiwanya ini seorang diri.

Tanpa adanya cinta.

Tanpa adanya siapapun.

Hanya dirinya sendiri.

Hanya ada kegelapan.

Dia mengulurkan tangan untuk seseorang seperti ku, untuk seorang pembunuh sepertiku yang tidak pantas mendapatkan apapun, seseorang yang dengan tanpa perasaan mengambil nyawa seseorang. Mengambil kehidupan bahagia seseorang hanya untuk agar dia bisa hidup dan sekedar berjalan untuk beberapa detik kemudian. Kehidupan seperti neraka itulah yang membuatnya menjadi manusia tanpa perasaan sebagai robot pembunuh. Dialah, Hanji manusia tidak diharapkan.

"Aku membutuhkanmu, Hanji"

Nama yang tidak pernah diucapkan, nama yang bahkan tidak diberikan oleh kedua orang tuanya, tidak pernah sekalipun diinginkan, di berikan oleh seseorang yang bersurai pirang itu terlihat begitu indah, terlihat begitu menawan. Seperti sebuah cahaya dalam kegelapan.

"Aku butuh kau untuk menjadi pendamping ku, aku butuh kau untuk menjadi milikku" seru Erwin menarik Hanji dari dunia yang gelap itu, ia perlahan mulai mengikat rambut hitam panjang hanji yang tergerai. Membuat nya menjadi begitu indah, Erwin mengusap kepalanya yang jauh lebih pendek darinya. Umurnya yang masih sangat muda, di haruskan bertahan hidup dalam dunia yang seperti monster ini.

Bibirnya yang perlahan ikut mengucapkan sesuatu dengan senyuman hangat menawan yang begitu menenangkan, "Aku mencintaimu, My cute Hanji" seru Erwin menguraikan rambut panjang itu, hingga terurai dengan lembut ke arah bawah, dirinya yang begitu indah.

"Aku mencintaimu Tuan" seru hanji. Dia telah menemukannya, seseorang yang akan dia sayangi. Hanji menunduk, dengan tangan nya berada di dadanya memberi hormat pada seseorang itu. Ia akan melakukan apapun untuk Erwin, segalanya. Karena Erwin telah memberikannya cinta yang ia inginkan, ia akan melakukan apapun. Berada di sisi neraka, menjadi tameng. Menjadi bahan eksperimen sekalipun untuk membalas Budi. Ia dengan hormat akan menyerahkan jiwa dan raganya untuk Erwin.

"Karena dia mencintai Erwin" bisiknya pelan, Hanji membuka matanya sejenak menampilkan manik mata coklat menawan.

***


Erwin berjalan kearah Levi yang hanya diam memegang mayat Eren, Erwin bahkan sama sekali tidak menangis. Erwin bukanlah manusia, ia adalah seseorang yang sudah kehilangan perasaan sebagai seorang manusia. Erwin mendekat ke arah belakang Levi, sedikit menunduk tersenyum dan berbicara tepat ditelinga Levi dengan hangatnya seperti biasanya. Levi hanya terdiam, saat ia mendengar kata kata itu yang perlahan menusuk jauh ke dalam dirinya. Kata-kata lembut dari seseorang yang telah begitu saja membunuh Alpha-nya, Eren. Meskipun ia tidak tau akan kebenarannya, Levi sedikit memiringkan kepalanya saat Erwin mulai berbisik padanya.

"Kau mengandung anakku Levi" ujarnya lancar. Levi merasakan denyut jantungnya terasa akan berhenti seketika. Ia menatap ke arah Erwin dengan tatapannya tidak percaya, se-kelibat dirinya kembali teringat semuanya. Levi menatapnya tidak percaya dan gemetaran, setelah Erwin. Dia membunuh orang yang berkata akan melindunginya, ia bahkan juga kehilangan orang lain di pihaknya. Namun ia sama sekali tidak peduli, sama sekali tidak merasakan apapun. Bahkan sama sekali tidak melihatnya sebagai seorang manusia, seperti dia adalah barang berharga.

