17
Eren memperhatikan berkas yang ada di depannya dan GPS kecil di tangannya, kedua matanya menatap tidak percaya dan bingung. Keringat dingin perlahan menetes dari kening nya saat ia mengetahui sesuatu yang ganjil dari sana. Bibirnya perlahan bergumam, sejak saat itu ia memutuskan untuk menyelidikinya. Dengan GPS itu dipindahkan ke tangan Armin dan hasilnya mengejutkan.
"Mafia dari perusahaan yang sama. Perusahaan gelap Erwin?" Seru Eren dengan nada bertanya sedikit ragu dengannya.
Srek!
Eren menutup berkas itu dan berdiri dari tempatnya, ia harus mengetahui semuanya. Menimpa berkas itu dengan satu tangannya. Ia menatap ke arah pintu ruangannya itu dengan tatapan yang mendingin dan berhadapan dengan pintu depan terkunci ruangannya itu.
"Masuk Armin, bawa dia" ujar Eren memerintah. Suara pintu terdengar terbuka, dari sana muncullah Armin. Ia membawa seseorang, dengan menyeret paksa rambutnya. Ia melempar kan laki-laki yang diikat bagian belakangnya ke hadapan Eren. Orang itu langsung bersujud dan memukul tanah dengan keras, Eren menurunkan badannya dan ia mengambil sebagian besar rambut pria itu hingga ia berhadapan dengannya.
"Kau salah satu mafia yang mau membunuh Levi ya?" Seru Eren dengan senyuman diwajahnya.
Dia terlihat ketakutan dan membungkam mulutnya, Eren mengulurkan tangannya dan memegang kasar kedua mulut pria itu hingga saling beradu. Eren mendekatinya lalu ia menatap dengan kedua mata emerald intimidasi miliknya.
"Aku tau kau ingin mengigit lidahmu sampai mati, tapi kau harus menjawab pertanyaan ku dulu sebelum mati oke?" Seru Eren dengan nada santai, mafia itu tampak ketakutan.
"Armin apa hanya ini?" Tanya Eren memiringkan kepalanya melihat kearah Armin yang hanya berdiri dibelakangnya.
"Betul Tuan Eren, semua mafia disana sudah membom dirinya sendiri saat tau ini adalah sebuah perangkap. Dan hanya satu mafia ini yang bisa kuselamatkan, dia juga hampir membunuh dirinya sendiri" ujar Armin dengan tenang.
"Baiklah~ terima kasih Armin telah mau menjadi target yang baik, kau wakilku yang hebat~♡" ujar Eren dengan tanda peace yang dibuatnya di sebelah wajah nya dengan sok imut. Armin menghela nafas, sudah biasa baginya untuk menjadi target dan digunakan oleh atasan kurang ajarnya, Eren Jaeger ini.
"Nah, sekarang" Eren gantian meremas kasar rambut mafia itu semakin keatas. Wajahnya kini gantian mengelap, tanpa ada senyuman disana. Eren tampak sangat mengerikan kali ini.
"Kenapa kau dan klompotan mu itu mau membunuh Levi-?" Ulang Eren, dia hanya diam dan mengeleng berkali-kali takut.
Eren melepaskan genggamannya dan pria itu kembali hendak mau mengigit lidahnya jika Eren tidak mengarahkan tangannya dan memegang kedua pipinya itu menghadap kearah lantai dingin dibawahnya. Hentakan kasar terdengar dari sana, dan mafia itu bergetar ketakutan karena tidak mengira hal ini akan dilakukan oleh Eren. Eren hanya menatap dingin, lalu ia berbisik tepat di sampingnya seraya tangannya menekan kepalanya itu agar menyentuh ke arah lantai di bawahnya.
"Kau tidak akan bisa mati secepat itu mafia~~, atau kau mau kepalamu hancur~?, Kau tidak ingin kematian yang akan menjadi trauma mu itu kan?. Jawab atau aku yang akan membuatmu tenggelam dalam lantai ini~" ancam Eren semakin menekan kepalanya itu tanpa sedikitpun rasa ampun. Mafia itu tampak ketakutan dan menatap ke arah lantai dengan gemetaran berpikir bagaimana nasibnya.
