18

Levi menguraikan surai-nya ke arah depan lalu ke belakang secara bergantian, ia meremas pangkal rambutnya dengan kasar. Kedua mata birunya perlahan terbuka menampilkan kekesalan dan kebingungan.

"Hah..., Kenapa kepalaku pusing sekali" seru Levi datar, seraya lagi-lagi mengambil berkas pekerjaan diatas mejanya itu dengan tenang. Ia harus tetap bekerja seperti biasanya. Rasa yang aneh ini tidak boleh sampai menganggu aktifitasnya itu.

"Apakah anda baik-baik saja tuan, silahkan minum obatnya dulu. Untuk meredakannya" seru hanji menyerahkan obat label ditangannya, Levi meraih obat itu melihatnya sekilas dan ia menatap kearah Hanji dengan tatapan dinginnya itu.

"Obat apa ini?, Tidak ada label" seru Levi. Dia tidak sebodoh ini sampai tidak tau. Walaupun kepalanya sedang sakit, seperti nya ia ingat sesuatu sebelum kemarin ia sempat pingsan. Hanji, ada sesuatu yang ia ketahui tentangnya kemarin. Sesuatu---Apa ya---?. Melupakan sesuatu tidak seperti biasanya, Levi menatap wakilnya itu secara dalam-dalam. Namun, semakin ditatap ia malah semuanya terasa berputar-putar dan ia semakin pusing.

Hanji hanya tersenyum tipis dan berbisik tepat di telinganya saat Levi memegang keningnya yang terasa berdenyut-denyut. Levi memejamkan matanya mencoba menetralisir kan rasa sakit yang ada di seluruh ingatannya.

"Minum saja Tuan, kau tau ini adalah kiriman dari Erwin, kekasih anda. Soulmate anda"

Soulmate---?, Ah benar, jika itu adalah kiriman dari Erwin, maka itu adalah hal yang baik. Karena dia adalah pasangannya, ia tidak akan melakukan apapun. Dia mencintainya kan?, Sudahlah. Daripada semakin pusing ia harus meminum ini, hanya sebuah obat kan----?.

Levi meneguk obat itu, dan hanji hanya tersenyum disebelahnya. Semuanya hanya sama seperti biasanya, tidak ada hal yang jauh berbeda. Sehingga cukup terasa aneh. Levi pulang dari kantor seperti biasanya, ada yang terlupakan. Merasakan ada yang Dejavu, semakin Levi berusaha mengingat akan hal itu semakin pusing pula dirinya. Padahal tadi ia sudah minum obat, masih saja pusing. Levi memegang kepalanya berusaha tetap sadar dan berjalan.

Bruk!

Dia terhempas ke dinding karena kewalahan, badannya sangat lemah. Levi mengangkat badannya yang terasa melayang layang. Kedua matanya berkali kali terpejam, semuanya rabun dan Levi bisa merasakan kalau pikirannya diambil alih. Seperti sedang berusaha mengubah emosi dan semua isi ingatan yang ada di dalamnya. Biasanya hal ini tidak akan membuatnya merasa terganggu, ia sangat kuat dan tidak pernah sakit.

Aneh---Ada yang aneh---?, Tapi Levi pun tidak tau. Ia tidak mau tahu, yang ia pikirkan adalah cara untuk lepas dari pusing ini.

Beberapa orang mendekat, siapa mereka--?. Ugh..kepalanya pusing lagi. Levi melihat dengan remang-remang. Aroma alpha, beberapa orang berbadan besar. Siapa--?. Levi meraih pisau yang ada di sakunya. Menatapnya tajam berusaha melayangkan itu, namun tidak kena. Are--!, Padahal ia sudah yakin bisa dalam sekali tebasan membunuh mereka semua. Ia seperti orang buta dan lemah sekarang.

