20

"Kau?" Ulang Eren menatap tidak percaya padanya, ia teringat dengan sosok gadis cilik yang waktu itu ke rumahnya dan itu adalah adiknya Levi.

"Benar, Mikasa sudah dijadikan sebagai bahan eksperimen, sekarang tinggal bahan terakhir dalam hal itu Eren" seru Armin dengan wajah polosnya yang kini berurai air mata, ia tidak ingin melakukan ini. Namun, ia sama egoisnya. Ia ingin bebas, dan ia masih mencintainya.

"Levi, dasar sialan!" Seru Eren meraih jasnya asal dan langsung bergegas pergi ketempat Erwin. Sedangkan Armin hanya menatap eren dengan tatapan sayu-nya, ia mengelap air mata yang menetes dan meraih hape nya menekan kontak Erwin.

"Maafkan aku Eren, aku dan kamu adalah orang yang berdosa. Kita tidak akan bisa menyelamatkan siapapun"

"Termasuk diri kita sendiri"
.

.
Levi menatap diam kosong ke arah Erwin yang membuka pintu kamarnya, Erwin tersenyum. Ia menyeret Levi untuk keluar dari kamarnya itu. Levi tampak seperti bukan Levi yang keren dan biasanya. Ia tampak seperti orang yang berantakan, sangat berantakan. Rambut hitamnya acak-acakan dan mata Levi yang semakin dingin tanpa adanya kehidupan. Erwin memegang kedua bahu Levi menyerahkan jas-nya pada bahunya. Levi mengernyit aneh, saat merasa sangat tidak nyaman dengan aroma alpha Erwin. Dia merasa aneh, sekelebat pikirannya terbayang sudah. Ia menatap ke arah Erwin, dan menendang kakinya hingga ia menjauh dari sana melemparkan jasnya.

Erwin hanya tersenyum hangat padanya. Senyuman tipis yang sekarang sudah tau apa artinya dan itu menjijikan. Levi menatapnya tajam, masih ada rasa sakit itu. Namun, Levi harus tetap bisa mempertahankan kesadarannya. Semuanya harus menjadi jelas, pikirannya terasa di kabur-kan dan diganti.

Dan pelakunya adalah orang yang ada di depannya ini, Erwin Smith yang kejam.

"Kau adalah pelakunya kan?, Kau yang memasukkan aroma alpha mu padaku, cih dasar sialan. Kenapa kau membuatku seperti ini bajingan?!" Seru Levi, ia sudah tau semuanya.

Erwin tersenyum tidak tampak takut, "Iya itu adalah aku, Erwin yang kau cintai..ini adalah aku Erwin yang merupakan Alpha yang terikat denganmu".

"Omong kosong apa yang ka--"

Deg!

Deg!

Levi terhenti. Ia mundur dan memegang kepalanya yang terasa berdenyut. Ia tau kalau itu bukanlah kebenarannya, namun semuanya terus berputar. Untuk memaksanya menerima semua hal itu. Levi mencoba untuk mengabaikan semua hal itu, berhenti menyerangnya-!, Dia harus tetap sadar. Semuanya hanyalah permainannya, apa yang sebenernya sudah Erwin lakukan pada dirinya-?!.

"Kenapa kau menolak Levi?"

Deg!

Deg!

"Jangan mendekat kau BRENGSEK!" seru Levi mundur dan mengambil pisaunya dari dalam saku bajunya. Erwin hanya tersenyum dan terus saja mendekat, melontarkan kata kata yang membuat Levi merasa semakin gila. Ia meremas pangkal rambutnya dengan kuat, ia bisa gila kalau seperti ini.

"Kau akan menjadi diriku, kau akan menjadi alpha yang kau inginkan Levi...dengan menjadi diriku. Semuanya, Kita dan kau akan bisa merasakan cinta yang sesungguhnya. Tidakkah kau penasaran dengan hal itu?"