"A-apa yang kau katakan?!, Dasar brengsek!" Seru Levi segera ia mendekati Erwin dan hendak memukulinya namun Erwin menangkap kedua tangannya dengan senyuman hangat yang menjijikan.

"Kau sudah kembali lagi Levi?, Sepertinya kau masih bisa mempertahankan kesadaran mu memang omega yang sangat kuat. Kau adalah omega yang sangatlah berharga Levi, aku itu mencintaimu loh" seru Erwin dengan santainya seperti apa yang dia katakan adalah sebuah kebenaran, Levi mengigit bibir nya hingga mengeluarkan darah amis yang terasa asin. Cinta yang dia ucapkan terasa begitu sangat menjijikan, cinta yang kotor dan sama sekali tidak berharga.

Deg!

"Aku tidak membutuhkan cinta mu yang seperti itu!, Kau adalah manusia kotor yang pernah ada. Bajingan!, Apa yang sudah kau lakukan padaku?" Seru Levi. Ia merasa pusing, kesadarannya disedot habis oleh sesuatu. Levi mencoba tetap sadar, meksipun beberapa kali ingatannya terasa di putar-putar oleh aroma Erwin yang semakin menyengat ini.

"Cintaku dan Eren sama kami adalah alpha, kami itu sangat menginginkan mu. Segalanya, tubuhmu, hatimu dan cintamu yang begitu menggelora" bisik Erwin semakin mendekat, Levi mengeleng kuat. Ia menendang kaki Erwin hingga ia terjatuh, Levi mengambil benda tajam di tubuh Eren dan mengarahkan nya tepat di atas kepalanya hendak membunuh seseorang yang ada di depannya ini.

"Brengsek, katakan itu di neraka dasar monster menjijikan" seru Levi dengan wajah dingin seolah ia sangat ingin membunuhnya.

Srek!

Seseorang tiba-tiba memegang tangannya menjatuhkannya cepat ke arah lantai, menarik kedua tangannya itu langsung kearah punggung dan mengikat nya cepat sehingga tidak bisa bergerak, Levi memberontak. Namun, tenaga alpha orang ini sangatlah kuat. Sama seperti tenaga alpha pada umumnya, dan Levi sama sekali tidak bisa mengimbanginya. Dia adalah omega, kasta yang dibawahnya.

"Siapa kau bangsat!, Lepaskan aku dasar pembunuh!" Umpat Levi mencoba untuk menendang alpha di belakangnya itu, namun tidak bisa. Dia tetap bertahan memeganginya, Erwin bertepuk tangan disana. Ia tersenyum hangat yang sekarang tidak lagi tampak menawan, menjijikan, sangatlah menjijikkan. Jauh lebih buruk daripada sampah, Erwin bukanlah manusia. Dia adalah iblis pembunuh yang telah membunuh ribuan orang demi keinginannya sendiri dengan kekejaman seolah yang dia bunuh bukanlah manusia.

"Terima kasih Armin, aku tau kau pasti akan kembali karena kau masih mencintaiku"

"Aku tidak pernah lagi mencintai monster seperti mu, Erwin"

"Betulkah?, Kalau begitu kenapa kau kembali ke sisiku Armin, kau masuk dalam eksperimen ku bukankah karena cinta?, Aku juga mencintaimu Armin..bukan kah kita saling mencintai?"

Alpha...dengan alpha?, Levi memiringkan kepalanya melihat seseorang itu memiliki surai kuning yang sama seperti Erwin, mata yang sama dan aura yang sama. Mereka mencintai?, Omong kosong macam apa ini, mereka berdua adalah alpha. Kasta yang sama, tidak ada kata cinta dan hubungan diantara mereka. Dan mereka terlihat seperti kakak adik, karena rambut pirang hanya dimiliki oleh suatu kerajaan yaitu Smith, berarti orang di depannya adalah saudara dari Erwin dan dia menjalin hubungan romansa dengannya, hal yang aneh.

"Alpha dengan alpha?" Seru Levi, mereka berdua memandangi Levi yang ada di bawahnya. Levi memandang aneh dan kini ia menyunggingkan seringaian aneh pada mereka seperti tanda mengejek untuknya. Wajahnya yang seolah mengejek membuat mereka berdua terdiam menatap ke arah Levi, Omega itu.