Orang itu tertawa melihatnya, kurang ajar. Akan kubunuh mereka semua sekarang, tapi tangannya malah ditahan. Pisau itu dijatuhkan dengan mudah, Levi menatap remang remang berusaha mempertahankan kesadarannya. Aroma ini, membuatnya semakin pusing. Setiap kali ia bersama dengan sebuah aroma dia akan sangat pusing, kenapa--?. Tunggu, bukankah hanji adalah Beta. Lalu kenapa----?, Apa jangan jangan Erwin telah menipuku-?, Semuanya sedang menipu-ku.

***

Erwin adalah Pasangan-Mu

Erwin adalah Alpha-Mu

Erwin adalah Milik-Mu

Erwin Mencintaimu

***

Kata kata itu seolah seperti menghipnotis, menghisap segala kesadarannya. Memutarbalikkan fakta yang ada. Levi berusaha untuk menyangkal itu, namun semakin disangkal semuanya akan semakin berbahaya. Dirinya semakin pusing dan semakin hancur. Sejak kapan Omega terkuat sepertinya bisa seperti ini---Siapa yang salah--?.

"Hei apa kau adalah omega?". Suaranya terdengar jelas, masuk tapi Levi semakin pusing.

"Tentu saja, mau apa kau sialan?. Lepaskan atau kubunuh kau" seru Levi, pikirannya pening, ia harus menolak. Ia harus lepas, ia harus menjadi sangat kuat.

"Hahaha!" Mereka tertawa, seperti menertawakan sesuatu yang lucu. Dia lucu---?, Tidak ada yang pernah seperti ini padanya. Ancamannya sangat ditakuti, semuanya menurut karena takut mati. Dia benar-benar akan membunuh mereka semua, kepalanya pusing lagi. Levi menatap dengan kedua matanya yang sedikit menyipit, yang seolah sedang dimabuk oleh sesuatu yang sangat ber-aroma. Sialan, menjauh dariku---!.

'Aroma Alpha memabukkannya'.

Seseorang mendekat, Levi segera mendorongnya namun entah kenapa tenaganya begitu lemah, hingga Levi dengan mudah terdorong kebelakang. Rasa pusing mendominasi lagi, kali ini lebih dahsyat membuat Levi tidak bisa berpikir tentang hal lain lagi. Kata-kata yang terucap seperti diputar balik, pikirannya seperti dicampur-adukan.

"Hei, cantik. Mau tidur bersama kami?"

Eh..apa yang dia katakan-?. Tidur. Pusing ini akan berakhir kalau ia beristirahat --- kan?. Tunggu, tidur---levi berpikirlah tidur itu apa. Bersama para alpha brengsek ini, tidur bersama mereka itu berarti adalah sebuah pelecehan. Dasar brengsek, semurah itukah dirinya---??. Dasar brengsek, ia tidak akan pernah--Apa tadi--?.

"Bagaimana?, Apa kau mau tidur bersama kami?"

Kata-katanya yang diucapkan terasa berputar-putar. Tidur, benar. Ia butuh tidur sekarang, persetan dengan semuanya. Levi melihat kearah mereka. Dengan kedua mata sayu menyipit, rasanya begitu sakit sama sekali tidak tertahankan. Jika tidur bisa menghilangkan semuanya--Maka

---"Tolong Tidurkan aku"---?

Apa yang kukatakan?, Sudahlah semuanya tidak penting lagi. Mereka tersenyum, kenapa mereka tersenyum seperti itu-?. Apa yang senang-?, Siapa yang membuat mereka seperti itu-?. Semuanya tidak penting lagi, mereka semakin mendekat. Bibir mereka mendekat, aroma itu semakin memabukkan membuat Levi tidak bisa menjadi dirinya sendiri---seolah ia menjadi orang lain yang berbeda---Siapa---?.

Siapa dirinya sekarang---?.

Bruk!