Hal gila apa yang sedang Erwin dibicarakannya, Levi mengeleng masih menolak semuanya, Erwin mendekat ia tersenyum dengan begitu lebat. Sebuah kilat obsesi terlihat diwajahnya, ia mendekati Levi memaksa wajah Levi mendongak padanya.

"Ayolah Levi~~ bukankah kau yang mau melepaskan ini semua dari dirimu!" Levi menepis dirinya. Melayangkan pisau itu hingga tertancap di tangannya namun ia malah tertawa, sama sekali tidak takut ataupun merasakan sakit. Erwin kali ini bukanlah seperti manusia.

"Aku tidak pernah mengatakan hal seperti itu-!"

"Betulkah?, Tapi aku ingat Levi kau yang membuatku seperti ini kau yang membuatku gila, itu semua adalah kesalahan-mu Omega-ku Levi. Itu semua adalah kesalahan mu makanya semua orang menderita, dan adikmu juga berkorban demi-mu"

"Mikasa..?, Kau bukankah kau yang telah membunuhnya!" Seru Levi meremas kasar kerah Erwin. Erwin hanya tertawa , ia menatap Levi dengan tatapan kasihan-nya. Mengelus pipi Levi yang tampak gemetaran.

"Tentu saja tidak...ia yang telah mengatakan kalau dia yang akan melakukan apapun untuk mu untuk kebahagiaan mu, ini adalah yang kau inginkan. Maka dia berkorban demi-mu Levi"

Plak!

"Brengsek, Brengsek!. Psikopat dasar Pembunuh!" Levi tampak seperti orang gila, ia menatap dengan manik membunuh dan ia mengarahkan pisaunya lagi ke arah lainnya, Erwin melepaskan pisau itu dan melemparkannya dengan mudah. Levi melihat kearah vas dan mengambilnya mengayunkan ganas pada Erwin. Erwin menghindar dengan mudah karena sekarang Levi hanya membabi buta.

"Tenanglah Levi...aku hanya menginginkan apa yang kau mau. Sekarang hanya kau yang bisa melakukannya" seru Erwin memegang tangan Levi yang gemetaran, ia berbisik tepat di telinga Levi membuatnya terasa sangat pusing, semuanya berputar dan semuanya semakin berputar membuatnya lupa.

"Bukankah kau yang mau melepaskan ikatan alpha dan omega ini--?"

Benar, dirinya yang ingin melepaskan semua ini. Cinta kaku yang diharuskan. Sebuah kasta tertentu yang tidak akan bisa diganggu gugat. Ia benci akan hal ini. Jika semuanya berhasil, maka bukankah dia yang akan bebas--?. Dia yang akan hidup tanpa kesengsaraan, ia bisa berada di posisi teratas tanpa siapapun yang seharusnya ada diatasnya. Ia bisa bertukar, ia bisa bebas, ia tidak akan seperti ini. Ia tidak akan berpura pura untuk kuat seperti ini. Dan dirinya akan melindunginya, dan orang itu akan tersenyum padanya. Tidak lagi kesusahan. Kami berdua akan bahagia.

---Tunggu, kami?. Siapa?. Senyum Levi menghilang, Bukankah sejak awal dia sudah sendiri--?. Lalu untuk siapa ia sampai berusaha seperti ini--?. Eh...kok dia lupa, apa ini kok kosong sekali. Kalau dia lepas, lalu apa--?. Tidak akan ada yang terjadi, siapa yang ingin dia lindungi---tidak ada---untuk apa dia berusaha sekuat ini?. Siapa siapa yang ada disampingnya, Levi melihat ke sekeliling. Tidak ada siapapun, siapa siapa--?. Dia seperti melupakan sesuatu yang sangat berharga, Tapi siapa--?.

"S..siapa..siapa yang aku lindungi?. Tunggu siapa kamu?, Kau itu siapa?" Sekali lagi Levi kehilangan ingatannya, Erwin tersenyum mendekatkan bibir nya pada wajah Levi perlahan.