"Bukankah hal itu tidak ada?"
.

.
Levi mendesah tertahan saat Armin membuka celananya, Levi memiringkan kepalanya berusaha menahannya. Armin menatapnya kosong dan Erwin tersenyum menatap Levi, dia menunduk. Memegangi salah satu pipi Levi. Mengusapnya dengan lembut, diarahkannya bibirnya pada bibir Levi dan melumatnya. Levi langsung mengigitnya membuatnya berdarah, Erwin menjilati bibir nya yang berdarah sedikit menjauh, mengusap darahnya itu dengan jarinya. Ia tersenyum, Levi berusaha memberontak.

"Lepaskan aku brengsek!" Seru Levi mengarahkan kedua kakinya ke arah Armin, bahkan kedua tangannya dipaksa sekuat tenaga lepas dari sana.

"Kau-"

"Lepaskan dia Armin, jika kau terlalu kuat anakku di dalamnya akan berbahaya" seru Erwin, Levi menatapnya ganas. Ia tidak pernah punya anak!, Bahkan dia tidak pernah tidur dengannya.

Setelah lepas Levi langsung melompat ke arah Erwin, mengangkat kerahnya dengan kemarahan membludak.

"Apa yang kau katakan?!, Aku tidak pernah tidur denganmu!" Seru Levi menatapnya tajam dengan tatapan membunuh, Erwin tersenyum. Ia tidak takut dan malah mendekatkan wajah nya yang tersenyum lebar pada Levi yang ada didepannya.

"Aroma alpha yang ada bersama mu. Aku memasukkannya bersama dengan milikku Levi, saat kau tidur. Saat kau dan aku saling bersentuhan seperti ini, aku memberikan mu Aroma alpha ku. Kau beraroma seperti diriku kan-?, Kau akan segera melahirkan anakku, Levi"

Deg!

Deg!

Anak?, Dengan monster seperti ini. Tidak mungkin!, Tidak, ini tidak mungkin terjadi!. Levi tampak sangat ketakutan, tidak ia tidak ingin seperti ini. Dirinya tidak mungkin memiliki anak dari seseorang seperti dia, membayangkan hal itu saja bisa membuatnya begitu mual. Eren telah berkorban kepadanya, Eren telah mengorbankan hidupnya demi dia. Levi melirik kearah Eren yang terbaring kaku disana, jika..jika ia hamil anak orang lain dari alpha lain seperti Erwin. Dia akan sangat berdosa, ia akan sangat berdosa. Dirinya sangatlah kotor. Dirinya begitu kotor sekarang, perut ini sudah berisi hal yang tabu. Levi dengan gemetaran meraih benda tajam yang ada di sakunya, dengan gemetaran dan nafas yang berat ia mengarahkannya. Jika ia bunuh anak ini disini,...anak itu tidak akan lahir. Eren akan memarahinya karena ia telah bersama dengan orang seperti ini. Eren tidak akan pernah bisa memaafkan dirinya sekarang.

Ia harus membunuhnya..

Bunuh...bunuh...

Eren telah menyelamatkannya, Eren telah berkata hal seperti itu padanya. Eren telah tersenyum padanya, Eren dengan tulus telah memberikan cintanya pada orang sepertinya. Dia telah memenuhi kata kata yang telah ia janjikan. Karena dirinya, Levi masih bisa hidup sampai saat ini. Sebuah keajaiban yang terjadi, melupakan beberapa kali tentang keberadaan lainnya. Membuat dirinya menjadi gila, dengan pikirannya yang terasa diputar-putar. Rasa pusing yang terasa mencabik, otaknya seperti dikikis tajam secara perlahan. Tubuhnya seperti akan hancur jika ia melawan hingga ia hanya ingin mati, lenyap dari segala penderitaan yang menyiksa ini. Hingga dia hanya berharap akan satu hal, Mati...Dan Mati saja.

"Jika kau mati akankah semuanya berakhir Levi?", Sebuah suara menghentikannya, ia menjatuhkan pisaunya.