Levi terlepas dari mereka. Ia menyandarkan diri dengan lemas ke arah dinding, melihat dengan mata rabun. Siapa--?, Kenapa berhenti--?. Seseorang sedang memukuli mereka dengan brutal. Ia berbalik dan itu adalah seseorang yang sangat ia kenali. Kepalanya semakin pusing, seperti sebuah racun yang terus mendekat. Ia terus mendekat dan memegang kedua pundaknya berhadapan dengan dirinya yang bermata emerald.

"Apa yang kau lakukan Levi?!" Tanyanya penuh khawatir.

"Apa...aku hendak tidur dengan mereka---Siapa kau?" Seru Levi dengan aura memabukkan.

"Kau-!. Tunggu" Eren mendekat dan mencium aromanya. Lalu ia menatapnya sinis.

"Kenapa kau beraroma seperti Erwin--?, Kau tidur dengannya?" Tanya Eren mengintimidasi tanda tidak suka jika miliknya seenaknya disentuh orang lain.

"Tidur.... tidak, ugh...dasar brengsek. Kau itu siapa---?! Menghindar dariku----!, Kau membuatku sangat-sangat tidak nyaman!" Seru Levi tidak tahan dan mendorongnya namun Eren tidak mau melepaskannya.

"Aku adalah alpha-mu!, Kau itu lagi mabuk?!. Tidak, lalu kau sebenernya kenapa Levi--?!" Seru Eren membuat pikirannya semakin bercabang-cabang.

"Alpha..." Gumam Levi tidak sadar. Ia seperti sedang mengingat sesuatu, lalu sebuah pikiran terbesit. Ia mengeleng kuat dan menatap tajam ke arah Eren. Tatapan yang sangat asing, tidak biasanya seperti itu.

"Kau bukan alpha ku. Siapa kau?. Dasar sialan, seenaknya kau mengaku sebagai pasangan ku. Siapa kau brengsek?!" Seru Levi menatapnya asing. Tatapan yang tidak biasanya, seolah ia tidak pernah ada dalam hidup seorang Levi. Seolah dia adalah orang asing di dalamnya.

Eren mendecih, ia mendekat ke arah Levi tidak berniat hendak melepaskannya. Hingga kedua mata mereka saling berhadapan satu sama lainnya. Menatap dalam-dalam penuh intimidasi masing-masing. Orang yang ada di depannya, membuatnya sangat tidak nyaman. Tidak seperti alpha lainnya, dia adalah sumber dari kesakitan ini.

Levi mengambil pisaunya dan menusuk pinggangnya membuat Eren terkejut, ia menatap tidak percaya dengan pisau yang kini menancap tanpa ampun di bagian tubuhnya itu. Levi hanya menatapnya dingin disana, Eren mendekatinya dan mencabut pisau itu begitu saja. Kali ini Eren terlihat sangat marah, tidak ramah seperti biasanya.

"Apa yang kau lakukan padaku?, Kau tidak tau Levi--?!"

"Aku tidak tau!. Sialan lepaskan aku!. Kau siapa?!" Seru Levi. Jika ia disini terus,ia bisa gila karena rasa sakit menyakitkan ini.

"Siapa siapa!, Aku ini Eren!. Aku adalah pasangan mu Levi!"

Mata Levi mengelap, tidak ada nama Eren dalam ingatannya. Tidak ada Eren dalam setiap segi kehidupannya. Ia meraih pisau lainnya dan menusuk tangan Eren membuatnya melepaskan paksa genggamannya itu seraya
merintih kesakitan memegang tangannya yang berdarah.

"Kau adalah penjahat!, Pembohong!. Dasar sialan,kau mencoba membodohiku-?" Seru Levi dengan sangat dingin. Ia tampak sama sekali tidak menyesal ataupun memikirkan telah melukai Eren,pasangannya sendiri. Eren melihat kearah matanya dan nafasnya terasa tersekat. Didalam sana, tidak ada keberadaan dirinya seperti biasanya. Disana ada orang lain, orang yang seharusnya tidak ada disana. Orang yang berbeda.