"Ka-kami tidak membunuh Levi, hanya membuatnya sekarat sesuai perintah Tuan Kami" seru mafia itu akhirnya berbicara karena ketakutan. Eren menarik rambutnya hingga ia mendongak cepat ke arah atas melihat langsung kearah wajah Eren yang ada di depannya. Dirinya sangat ketakutan, orang di depannya sangat mengerikan. Di satu sisi ia begitu ramah dan baik hati. Disisi lain ,ia bisa begitu mengerikan jauh di dalam ia bisa melihat kekejamannya.
Ini mengerikan, ia tidak ingin nasibnya habis di hadapan Eren dan di sisi lain, ia yang akan dihabisi dengan kejam oleh Tuan mereka yang mengerikan. Mafia itu memikirkan bagaimana nasibnya, ia gemetaran dan semua pikiran buruk merambat membuatnya sangat bingung dan pusing. Ia takut, ia takut mati. Ia takut, ia takut. Ia ingin mati, ia ingin mati sekarang menghilang dari dunia ini segera mungkin. Ia tidak ingin hal ini, ia hanya ingin duduk di depan tv dengan santai. Tidak dipaksa untuk melakukan hal seram seperti ini. Tidak melakukan hal yang menantang nyawa.
Ia takut.
Ia takut.
Ia akan mati, tidak...jauh lebih baik kalau dia mati sekarang. Jauh lebih baik kalau dia langsung menghilang sekarang daripada disiksa secara psikologi seperti ini. Ia memilih untuk mati, ia memilih untuk secepat nya menghilang saja. Lepaskan dia dari sini, siapapun. Pisau atau apapun benda tajam-!. Ayo bunuh-lah, bunuh dia. Mafia itu mengalihkan tatapannya cepat ke arah lainnya dengan gemetar. Ia menatap kearah Eren, Eren melepaskan genggamannya itu untuk mengambil GPS. Mafia itu tersenyum dan ia langsung menghantamkan kepalanya keatas lantai dengan kasar secara berkali-kali. Darah!, Darah!. Dia akan mati, jauh lebih baik daripada hidup-!.
Ia akan Ma-
Eren memiringkan kepalanya ke arah bawah, melihat dengan wajah mengerikan tanpa sedikit pun ekspresi disana.
"Kau sedang apa?, Praktek membunuh diri?" Ujarnya. Mafia itu menatap perlahan ke arah Eren. Dia mengatakan itu-?, Padahal dia sedang melihat adegan bunuh diri di depannya. Dia sedang bunuh diri, Eren hanya menatapnya datar seolah sedang mengejek halus. Apaan ini, seseorang pun tidak ada yang tau penderitaannya-?, Bahkan jika ia bunuh diri tidak akan ada yang peduli-?. Lalu untuk apa dia melakukan ini, bahkan disaat ia membunuh dirinya sendiri ia hanya akan terus di tatap seperti itu. Tatapan yang seolah mengejeknya.
"A--aku sedang bunuh diri" ujar mafia itu yang mulai kehilangan kewarasannya, berada di ambang hidup dan mati. Tidak akan ada yang bertahan.
"Oh?, Aku tau itu. Kau hendak membunuh dirimu sendiri ya?, Bagaimana apa menyenangkan?. Kenapa kau tidak melakukannya lagi?. Ayo hantam-kan!" Seru Eren menyemangati, ia menyangga samping kepalanya dengan satu tangannya seraya tersenyum hangat padanya.
Dia mengatakan itu, pelaku yang membuat ku seperti itu. Mafia itu menatap ke arah bawah dimana ada darahnya mengalir dari sana. Berbagai kata mendukung yang seolah sedang menertawakan kewarasannya terdengar. Ia takut , air mata mengalir dari kedua matanya. Ia takut darah, ia takut-!. Hingga ia terkejut saat sebuah tangan tiba-tiba mendorongnya hingga ia menyentuh lantai keras.
