16
Armin tampak menunggu seseorang di depan sebuah kafe pusat kota yang terkenal itu. Hingga seseorang datang saat ia mengecek lagi jam tangannya yang menunjukkan pukul 8 pagi. Armin mengaruk kepalanya dengan canggung, jujur ini pertama kalinya ia mau bersama dengan wanita yang jauh lebih muda darinya itu. Omega cantik itu tersenyum padanya.
"Benar anda Armin?" Tanyanya memastikan. Membenarkan gaun panjang yang ia pakai, dia tampak seperti sedikit tidak nyaman dengan pakaian yang berenda itu, namun atas perhatian dari kakaknya. Maka ia memakai ini, terutama karena Armin adalah jodohnya.
"Betul, dan anda?" Tanya Armin memastikan, melihat Omega yang berdiri di depannya ini.
"Saya adalah omega anda yang diberitahukan oleh dia" seru wanita itu dengan tenang seraya tersenyum dengan manis.
Armin mengecek hapenya, berisikan chat yang menyatakan hal tersebut. Armin menghela nafas, ia meraih tangan wanita itu untuk masuk ke dalam kafe. Wanita itu mengangguk, jauh di dalam Armin memiringkan kepalanya dengan malas. Kedua matanya melirik ke arah lain, dengan tatapan yang kosong dan tanpa senyuman apapun.
"Ini akan memakan waktu yang cukup lama" seru Armin pelan.
"Ada apa?" Tanya wanita itu memiringkan kepalanya dengan tatapan tenangnya pada Armin.
"Tidak apa-apa, ayo kita pergi" seru Armin meraih tangan gadis itu ke dalam kafe dengan sebuah senyuman manis biasanya.
.
.
Levi menaikkan salah satu kakinya ke atas kakinya, dengan gaya duduk seperti biasanya. Levi melihat seseorang yang ada di depannya. Partner bisnis, Levi menyangga samping kepalanya dengan satu tangannya yang diletakkan di atas sofa empuk yang dia tempati itu. Melihat dengan raut wajah serius dan dingin pada seseorang gendut yang ada di depannya itu. Levi tidak akan segan-segan dalam urusan bisnisnya. Terutama ini adalah perusahaan mafia yang berkedok sebagai perusahaan biasa yang bermartabat.
"Jadi?, Apa kau masih mau memberikan perusahaan bisnis minum mu padaku?" Tanya Levi memulai pembahasannya.
Pria alpha gendut itu menaikan kacamata bulatnya lagi, "Benar, saya dengar perusahaan anda mendapatkan rating yang bagus sebagai perusahaan besar. Ta-tapi saya tidak melihat dia yang biasanya" serunya gemetar dan berkeringat banyak.
Levi memutar bola matanya terbiasa dengan pertanyaan dan perkataan orang-orang yang heran ketika ia yang menempati posisi direktur dalam salah satu perusahaan ternama Erwin. Yang dalam waktu singkat , Levi bisa mengembangkannya hingga dalam beberapa cabang besar. Namun, tentu saja yang terkenal hanyalah nama Erwin Smith sebagai pemilik yang asli dan sebelumnya dari perusahaan ini. Tapi, Levi tidak peduli selama dirinya bisa berada dalam posisi teratas dan beruntung. Jika ia mendapatkan posisi ini maka lambat laun dirinya akan mendapatkan tempat yang tinggi dan tidak akan di remehkan dengan mudah. Levi juga sudah memulai bisnis baru tanpa ada nama Erwin disana. Dan jika perjanjian ini sudah berakhir dan tiba-tiba Erwin memutuskan kontrak. Maka dia tidak akan jatuh dan tetap bertahan.
"Maksudmu Erwin?" Seru Levi dengan nada dingin seperti biasanya menatap tajam ke arah sosok yang ada di depannya.
"Ya-ya, bukan maksud saya untuk membuat anda berada di posisi terendah-"
Belum sempat pria itu menyelesaikan kata-kata bijak yang memotivasi, Levi malas mendengarkan itu. Ia langsung meletakkan sebuah kertas kontrak di atas meja membuat pria itu terhenti seketika.
"Langsung saja, dengan perusahaan-mu berada di tempat kami. Kau akan mendapatkan keuntungan sebesar 20% dari apa yang kami terima, bagaimana apa kau akan menerimanya?" Seru Levi menatap dingin kearah pria itu membuatnya meneguk ludah.
"20%?, Tidakkah itu terlalu sedikit untuk kami?"
Levi menyipitkan matanya menatap intens dan dalam ke arah alpha di depannya ini, dia tidak takut. Sudah terbiasa baginya menghadapi alpha yang memiliki aura intimidasi yang kuat dan Levi yang selalu bisa menahannya. Alpha bodoh seperti ini, bukanlah sebuah masalah untuk Levi. Lagipula perusahaan ini hanyalah kedok agar penghasilannya semakin banyak. Dan jika, dalam keadaan mendesak. Ia bisa mengganti produk terlarang itu dengan bahan minuman yang diinvestasikan oleh pria alpha satu ini. Atau jika dia mulai curiga, maka perusahaan nya yang memang adalah mafia yang akan mengurusnya cepat.
Memanfaatkan satu sama lain atau dimanfaatkan , begitulah sistem yang dipakai oleh Levi.