"Alpha ku adalah Erwin, kau itu hanyalah penjahat. Siapa kau-?. Aku tidak mengenalmu" seru Levi sebelum pergi begitu saja dari sana. Memasukkan pisau berdarah itu tanpa sedikitpun berniat melihat kearah Eren yang hanya syok disana. Eren terdiam ditempatnya, tangannya terasa ber-getaran sekarang.

Siapa dia--?

Levi tidak mengenalnya--?

Kalau begitu semuanya, semua hal yang terjadi. Semuanya-!.

Eren menggelengkan kepalanya. Wajahnya memucat, keringat dingin menetes. Kedua matanya terbelalak dengan tidak percaya, nafasnya terasa sesak. Rasanya ia tidak mampu untuk sekadar bernafas sekarang. Rasa sakit apa ini. Rasa mencengkam ini, seolah ia sedang dilupakan oleh seseorang yang berharga. Eren memeluk dirinya sendiri, dan tetesan hangat mengalir dari sana setiap mengingat sikap dingin Levi seolah ia baru saja mengenalnya. Seolah Eren yang sebelumnya hanyalah halusinasi yang tidak pernah terjadi.

Levi yang seharusnya menatapnya dengan tatapan yang berbeda. Levi yang tidak akan menusuknya seperti itu, ia adalah penjahat. Eren tidak tau kalau ia akan merasakan rasa ini untuk dirinya yang belum pernah merasakan cinta, ia tidak yakin. Dan sekarang sepertinya ia yakin, melalui rasa sakit ini. Ia tau kalau rasa cinta yang ia rasakan adalah ketulusan. Ia sangat mencintai Levi, sangat hingga disaat dirinya tiba-tiba begitu saja menghilang dari Levi. Ia merasa seluruhnya menjadi sangat sia-sia. Seseorang yang ingin dia lindungi, seseorang yang ingin dia selamatkan. Hal itu semuanya menjadi sama sekali tidak berarti. Semuanya itu hanya menjadi hal hilang yang tidak pernah ada. Dan dia hanyalah orang asing yang terlihat begitu bodoh melindungi seseorang yang lupa akan keberadaan dirinya. Eren membulatkan kedua matanya yang terasa begitu panas, hatinya seperti ditusuk-tusuk hingga tidak berbentuk lagi.

Sekarang, siapa yang akan dia selamatkan---?.

Dirinya yang bahkan bukanlah siapa-siapa--?.

Semuanya yang tidak pernah terjadi dan hanya dirinya yang menganggap semuanya--?.

Apa yang terjadi--?.

Semuanya terasa berputar-putar dan begitu berat. Eren tidak tau lagi apa yang harus dia lakukan untuk seterusnya, ia ingin selalu melindungi Levi karena eren sangatlah mencintai Levi. Ia ingin Levi tidak menatapnya seperti itu. Ia ingin agar Levi juga menjawab perasannya, tinggal sedikit lagi. Dan bahkan semuanya menghilang sebelum ia berhasil meraihnya. Tidak ada kesempatan kedua. Dirinya yang kembali menjadi orang asing.

Can't I Save You--?

"Bisakah aku menyelamatkan dirimu?. Wahai pasangan-ku. Maafkan aku dan kumohon cintailah diriku ya?" Bisik Eren dan kembali memeluk dirinya sendiri dalam keheningan yang mencengkam. Dirinya yang sudah dilupakan, dirinya yang sangat menyedihkan mengambil cinta dari seseorang yang bahkan sebelumnya ia tidak pernah anggap. Sekarang, dia harus memulai semuanya. Sebagai orang asing, orang yang tidak pernah dikenal.

Orang yang tidak ada dalam setiap kehidupannya.
.