"Bantulah aku Levi, kau akan mendapatkan semuanya. Aku butuh tubuhmu" seru pelan Erwin dengan manik birunya yang penuh dengan hasrat. Dirinya yang tidak lagi memiliki hati dan apapun hanya sebuah keinginan yang membuatnya gila dan melakukan apapun.

Srek!
.

.
Sosok bersurai coklat itu langsung menyeret Levi untuk menghindar dari sana. Eren, dia baru saja berlari sekuat tenaga kesini. Erwin terjatuh, Eren memeluk Levi. Ia melihat kearah manusia rendahan yang ada di depannya itu, Erwin. Dia adalah sosok penjahat, kejahatan yang dia lakukan sudah diluar akal manusia. Menjadikan seseorang sebagai bahan eksperimen rahasia, menangkap dan juga mempermainkan orang orang biasa, dan kali ini ia bahkan ingin menggunakan Levi hanya sekedar untuk keinginan pribadi miliknya sendiri. Menjijikkan.

"Kau dasar BRENGSEK!. Apa yang kau pikirkan Erwin, menjadikan manusia sebagai bagian dalam permainan-mu?" Seru Eren , mengeratkan giginya dengan kesal. Ia bahkan tidak bisa lagi mentoleransi perbuatan bejad dari Erwin. Melihat dengan jelas bagaimana ruangan itu, dan juga ia melihat berapa banyak mafia dan orang biasa yang menghilang dalam rumah. Rumah Erwin yang diinjaknya sekarang adalah sarang mayat. Semua kematian ada disini, bau darah menyebar kemana-mana dan membuatnya sangat busuk.

Erwin tertawa tanpa rasa bersalah, ia berdiri dari posisi awalnya. Mengarahkan kedua tangannya ke pipinya dan melihat kearah Eren dan Levi yang saling melindungi. Erwin seperti manusia sakit jiwa, ia bahkan tidak bisa disebut lagi sebagai ukuran seorang manusia, mengingat sangat kejamnya dia menyiksa orang orang di ruangannya itu.

"Lihatlah, betapa indahnya cinta diantara kalian. Diantara kalian yang tidak ada cinta, kini kalian saling melindungi. Ah betapa indahnya, bolehkah aku juga membedah kalian--?. Aku sangat penasaran--!" Seru Erwin dengan binar mata penasarannya.

Deg!

"Sialan kau , bajingan. Aku tidak tau kata apa lagi yang cocok dengan bajingan seperti-mu itu, mempermainkan jiwa seseorang dan membunuhnya. Kau tau itu bahkan bukan perbuatan seorang manusia. Kau adalah monster, Erwin!. Kau sangat menjijikkan-!" Seru Eren tampak sangat marah. Erwin tertawa, ia mendekatinya. Eren masih melindungi Levi dari depannya, ia mengambil pisau nya di dalam sakunya itu. Erwin langsung mendekat dan mengarahkan pisaunya juga pada Eren, Eren segera menghindar dan Erwin seperti sudah tau akan hal itu. Ia mengarahkan pisaunya pada Levi dan Eren yang seharusnya bisa menghindar dengan cepat menangkap pisaunya hingga berhenti tepat sesenti sebelum ia menyentuh keningnya.

"Kau hebat Eren, tidakkah kau mau ikut didalamnya--?"

"DIAM!" Eren mengarahkan pisaunya kearah wajahnya, terkena sedikit. Erwin mundur dan meneruskannya.

"Permainan diantara kita dan Levi adalah pusatnya. Bukankah kau bosan dengan hal biasa-?"