"Kenapa tidak mau bunuh diri lagi?" Tanya Eren, seraya tersenyum hangat padanya yang justru tampak menyeramkan.
"Tidak!, Lepaskan aku__A-aku tidak mau mati!" Serunya menangis ketakutan. Jika ia bunuh diri, maka orang ini akan menertawakannya. Jika ia bunuh diri, maka dirinya akan dilecehkan melalui kejiwaan oleh orang ini. Eren tersenyum dan ia bangkit dari sana, jika ia bunuh diri, Maka orang yang ada di depannya ini yang akan membunuh dirinya. Jika ia menyerah, maka dirinya sendiri yang akan merasa direndahkan. Dia adalah sampah, yang bahkan tidak pantas membunuh dirinya sendiri, ia itu adalah sampah.
"Benar, kau adalah sampah yang bahkan bisa menjadi sebuah pertunjukan saat kau melakukan sesuatu~" seru Eren seolah tau tentang pikirannya. Eren menunduk lagi, ia menepuk kan kedua tangannya ramah.
"Jadi siapa tuan yang kamu maksudkan-?, Dan siapa mafia yang ada disana?" Tanya Eren tersenyum seolah tidak ada yang terjadi karena sikap dirinya itu.
"Ma-mafia yang melakukannya adalah orang-orang biasa"
"Maksudmu?"
"Dia mengumpulkan orang orang biasa yang tidak memiliki keberadaan dalam masyarakat dan melakukan eksperimen"
"Siapa tuan mu itu?"
Mafia itu menengadah sejenak ia ragu, lalu ia menjawab dengan keringat dingin. "Erwin Smith" serunya. Dan langsung terdengar suara ledakan di ruangan itu, seperti sebuah kejutan mafia yang ada di depannya meledak dan menjadi potongan daging dan darah merah segar disana.
Eren yang ada di sana langsung bertepuk tangan seolah ia sedang melihat pertunjukan dan ia bersiul kaget tentu saja.
"Wah aku tidak menyangka kalau ia akan langsung meledak, ini sangat menyenangkan-?, Erwin membuat permainan yang sangat menarik~!" Seru Eren dengan wajah polosnya ia tersenyum lebar, seolah kejadian yang ada di depannya ini biasa.
"Kalau begitu saatnya bekerja~" seru Eren bersiul, ia sama sekali tidak ketakutan dengan kematian yang dibilang sangat tidak wajar di depannya, bahkan untuk ukuran orang biasa. Eren sangatlah tenang, tidak seperti orang yang akan trauma seumur hidupnya. Atau lebih tepatnya, Eren mencoba membuat semua hal itu adalah hal yang biasa dan hal yang sangat menarik.
Seperti kejutan, seperti sebuah hadiah. Dan hanya permainan.
Eren mengambil berkas yang ada disana dengan santai seperti biasanya, setelah kejadian peledakan manusia itu. Armin menyelesaikannya kekacauan yang ada dengan tenang. Eren melihat berkas yang ada di sana. Ia mengernyitkan dahinya pelan seperti mendapatkan sebuah clue tentang permainan Erwin.
"Mafia~?, Salah satu perusahaan mafia. Dan pemiliknya adalah-?" Eren menaikkan senyumannya saat ia membaca nama itu. Lalu ia tertawa terbahak-bahak seperti mendapatkan sesuatu yang lucu. Ia menghapus air mata dari ujung matanya karena hal itu, ia merasa di permainkan. Ah, ini sangat luar biasa.
Menyenangkan, dia benar benar di permainkan~!. Padahal hal itu sangatlah mudah!, Ini sangat menyenangkan. Dia benar-benar dipermainkan dan bahkan seorang Erwin sama sekali tidak melakukan peran itu. Ia tidak melakukan apapun dan hanya bergerak memerintah semua orang menjadi boneka pelindung nya. Astaga, dirinya benar-benar telah di bodoh-i sekarang.
Srek!