.
Levi menatap kearah rumah besar yang sudah lama dia tinggali itu. Aroma Erwin-?, Eren. Siapa dia---?. Dasar orang aneh yang tidak dikenali. Levi menghiraukan rasa sakit yang bersarang didadanya, ia hanyalah orang asing yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. Levi mencari saudaranya Mikasa, tidak ada. Dari kemarin ia belum pulang. Erwin bilang, kalau Mikasa sedang melakukan sesuatu untuknya. Apa--?.

Levi berkeliling, kalau diingat ia belum pernah mengelilingi rumah besar ini. Erwin sedang tidak ada di dalam rumah. Levi mendekati sebuah ruangan aneh disana. Levi mendekat, dan ia mengetuknya. Tidak ada yang aneh, hanya perasannya saja. Levi berbalik hendak pergi, namun sebuah aliran merah mengalir dari antara kakinya dan membasahi sepatunya.

"Apa ini?" gumam Levi mengernyitkan dahinya heran. Ia menunduk dan dadanya langsung berdegup lebih kencang. Ia melihat kearah pintu yang perlahan terbuka. Levi bangkit dari posisinya, kenapa ada Darah disini--?. Levi beranjak ke dalam sana. Masuk dalam ruangan aneh itu.

Deg!

Deg!

Apa yang ada di dalamnya begitu mengerikan. Sampai membuat Levi mual, ia tidak mengira dalam rumah Erwin akan ada ruangan seperti ini dan dia baru menyadarinya. Levi menutup mulutnya dari bau anyir yang menguar tajam dari seluruh ruangan itu. Tatapannya menatap tajam ke seluruh ruangan melihat semuanya yang ada didalam ruangan itu.

Levi melangkah, menginjak tumpukan mayat membusuk disana. Di pinggiran dinding penuh cipratan darah segar dan sudah lama. Dan benda benda tajam seperti operasi dengan usus mengantung disana. Levi berjalan ke arah tabung-tabung yang ada disana, didalamnya terdapat banyak sekali orang yang sangat dia kenali. Tentu saja dia adalah pemilik dari perusahaan itu selama beberapa tahun sekarang. Levi merasakan dadanya berdegup kencang.

"Mafia milikku, kenapa mereka ada disini?" Seru Levi. Mereka seperti bahan eksperimen, dan Levi melihat kearah mayat itu dengan tatapan aneh. Mayat ini seperti yang waktu itu, yang diurus oleh Hanji. Dia tidak membakarnya melainkan dimasukkan kedalam sini, tunggu--sepertinya ada ingatan yang sebelumnya terlewat.

Apa sebenernya Hanji yang membunuh semua mafia yang ada di tempatnya---?.

Deg!

Levi merasakan detak jantung nya semakin heboh. Kepalanya langsung pulang. Ia tidak boleh mengingatnya. Levi melihat kearah lainnya, mafia mafia yang tidak terhitung jumlahnya dan semuanya berasal dari tempat yang sama. Lalu kenapa Levi tidak pernah tau--?, Atau apa jangan-jangan Hanji yang bertanggungjawab dalam mafia itu mengambil orang-orang biasa dan menjadikannya Mafia--?.

Levi melihat orang orang yang ada dalam tabungan itu, mereka semua utuh dan tersambung dalam selang-selang. Beberapa bagian tubuh mereka terbuka dan mata mereka melotot seperti menatap kearahnya, Levi tetap tenang. Ia sudah biasa, Levi melihat kearah lainnya. Ruangan yang sangat mengerikan. Di tengahnya terdapat meja dan juga ikatan disana. Ada beberapa orang yang sudah mati disana, di mutilasi hidup-hidup. Mereka tampak sangat menderita, dan mata mereka keluar karena saking ketakutannya. Bahkan tangisan mereka bukanlah lagi air mata putih melainkan darah. Mereka tampak menderita hingga akhir hidupnya. Kaki dan tangan mereka diikat dan mereka dimutilasi hidup-hidup dengan pisau maja disana.