Benar, sebelumnya Eren akan merasa ini akan jadi permainan yang menyenangkan. Namun, sebuah perasaan aneh tumbuh. Dia tidak menyadarinya hingga ia mengetahui kalau tanpa sadar ia jatuh cinta pada Levi, jatuh cinta sejak pertama bertemu setelah sekian lama. Perasaan aneh yang menghancurkan segalanya. Menghancurkan prinsipnya, dan ia hanya ingin menyelamatkan Levi. Itu adalah rasa cinta yang dirasakannya, ketika melihat Levi yang bahkan tidak mengenalnya. Rasanya dirinya akan hancur, jika tidak dicintai. Rasanya dirinya akan mati jika tidak dicintai oleh Levi, ia ingin di cintai olehnya.

Mencintai sendirian itu sangat menyakitkan. Untuk pertama kalinya Eren merasa jatuh cinta, pada seseorang yang bahkan sama sekali tidak mencintainya, melihatnya hanya memandang nya tanpa perasaan begitu sangat menyedihkan, dia seperti cermin yang hancur tanpa apapun. Ia tidak ingin hancur, oleh karena itu ia membutuhkan Levi. Ia butuh cintanya, ia merasa aneh. Perasaan aneh yang menghancurkan segalanya, tentang dirinya dan hatinya. Eren seperti orang bodoh yang akan hancur karena mencintai seseorang yang sama sekali tidak akan memiliki perasaan padanya, ia merasa akan binasa jika tidak dicintai kembali.

"Aku..aku sangat mencintai Levi, aku sangat mencintainya. Aku tidak bisa membiarkan Levi untuk kau lukai, aku tidak akan bisa membiarkannya sedikitpun karena aku mencintainya" seru Eren tersenyum, Erwin terdiam ia tertawa keras. Ia memandang ke arah Eren dengan wajah polos yang begitu mengerikan.

"Cinta. Kau merasakan cinta padanya?!. Tidakkah itu semua hanyalah obsesi. Sama seperti ku. Kau terobsesi padanya, Eren merasakan cinta pada seseorang yang bahkan tidak akan pernah merasakan hal itu, itu begitu lucu. Aku tidak percaya kau malah merasakan perasaan bodoh tidak masuk akal itu , aku mencintai Levi juga.."

"Apa maksudmu?"

"Aku mengatakan kalau dia adalah milikku. Aku menginginkan segalanya tentangnya. Benar, itu adalah kata cinta. Aku membutuhkan dirinya untuk rasa cintaku yang sudah menumpuk ini. Aku ingin mengunakan nya. Bukankah itu adalah cinta--?, Itu adalah cinta Bukan--??!. Kau sama sepertiku kau menggunakannya!"

Eren mengatupkan bibirnya, tidak bukan hal itu. Rasa amarah memenuhinya. Cintanya bukan hal se-hina itu, ia sangat bisa merasakan kalau cintanya tidak seperti itu. Ia ingin melindungi Levi, ia ingin selalu bersamanya, tertawa bersamanya. Hari hari bersamanya, ia ingin selalu yang ada di sampingnya, ia ingin Levi mencintainya. Rasa cinta tulus seperti itu tidaklah sebanding dengan cinta yang dikatakan Erwin semuanya tidak benar. Karena ia merasakannya, ia akan hancur tanpa Levi. Ia akan hancur jika ia tidak dicintai, oleh karena itu--meksipun begitu--ia akan tetap bertahan. Meksipun nanti ia akan hancur ia tetap ingin menyelamatkannya. Levi tidak akan pernah mencintainya dengan rasa yang sama, namun dirinya akan tetap mencintainya dengan rasa yang selalu sama.

"Cinta itu berbeda, kau tidak akan pernah mendapatkan cinta yang seperti itu BAJINGAN!" Seru Eren dengan kedua matanya membulat penuh dengan amarah. Ia mendekat dan melayangkan pisaunya pada Erwin . Erwin terjatuh, sebuah tetesan mengalir dari bawah lantai. Eren memiringkan kepalanya kearah Levi, dilihat nya pipinya berdarah. Eren cemas, ia langsung memegang kedua pipi Levi dan mengusap pipinya dengan lembut.