Eren menyandarkan dirinya di kursinya itu, sebuah senyumin terulas dari bibirnya setelah ia puas menertawakan dirinya sendiri. Dia benar-benar bodoh atau Erwin lah yang membuat semua ini terjadi, semuanya sudah dimulai. Sudah dimulai bahkan sebelum ia menyadari nya dan kali ini dirinya sudah terlambat dalam hal start.
.
.
Levi memijit pelipisnya yang terasa sakit. Entah kenapa badannya sedikit nyeri padahal ia tidak sakit apa-apa. Levi mengabaikannya, ia meraih kulit yang sudah mengering di sakunya yang diambilnya tadi pagi. Ia merasa dirinya di lindungi oleh sesuatu membuat kesadarannya dipermainkan. Ia menggelengkan kepalanya untuk menyingkirkan hal itu, kali ini sesuatu yang aneh terjadi.
Levi melihat luka itu di kamarnya saat pulang, tidak ada siapapun. Ia memperhatikan dengan saksama luka itu. Kedua matanya menyipit dingin saat tau apa yang dia pikirkan benar. Setidaknya setelah ia melihat tanda luka itu seperti tanda bekas tusukan yang kecil namun mematikan, ia kenal betul.
"Mafia milikku" seru Levi pelan. Ini adalah bekas dari mafia dari perusahaannya sendiri. Tapi siapa-?. Kenapa-?. Ia bahkan membunuh pada mafia lainnya jika mereka memiliki tujuan yang sama. Itu berarti ada yang mengkhianati. Levi teringat dengan seseorang yang selalu bersamanya itu. Ia mengatakan hal yang aneh, dan selalu ada disisinya. Bukan, selalu ada , namun terkadang ia menghilang begitu saja dari posisinya.
"Hanji" seru Levi. Wakil yang sangat kuat dan di percayai oleh Erwin untuknya. Ia sangat setia dan juga sangatlah terpercaya.
Bukan, lebih tepatnya kesetiaan itu bukan untuknya.
***
Waktu itu untuk pertama kalinya. Erwin akhirnya akan memberikan perusahaan gelap pada Levi. Perusahaan mafia seperti yang dia minta, Erwin menunjuk salah satu orang yang ada di sebelahnya berdiri di sebelah Levi. Erwin tersenyum hangat kepadanya. Orang itu memutar posisi nya dari sebelah Erwin kesebelah Levi.
"Kuharap kau selalu dipercayai oleh Tuan-mu, jagalah kesetiaan dan juga peran mu sebagai seorang wakil terpercaya" seru Erwin padanya. Hanji langsung menunduk dengan hormat.
"Akan saya jaga dan setia pada Anda" seru-nya. Levi bisa tau, kalau tatapan itu bukan untuk mengarah padanya tetapi kepada Erwin yang ada di depannya. Meksipun ia telah berganti posisi dan meksipun ia sudah memiliki satu kata yaitu kepercayaan, tidak ada bukti bahwa dia bisa dipercayai. Tidak ada bukti kalau kesetiaannya bisa dibuktikan untuk Levi. Kecuali jika ia berani mati untuk Levi, barulah dia dipercayai. Levi waktu itu hanya pura-pura tidak tau apapun, dia terlibat dalam hubungan kepercayaan yang bukan dirinya didalam sana melainkan orang lain. Sudah biasa, bagi Levi untuk mengetahui kebohongan seseorang dan tidak akan ada yang berada di pihaknya.
Kepercayaan itu adalah sesuatu yang tidak pernah ada.
***
"Hanji, ugh..." Levi memijit pelipisnya yang tiba-tiba terasa sangat sakit. Ia menyipitkan kedua matanya dan memegang ke arah dagunya, kalau hanji yang melakukan semua itu. Hanji hanya taat pada Erwin, itu berarti semua itu dan hal yang terjadi serta mafia itu. Bisa jadi hanji yang mengirimkannya. Semua yang terjadi, tapi mafia yang ada selalu ada di dekatnya. Hanji juga selalu ada didekatnya dan kematian orang-orang yang ada di sekitarnya yang terjadi dengan aneh. Levi mencoba untuk mengabaikannya, namun semuanya terjadi berurutan.