Deg!

Deg!

"Semuanya terjadi karena dirimu. Eren bahkan mati karena mu dan sekarang kau ingin mati?, Apa kau sedang bercanda Levi?. Kau ingin mati untuk sesuatu seperti ini?"

"A..ku..bukan..--"

"Kau yang melakukannya Levi, kau yang telah berdosa, apa kau menyangkalnya-?, Jahatnya. Kau sama sekali tidak mengaku?"

Deg!

Deg!

Levi memegang kedua sisi kepalanya yang terasa akan meledak sebentar lagi, berdosa. Dia berdosa?. Bukan, dia sama sekali tidak melakukan itu. Ia sama sekali tidak membuat bayi itu. Ia sama sekali tidak tau akan hal itu, ia sama sekali tidak mau melakukan semua itu, itu semua adalah karena pembunuh ini, Levi merasa dadanya berdenyut membuat kepalanya terasa akan mau pecah oleh berbagai macam pikiran, keringat perlahan mulai  menetes deras, keringat berubah menjadi tetesan darah yang mengalir oleh cengkraman kasar di rambutnya dalam waktu singkat, Levi menarik pangkal rambutnya. Menggosok keras kulit kepalanya hingga tercipta luka yang mengeluarkan darah.

"Dia tidak melakukan itu"

"Dia tidak berdosa"

"Dia tidak melakukannya"

"Bukan salahnya"

Deg!

'apa kau menyangkal Levi?'

'bukankah kau yang melahirkan anakku?'

'kau adalah awal dari semuanya, semua kegilaan diriku'

Deg!

Deg!

Psikologikal-nya terasa terguncang, jiwanya perlahan menjerit. Darah yang menetes terasa tidak cukup. Hilangkan semuanya! , Dia tidak ingin melakukan semuanya itu, ia tidak membunuh siapapun,  dengan kasar ia mengaruk kepalanya hingga merasakan rasa sakit. Namun itu tidak cukup semua perkataan Erwin sama sekali tidak menghilang, terus berputar-putar seperti mengingatkannya akan segala dosa yang telah dia perbuat.

"TIDAK!"

"TIDAK!, KELUAR DARI KEPALA KU SIALAN!" Seru Levi jatuh ke lantai dengan masih mengaruk kepalanya yang sudah berdarah, Levi bangkit dari tempatnya dan melihat kearah dinding. Di dalam pikirannya yang sudah kacau, ia mulai menghantamkan kepala nya pada dinding itu. Tidak cukup, semuanya masih saja terdengar. Suara suara orang yang menyalahkan dirinya, Levi mengeleng. Ia gemetaran, matanya sudah penuh dengan aliran darah yang mengalir. Membuat rona merah di matanya yang semakin menjadi, Levi ketakutan. Semua orang-orang ada di depannya, mengelilingi dirinya dan mulai berbicara guna menyalahkannya akan kesalahan yang sama sekali tidak ia perbuat, Erwin tersenyum disana. Ia mendekati Eren dan mengangkat wajahnya menghadap kearah Levi.

"Bukankah kau terlalu menolak Levi?, Terima saja. Semua ini adalah karena dirimu dan bahkan Eren menyalahkan diri mu. Dia mati karena mu, orang berdosa yang tidak layak untuk di selamatkan" Levi menghadap kearah sana dengan penampilan yang sangat berantakan, melihat kearah Eren yang terbaring disana. Menatapnya, semuanya menatapnya menunjukkannya. Mereka semua yang mati karena keberadaan dirinya, dirinya yang tidak pantas untuk sekali pun di selamatkan. Levi memegang kepalanya yang terasa akan meledak, mencabik rambutnya hingga helaian bercampur darah jatuh, air mata mengalir secara perlahan bercampur dengan aliran darah yang berasal dari lukanya.

Deg!

Deg!