"Kau tidak apa apa Levi--?" Tanya Eren dengan khawatir, Levi menatapnya diam,membuat Eren menjadi heran. Ia menepuk pipi Levi sembari tersenyum.

"Hei kau kenapa--?. Aku bertanya karena khawatir padamu loh--?" Seru Eren dengan senyuman manisnya, Levi menatapnya dalam diam. Kedua matanya menatap kosong tanpa siapapun disana.

"Siapa kau?"

Deg!

Gerakan , hati dan bahkan semuanya terasa terhenti. Ia tidak bisa merasakan apapun, apa yang baru saja dia katakan?. Eren menatap dalam diam, ia mengelus pipi Levi yang berdarah. Tatapannya yang begitu kosong, seperti mereka memang tidak pernah bertemu sebelumnya. Eren tertawa, mencoba agar semuanya hanya sebuah halusinasi belaka.

"Ka-kau bercanda?. Candaan mu itu kejam Levi. Kau tau kan aku ini Eren--?" Seru Eren, Levi lagi lagi hanya menatapnya diam, ia mengerakkan kepalanya ke arah Eren dan Eren bisa merasakan kalau hatinya terasa amat sakit, dia seperti ada pecahan yang teretak didalam sana perlahan lahan membuat bagian dalam tubuhnya terasa berdenyut. Eren takut dengan apa yang akan dikatakan oleh Levi selanjutnya, ia takut saat melihat bibirnya yang perlahan terbuka dan lagi ia mengucapkannya kata-kata yang membuat semuanya sia sia. Kata kata yang menyakitkan.

"Kau seperti ini karena ku, kau itu sebenarnya siapa?, Apa aku pernah mengenalmu--?"

Rasanya sakit, mengatakan kata itu pada dirinya. Seseorang yang selalu ada disisinya. Eren yang selalu menyelamatkannya, ia bahkan sama sekali tidak tau akan hal itu. Melupakannya, semuanya dan tidak ada yang terjadi. Eren tidak tau kalau rasanya akan sesakit ini, hatinya seperti berdenyut. Seperti hal yang ia lakukan selama ini sama sekali tidak berarti. Tatapannya yang bahkan lebih dingin, dia yang tidak ada lagi dalam setiap segi kehidupannya. Tidak ada namanya, keberadaannya, tidak ada dirinya apapun. Dia sebagai orang asing. Orang yang tidak dikenalnya, yang sudah terhapus dalam memorinya. Eren bisa merasakan dadanya sangat sakit, rasa apa ini. Ia harus tahan, ini adalah sebagian kecil. Dia adalah alpha, seharusnya ia tahan.

"Oh begitukah?. Aku juga..sama sekali tidak.." tetesan hangat itu mengalir tanpa bisa ditebak, apa ini dia menangis--?. Sesakit itu kah--?. Mengatakan hal itu bahkan sesakit ini, mengatakan kalau dirinya juga sama sekali tidak mengenalinya, lidahnya terasa kelu. Rasa sakit didalam dadanya meledak membentuk aliran air mata panas yang serasa membuat matanya rabun, melihat Levi di depannya yang melihatnya bingung. Ia yang bahkan tidak tau kenapa dirinya menangis, Levi yang tidak tau.

Tidak tau kalau dirinya sangat mencintainya. Levi yang bahkan tidak tau dengan dirinya, yang tidak akan pernah tau kalau dirinya lah penyebab dari semua rasa kesakitan ini. Dari air mata yang mengalir dari pelupuk matanya, sakit. Ia ingin berhenti, namun rasanya sakit. Ia seperti memegang sebuah bunga mawar cinta yang berdarah. Dimana tidak ada seseorang pun disana, di hatinya. Tidak ada dia, dia tidaklah ada disana. Waktu itu terasa terbuang percuma, waktu itu bahkan tidak ada.