Jika hanji adalah dalang dari semua yang terjadi, maka perusahaan mafia yang dia jalani merupakan sebuah kedok dan hanji hanya melaksanakan perintah dari satu orang dan itu adalah Erwin. Levi langsung membulatkan matanya saat tau akan jawaban yang terlintas di pikirannya atas segala hal yang baru saja dia hubungkan.
Erwin, padahal dia adalah orang yang paling Levi percayai. Setelah beberapa tahun Erwin terus mengejarnya, Levi bisa merasakan rasa sakit di dadanya. Tidak, ia seharusnya sama sekali tidak merasakan ini. Ada rasa aneh yang tiba-tiba muncul, tapi selama ini ia belum pernah merasakan hal ini. Walaupun Erwin kadang-kadang melakukan hubungan skinship dengannya. Ia tidak merasakan apapun, dirinya terlalu cuek dengan perubahan itu. Namun, kelamaan dirinya merasa terlena dan merasakan perubahan.
Srek!
Levi merasakan seseorang memeluknya dari belakang. Rasa sakit kepalanya semakin hebat dan seperti mabuk akan hal itu. Seseorang itu mendaratkan kepalanya diatas pundak Levi, aromanya membuat Levi merasa hal yang memabukkan. Levi merasakan jantungnya berdebar dengan frekuensi aneh. Ini bukanlah dirinya, namun entah kenapa ia merasa sangat pusing. Kepalanya berputar namun, ia tidak merasa akan pingsan. Dia merasa seperti dikendalikan.
Oleh sesuatu yang terikat.
Apa itu-?.
"Levi, apa yang kau pikirkan sekarang hm?" Tanya suara itu yang seolah meresapinya masuk dan mengendalikannya.
"Kau...ugh..apa yang kau lakukan padaku?" Tanya Levi berusaha menyingkirkan sakit kepalanya yang terasa semakin hebat.
"Aku.." Erwin mendekat dan berbisik ditelinga Levi, menyapu dengan nafas hangatnya. "Aku hanya melakukan sentuhan layaknya yang dilakukan oleh sepasang pasangan yang sudah menikah. Kau lupa Levi, kalau kau itu adalah pasanganku".
"Lalu ke-napa?" Nafas Levi terasa sesak saat ia mencoba untuk menyalahkan Erwin. Seolah ia tidak diperbolehkan untuk meragukannya.
"Kenapa?. Tentu saja semua ini adalah salah Eren. Dia itu yang selalu ada di sekitar mu Levi" seru Erwin yang seolah seperti sedang memprovokasinya.
"Tapi...kau yang melakukan semuanya" seru Levi masih mencoba menjaga kesadaran yang seakan terhisap itu.
"Bukan aku, tapi Eren. Dia adalah penyebab kau sampai pusing seperti ini. Kita adalah pasangan dan aku mencintai mu Levi, dia hanyalah iri dengan kita yang berbahagia"
"Iri?" Erwin tersenyum misterius menatapnya, ia mengenggam tangan Levi yang memegang bekas kulit itu. Menyingkirkan benda itu dari tangannya, entah kenapa Levi menurut. Ia tidak tau apa yang terjadi pada dirinya. Ia tidak bisa berpikir tentang apapun lagi, ia tidak bisa memikirkan apapun.
"Luka ini bahkan adalah salah mafia Levi. Itu adalah salah E-R-E-N" bisik Erwin memegang salah satu pipi Levi mendongak melihat kearah dirinya.
"Mafia?, Itu adalah salah E.." Levi merasakan mata itu seolah menusuk dirinya. "-Ren" lanjut Levi masuk kedalam kedalaman diri Erwin. Menusuk masuk dalam kesadarannya dan mencuri semua informasi, serta menukarnya secara perlahan.