Hingga pada satu titik ia lelah, ia menatap kosong kearah depan, benar. Dia yang telah melakukan semuanya itu, ia yang telah membuat Erwin terobsesi dan membuat neraka ini. Ia yang telah membunuh orang-orang yang tidak dikenalnya, orang orang yang seharusnya masih hidup dan itu semua adalah karena dirinya. Levi melihat kearah Eren yang tampak ada disana, bibirnya bergumam dan darah menetes. Dia hancur perlahan. Itu semua juga adalah karena dirinya, ia adalah sebab dari semua kekacauan ini.

Dan sekarang ia telah mengandung anak orang lain, seberapa besar dosanya?. Ia yang telah seperti ini-?, Pantas kah ia diselamatkan Eren?, Levi melihat kearah tangannya yang berlumuran dengan darah, di sekelilingnya terdapat genangan darah yang tidak dia sadari, Eren menyelamatkan dirinya, karena dirinya. Eren meninggal, dan dirinya mengandung anak lain yang bukan darinya. Seberapa besar ia telah berdosa-?.

Eren yang mempercayai dirinya, ia yang mematahkan semuanya, Eren yang mencintainya, dan ia tidak mencintainya. Eren yang telah menyelamatkannya, dan dia yang tidak pantas sekalipun untuk di selamatkan. Bibirnya yang perlahan mengatakan kata kata yang tidak pantas untuk di ucapkan pada orang seperti dirinya. Ia ingin menyelamatkan dirinya--Levi, ia mengorbankan segalanya untuk kata-kata seperti itu demi dirinya. Berdarah dan terluka demi dirinya, seperti setangkai bunga mawar merah. Darah perlahan mengalir, bibirnya yang masih penuh senyuman bahkan hingga di akhir hayatnya. Cinta yang begitu murni dan satu keinginan yang dia lakukan untuknya.

"Can't I Save You?" Serunya, kata kata yang bergumam melewati pikiran Levi berkali-kali semua hal itu terasa berputar-putar, kata kata yang diucapkan oleh Eren untuk dirinya. Berkali-kali dan dia mati karena dirinya, Levi menatap kearah depan. Dengan kedua matanya menyipit menahan kesakitan, semuanya yang berdarah di sekitarnya. Bibirnya yang perlahan terbuka, aliran darah menetes membuat sebuah pesta darah disana, dan dirinya yang kini hanya seorang diri memegang bunga mawar  darah yang menyakitkan, dirinya yang gantian merasakan hal itu, merasakan dosa dan luka yang tidak akan terhapus kan.

"Can't I Save You?"

Jawabannya adalah tidak, tidak akan ada satupun yang bisa diselamatkan, semuanya telah terlambat. Kata kata yang hanya sekedar kalimat saja, karena sesungguhnya ia tidak akan bisa menyelamatkan siapapun, dirinya hanya sendirian disini dan tidak akan ada yang bisa menyelamatkannya lagi dan semua itu menjadi sia-sia. Bahkan untuk Eren yang ingin dia selamatkan, tidak akan ada yang bisa dia selamatkan. Eren, Levi maupun dirinya sendiri.

Tidak satupun. Karena semuanya telah menjadi tidak berarti lagi. Seberapa keras ia mengatakan itu, ia tidak akan bisa melakukan apapun lagi untuk sebuah kehidupan yang sangat membencinya, untuk sebuah perasaan yang gantian mencabik dirinya. Untuk dirinya yang akhirnya menyerah dan melupakan semuanya dalam lautan darah, dimana dirinya hanya sendirian disitu, berdiri di atas lautan darah dengan bunga mawar merah ditangannya, menunggu kematian yang akan segera menjemputnya.

Karena sesungguhnya semua itu hanyalah kebohongan belaka.

.
.
.
.

  Eren -- Omake -- Levi

.
.
.
.

Pria bersurai hitam berjalan ke arah pemakaman dengan bunga mawar yang dia bawa, melihat makam seseorang yang ia kenal itu senyumannya melebar. Dia mendekat, tatapannya semula kosong sedikit terisi. Dia mulai duduk di depannya seperti hari hari biasanya, tanpa ada seorang pun di sisinya. Menyendiri dengan tubuh yang kurus dan seperti mayat hidup, dia hanya duduk disana memandangi sebuah makam yang terletak di pepohonan itu membiarkan hujan perlahan turun. Seseorang lainnya saling berbisik saat lagi lagi ia melihat orang itu disana.