Bahkan ada tangan yang terputus menampilkan urat urat disana. Rambut mereka ditarik sampai botak dan berdarah karena saking kuatnya, tangan mereka hanya bisa menyentuh rambut mereka seolah itu memang disengaja. Sebagian ada yang sudah tidak tahan dan memutuskan bunuh diri dengan mengigit lidahnya. Ada yang tenggorokannya dibelah, ada yang mulutnya ditarik hingga robek. Ada yang ususnya ditarik menyelip keluar dan otaknya yang berceceran ke lantai yang penuh dengan organ manusia.

"Mengerikan", meksipun dia kejam. Hal ini jauh dari kata kemanusiaan. Levi merasa orang yang melakukan ini bahkan bukanlah bisa disebut lagi sebagai manusia. Ia adalah monster, yang mempermainkan hidup dari manusia sejenisnya. Levi bisa melihat betapa tanpa ragu seolah itu adalah alat.

Bukanlah makhluk hidup.

Levi mendekat kearah salah satu tempat bersih disana. Matanya membulat tidak percaya, dan entah kenapa ia merasa sangat tidak percaya. Pikirannya mendadak penuh kabut, dan ia merasa sangat ketakutan.

Di tempat itu, Ada namanya terpampang disana. Seolah semuanya sudah direncanakan. 'Levi Smith'. Levi mundur, ia menyentuh sebuah tabung yang ada di belakangnya. Levi menoleh kearahnya dengan gemetaran. Saat ia melihat hal yang ada di situ Levi merasa kalau urat kesadaran dalam dirinya terputus seketika. Ia seharusnya tetap tenang, namun kali ini ia tidak bisa. Karena yang ada didalam tabung itu adalah seseorang yang sangatlah ia cintai seumur hidupnya.

"Mi-Mikasa!, Apa yang kau lakukan disana?" Seru Levi memutar badannya berusaha untuk melepaskan tabung itu. Adiknya dipermalukan disana. Dengan kedua matanya melotot kearahnya, mulutnya yang menganga. Dan sebagian tubuhnya yang sudah terpotong seperti dijadikan beberapa bagian. Disambungkan dengan bagian lainnya sehingga ia bahkan tidak tampak sebagai manusia. Hanya wajahnya saja yang membuat Levi mengenali dirinya. Levi menutup mulutnya yang terasa tersekat begitu saja. Ia hampir mengigit lidahnya saat merasakan kematian yang kini ada tepat didepannya. Rasanya sesak, ia takut saat melihat organ tubuh seolah berpesta pora dimana-mana. Tempat yang penuh dengan kematian.

Deg!

Deg!

Apa yang terjadi--?. Kenapa dirinya ada disini--?. Kenapa ada namanya disana---?. Kenapa mikasa ada disana--?. Seseorang yang ia lindungi, sekarang ada disana. Masuk dalam korban manusia yang ada disana, Ini adalah yang mengerikan. Levi menutup mulutnya, ia takut. Untuk pertama kalinya Levi merasakan rasa takut, bayangan Mikasa seolah membayanginya. Levi mendekat mencoba meraih Mikasa yang sudah mati didalam. Ia tampak seperti mayat hidup, Levi mengeleng mencoba menetralkan dirinya. Mencoba tidak gemetaran namun ia malah semakin takut, ia takut. Takut akan hal apa, Levi menjadi aneh. Levi memegang kedua kepalanya yang semakin teras pusing. Semua pikiran terasa tercampur aduk dan saling mengalir ia tidak tau yang mana yang benar. Siapa Mikasa-?, Siapa Erwin--?, Siapa Hanji-?, Siapa Eren-?. Hingga ia berakhir memegang dirinya sendiri yang memucat seperti mayat hidup. Ia menatap dengan tatapan dan wajah kosong.

Siapa dirinya--?.
.

.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top