"Betul , itu semua salah Eren. Maka oleh karena itu, aku akan membantu mu melawan Eren. Akan kubuat kau untuk tidak lagi terhubung dengannya" seru Erwin mengelus kedua pipi Levi menatap kearah dirinya.
Apa yang sebenarnya terjadi?. Levi tau kalau ini adalah kesalahan dari Erwin. Ia sudah tau semuanya, tunggu memang nya ini salah Erwin?. Erwin tidaklah salah. Kalau begitu siapa yang salah-?. Levi bisa merasakan kesadarannya seperti diputar-putar. Rasa sakit kepala nya semakin hebat dan Levi tidak bisa memikirkan apapun lagi. Lebih tepatnya ia tidak bisa menyalahkan Erwin, Erwin adalah orang yang paling ia percayai. Erwin adalah hidupnya yang dia cintai sepenuh hati.
Tunggu---Siapa yang sebenernya dia cintai---?. Kalau begitu siapa yang bersamanya malam itu di tempat king size--?. Siapa yang mengatakan akan 'Can't I Save You' pada dirinya--? Siapa?, Levi tidak tau sejak kapan ia bisa sampai se-rapuh ini. Tunggu, bukankah sejak awal tidak ada yang mengatakan semua itu--?.
Eren yang bukannya selalu berusaha untuk membunuhnya dan Erwin yang selalu berusaha menyelamatkan nya?. Bukankah dia yang mengatakan kata-kata itu sambil menangis seperti seorang bocah--?. Bukankah Eren yang berusaha untuk memisahkan dirinya dari cinta sejatinya Erwin?. Bukankah Eren yang hendak memperkosanya-?. Dia adalah pelaku yang sebenernya. Erwin bukankah yang selalu mencintainya--?.
Kenapa dia ragu-?. Itu benar kan. Berhenti berpikir aneh.
Perasaan aneh yang menyiksa nya saat ia mengingat akan wajah Erwin yang tampan yang selalu menyelamatkannya. Padahal ia sama sekali tidak pernah menginginkan itu, hatinya kenapa terasa sakit-?.
Ini benar kan-?. Kenyataan yang sebenarnya terjadi-?. Lalu perasaan aneh menyiksa ini apa, seperti ada yang salah. Seperti ada sesuatu yang sangat janggal yang tengah terjadi padanya.
Apa itu-?.
Dia yang hari itu mencium nya dan mengatakan kalau ia sebenarnya mencintainya--?. Semuanya adalah salah Eren bukan-?. Dia adalah seseorang yang memisahkan kami berdua dan bukankah Erwin yang selalu bersama dengannya, Erwin yang ingin menyelamatkannya. Dan Erwin juga yang mengatakan kata kata romantis itu padanya seraya tersenyum padanya-?.
Pikiran Levi terasa diubah dan dicampur aduk. Levi menatap ke arah Erwin yang tersenyum seraya mengurai rambutnya itu. Betul, Levi perlahan tersenyum. Ia tau alasannya sekarang, rasa pusing ini adalah rasa kalau ia sebenarnya mencintai aroma Erwin. Dia adalah pasangan Alpha-nya yang sebenarnya, oleh karena itu ia terpengaruh.
"Levi...aku mencintaimu, bukankah aku selalu mengatakan hal yang sama?. Can't I Save You?" Seru Erwin dengan senyuman hangatnya yang seperti bocah itu.
"Iya..kau adalah soulmate ku Erwin... mari kita bunuh Eren" seru Levi yang pikirannya sudah sepenuhnya berubah. Benar, dia adalah pasangan Erwin dan Eren adalah orang asing yang hendak memisahkan mereka berdua. Aroma yang memabukkan ini tidak terasa menyakitkan lagi, kenapa ya-?. Apa karena ia sudah tau kalau sebenernya ia telah mencintai Erwin sejak awal. Sejak pertama kali dia mengatakan kalimat itu , namun ia selalu menyangkalnya.
Sekarang ia akan membunuh siapapun yang hendak merusak hubungan mereka. Eren adalah seorang pelaku dalam hal ini.
Orang asing.
Dan Orang Jahatnya.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top