Didalam ingatan Levi. Ia sama sekali tidak ada. Tidak ada.

Eren bisa merasakan tangan Levi yang memegangnya, dengan sebuah senyuman di sana yang terurai. Eren bisa merasakan dadanya berdenyut saat ia melihat semua itu, secara langsung orang yang paling dia cintai pada akhirnya melupakan dirinya. Segala waktu yang dia habiskan bersama dengannya, hal itu sama sekali tidak ada. Orang didepannya, yang merupakan awal dari kisah cinta pertamanya berakhir dengan tragis bahkan sebelum ia hendak membuatnya mencintainya. Levi yang melihatnya dengan tatapan yang berbeda, kosong seperti Eren bukanlah siapa siapa baginya. Dia tidak pernah hadir, semuanya terhapus. Terhapus dalam rapi , dan hanya tersisa Eren yang mengingat semua itu dalam cintanya yang sunyi.

Eren yang mencintainya dengan Levi yang tidak mencintainya, bahkan ia sama sekali tidak mengenal. Cinta yang bahkan sebelum dimulai, menghilang begitu saja tanpa peringatan sedikitpun. Levi yang ada disana namun bukanlah Levi yang ia ketahui, Levi yang sama sekali tidak pernah mengenalinya, dia yang hanya mengingat semua kejadian itu. Orang yang ikut dalam mengembangkan cinta itu kini sama sekali tidak mencintai dan melupakan semuanya. Hanyalah orang asing, sebuah perasaan yang tidak bisa lagi di pertanggung-jawaban. Karena orang yang dia cintai itu, tidak ada lagi disana. Ia tersenyum tanpa tau perasaan Eren yang semakin terkikis, ia mengatakan hal menyakitkan dengan polos tanpa tau kalau Eren terluka mendengarnya, ia menatap Eren seperti orang asing tanpa tau kalau tatapan itu membuat Eren tidak bisa menghentikan air matanya yang terasa mengalir dari pelupuk matanya. Levi, yang dia cintai dan juga Levi yang membuatnya jatuh dalam keterpurukan seperti ini.

Levi yang membuatnya jatuh cinta, Levi yang membuatnya merasakan hal yang aneh. Disaat ia akhirnya mengetahui semua hal itu, ia melupakan semuanya. Bahkan ia tidak tau alasan Eren bisa mencintainya seperti ini padanya, cinta itu adalah sebuah kesakitan. Semuanya bisa jatuh cinta. Semuanya juga bisa terlukai karena rasa cinta itu. Rasa cinta yang menyiksa, rasa cinta yang membuat seseorang bisa terluka begitu dalam. Eren merasakannya saat ia mencintai Levi begitu dalam, ia terluka tanpa bisa terlihat. Ia tersenyum mencoba menyembunyikan semua itu, tapi air mata tidak akan pernah bohong. Seberapa bagus ia menyembunyikan hal itu, ia tidak bisa menghentikan kalau ia tidak ingin Levi lupa begitu saja dengannya. Ia tidak ingin Levi melupakannya, ia tidak ingin Levi melupakan setiap momen dimana Levi membuatnya perlahan jatuh cinta padanya. Ia tidak ingin Levi menatapnya seperti itu, keinginan mudah seperti itu--?, Hal yang tidak akan pernah terwujud lagi. Semuanya sudah terjadi dengan begitu cepat dan menyakitkan seperti sebuah drama. Drama dimana dia dan Levi adalah pemerannya.

Dimana cinta Eren tidak akan pernah terwujud dan dirinya yang terhapus-kan di dalam ingatan Levi. Eren tersenyum, ia mengarahkan tangannya mengelus pipi Levi. Ia sudah sering menyentuh nya, tapi Levi mungkin tidak akan tau. Eren mengarahkan wajahnya perlahan mendekat. Rasa sakit yang menyiksa, membuat dia ingin mati seketika. Bibir ini juga untuk pertama kalinya, ia mengatakan hal itu pada Levi. Ia merasakannya. Momen yang mungkin juga tidak akan diingat lagi , tidak akan pernah ada.