"Hei lihatlah dia datang lagi" seru seseorang itu, berbisik pada yang lainnya. Melihat kearah omega yang duduk di hamparan rerumputan itu, mengelus ke arah makam kekasihnya yang sudah meninggalkan dunia sejak beberapa tahun silam lalu.

"Dia tidak bergerak dari sana selama seharian, kau tau. Dia sangat menjijikkan dan sangat tidak berguna sejak Alpha satu satunya mati beberapa tahun, ia selalu pergi kesana" bisik yang lainnya, dia sama sekali tidak cantik dan seperti mayat hidup. Sama sekali tidak mempesona dan sama sekali tidak hidup.

"Kasihan..dia mengalami cacat ingatan permanen, dia bahkan meninggalkan anaknya sendiri" bisik yang lainnya melihat ke arah pria yang memiliki luka besar di kepalanya, tanpa bisa di obati. Luka yang menyebabkan kepalanya mengalami traumatis dan semua ingatannya hilang.

Dia hanya mengukir sebuah senyuman tipis, "Apa kau dengar itu Eren?" Serunya pada makam yang bertuliskan nama Alpha yang telah melindunginya itu, ia tersenyum. Kedua manik mata hitamnya hanya menyipit sayu ke arah orang yang tidak ada lagi ada di sampingnya itu.

"Aku...sama sekali tidak bisa mengingatmu...berapa kali pun aku coba..., Maaf aku tidak tau apa yang kau katakan...maaf aku lupa kau itu siapa..."

Levi menunduk, bahkan rasa sakit di dadanya menghilang tanpa bekas, ia mendaratkan kepalanya pada makam itu, sedikit memiringkan kepalanya melihat kosong kearah lain. Membiarkan dirinya tertancap bunga mawar merah yang dia bawa untuk kekasihnya itu.

"Tapi aku akan segera menyusul mu Eren..." Sebuah senyuman tipis terlihat, seperti tidak ada beban. Seperti semua hal yang akan dirasakannya saat ini sebentar lagi akan menghilang dalam bentuk kematian, karena ia sebenarnya tidak akan bisa hidup lagi. Daya hidupnya hilang jika pasangannya menghilang, ia sama sekali tidak akan berguna. Kedua matanya yang berwarna biru sedalam samudera, tanpa perasaan apapun. Tanpa ada siapapun didalamnya, berakhir dalam kekosongan seperti ini.

"Karena aku adalah Omega-mu", maka aku akan menyusul mu Eren dari dunia yang kejam ini, dari dunia yang sama sekali tidak menginginkan keberadaan dirinya, dari kata-kata mu yang pada akhirnya tidak akan bisa menyelamatkan dirinya, dirinya sudah hancur, sudah mati bahkan sebelum kematian akan segera menjemputnya. Bawalah aku ke sana, dan biarkan aku tenggelam dalam lautan darah yang mempesona itu. Bawalah aku ke dalam cintamu yang  begitu dalam, bawalah aku dan biarkan aku berada disana.

Perlahan Levi menutup matanya yang terasa lelah, akhirnya semuanya akan berakhir. Semua perjalanannya yang sangatlah menyakitkan, semua selesai dan dia akan bebas dari semua ini. Semua hal yang bahkan tidak ia ketahui, dirinya yang tidak akan bisa diselamatkan oleh siapapun karena dirinya hanya sendirian, tidak ada siapapun lagi yang ada

'Di sekitarnya'.
.

.




























































































"Can't I Save You?"

"No, don't save me"

"I don't deserve to be saved"



































































.

.
End-!

Belum selesai ya nanti kelanjutan book ini akan di lanjutkan pada Book kedua dengan pasangan HayaRyuu, dan kita akan menghujat Erwin dan apakah akhirnya?. Semoga kalian menikmati book ini sampai akhir, sampai jumpa di kelanjutannya.

Book dua , The Curse (HayaRyuu).

Bye!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top