Cup!

Bisakah kau mencintaiku lagi?, Pasangan ku--?.

Eren melepaskan ciumannya, rasa sakit yang menyiksa. Ciuman yang terasa hambar. Eren masih tersenyum, ia harus tetap tersenyum meksipun dalam masalah. Ia harus senang dalam hal yang menyakitkan, itu semua adalah kehidupan. Eren merasa kalau dirinya akan hancur jika tidak melakukan itu, Eren bisa merasakan kalau dirinya akan jatuh jika ia tidak tersenyum seperti ini. Eren merasa kalau air matanya tidak akan pernah berhenti mengalir jika ia tidak menerimanya.

"Aku tidak mengerti" seru Levi memegang bibirnya, ada sebuah perasaan aneh yang menyentak jauh didalamnya. Perasaan yang terlupakan. Perasaan asing yang begitu aneh namun nyaman, ia melihat kearah Eren. Rambut dan wajah yang familiar namun ia tidak mengenalinya, dirinya yang ada dalam satu waktu namun ia tidak bisa mengingat nya. Dirinya yang seperti ada disini, mengatakan sesuatu yang begitu menghangatkan. Ia juga lupa akan hal-hal itu, apa yang sebenernya ada dalam ingatan itu--?. Siapa kau dalam ingatan yang rabun itu--?. Levi melihat kesebelah-nya dalam memori yang terhapus kan. Dia sedang tersenyum padanya, senyuman hangat namun semuanya lagi lagi menghilang. Siapa kau--?, Levi merasakan detak jantung aneh dan tetesan hangat yang seketika mengalir. Ia lupa akan sesuatu, ia tidak tau... rasanya dadanya begitu sakit ingin Levi meneriakkan sesuatu, ia tidak tau apa akan hal itu. Melihat dia ada didepannya, ingatan yang ia lupakan terasa begitu berharga.

Ia ingin mengingatnya.

Namun ingatan itu menghilang, semuanya pergi dan Levi hanya berjalan sendirian didalam sesuatu keheningan. Seseorang memegang bunga mawar berduri disana. Seseorang yang seharusnya sangat ia kenal, namun seseorang itu lagi-lagi menghilang saat ia mendekat, dan semuanya kembali sama. Ia selalu sendiri. Ia ingin tau apa perasaan yang menyesakan ini, kenapa ia harus mengalami sesuatu seperti ini--?. Kenapa kisahnya harus se-menyedihkan ini--?. Tidak bisakah semuanya berakhir bahagia---?, Bisakah kami berakhir bahagia--?, Saling tersenyum dan bercanda tawa tanpa terlibat dalam semua ini.

Bisakah---?

Atau memang kisah kami memang sudah seperti ini--?
.

.

Bisakah Tuhan masih mencintai kami--?. Tetesan hangat perlahan mengalir membasahi pipi, mengalirkan kisah yang sungguh menyedihkan didalam ini. Bibirnya perlahan berucap lagi akan kata-kata yang tidak akan bisa terurai. Hanya bisa saling merasakan tanpa bisa sekalipun melakukan apapun. Hatinya yang hancur berkeping-keping dan sebuah bunga mawar merah yang ia genggam. Perasaannya yang hancur, jatuh berderai terluka dan ia tidak bisa melepas semua itu seperti keharusan.

"Bisakah kami semua berakhir bahagia----?"

Ataukah semuanya hanyalah ilusi---Khayalan---Belaka---?

Sebuah Kebohongan--?

Sebuah Kesakitan (Hurt)--?

Kisah yang Angst--antar kedua manusia yang saling mencintai-?

Pasangan yang diharuskan, bisakah saling mencintai---?

Bisakah--?

.

.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top