"Bukankah kau memiliki banyak keuntungan dalam perusahaan mu yang bahkan bisa mencapai 50%?, Bahkan jika kami mengambil 30% kau juga akan mendapatkan 70% bukan?" Seru Levi menaikkan seringaiannya dan mengambil berkas yang ada di sebelahnya, menunjukkan sistem ilegal yang digunakan oleh pria di depannya ini untuk menguntungkan bisnisnya.
Levi menarik dasi pria itu dan berbisik pelan tepat di telinga nya. "Atau kau mau, berakhir dalam bisnis ilegal di polisi?" Seru Levi mengintimidasi pria yang ada di depannya ini.
"Baiklah!, Aku akan terima kontrak ini. Bahkan aku akan memberikan semua hasilnya pada mu!, Jangan laporkan bisnis ini ke polisi!" Pinta pria itu sangat khawatir sekali.
"Tenang saja, selama kau hanya menurut. Maka kau akan baik baik saja"__Levi tersenyum tipis__ "Jika kau tidak menurut maka kau akan habis disini" lanjut Levi dalam hati, melirik pada beberapa orang mafia yang sudah berdiri didepan pintu dengan kedok sebagai bodyguard padahal mereka adalah anak buahnya. Orang orang itu sepertinya tau kode dari Levi dan menyembunyikan lagi senjata yang sempat dikeluarkan jika kalau bisnis ini gagal.
"Dan satu hal lagi.." Levi mengangkat kepalanya seraya mengeser poninya yang jatuh ke arah samping membuat wajah levi terlihat begitu ikemen. "Apa kau adalah alpha?" Tanyanya dengan ragu. Levi menyipitkan matanya semakin mendingin saat ia mendengarkan perkataan itu dari pria didepannya.
Sudah biasa, omega akan selalu di bawah alpha. Seorang omega tidak akan pernah terkenal, dan akan selalu berada dibawah kasta bernama 'Alpha'. Omega tidak akan pernah dipercayai dan dianggap lemah dan baik hati. Tidak bertanggungjawab lebih tepatnya adalah beban yang hanya bersifat sekali pakai lebih tepatnya lagi 'Pelayan'.
Pelayan seumur hidupnya.
"Aku Omega" seru singkat Levi. Ia tidak ingin menyembunyikan kasta dirinya. Ia tidak akan bisa bersembunyi karena aroma alpha dan omega akan sedikit jauh berbeda seberapa mereka mencoba menyamarkannya. Dan lagi sudah banyak pertanyaan seperti ini yang ditanyakan padanya, jadi ia sudah terbiasa dengan tanggapan semua orang yang rata-rata sama semua.
"Be-begitu ya" orang itu keluar setelah menandatangani kontrak. Levi menatap dingin dan melonggarkan dasinya karena gerah. Kedua matanya melirik tajam ke arah pria itu dengan tatapan dingin yang cuek dan mematikan. Sepertinya ia harus mencari partner bisnis lain, dia terlalu menjijikan untuk menjalin kerjasama dengannya. Levi mengambil kertas palsu itu dan membuangnya dalam tong sampah dekatnya. Ia menghela nafas, dan kembali bersandar di balik sofa nyamannya itu.
Seseorang membawakannya kopi. Itu adalah sekretaris nya, Hanji. Dia adalah Beta namun dia sangatlah kuat. Untuk jenis kelamin bahkan sampai sekarang Levi tidak mengetahui tentangnya. Hanji memberikan kopi pada Levi, ia mengeser rambut panjangnya yang terikat satu ke arah belakangnya.
"Apa kau akan menghilangkan nya Levi?" Seru Hanji datar pada pemilik direkturnya itu.
"Tentu saja, tapi tidak sekarang. Mana yang lainnya tadi?" Ujar Levi menyesap perlahan kopi yang disodorkannya itu. Levi mengangkat kakinya dengan tenang ke atas mejanya lalu ia mengulurkan tangannya yang disambut dengan berkas yang ada di tangan Hanji. Tatapan Hanji menatapnya misterius saat Levi mengatakan hal itu.
"Mereka sedang pergi" seru hanji tanpa menyembunyikan sebuah senyuman terulas di bibirnya. Senyuman yang sedikit berbeda, tidak seperti biasanya.
"Hah?, Kema--" Levi menatap tajam ke arah depan pintu yang mengeluarkan suara mendadak itu. Kedua mata birunya langsung mendingin tajam saat ia mendengarkan suara itu.
Srek!
***
Ditempat lainnya seorang gadis tengah menatap dengan tatapan takut dan terkejut. Hingga sebuah suntikan menusuk ke arah kakinya, kedua matanya melihat tidak percaya seseorang yang ia percayai melakukan hal ini. Ditempat yang ia kenali dan ditempat itu adalah sebuah mimpi buruk yang mengerikan sedang terjadi diarea sana.
"Kak--"
Srek!
.
.
Eren melambaikan tangannya pada Armin yang mengantarkan berkasnya itu. Ia tersenyum dengan riang seraya terus saja berbicara tentang Omega yang akhir-akhir ini telah mencuri perhatiannya dan Para omega yang semakin mengantri pada nya akhir-akhir ini membuat Armin menghela nafas. Eren menekan pundak Armin dengan rasa persahabatan seraya tertawa dengan ramahnya.
"Haha, Armin kau seharusnya laku sama seperti ku!, Para gadis itu mendekatiku terus~" seru Eren dengan bangga. Ia selalu saja tampak bahagia dan tanpa beban hidup sama sekali.
Hingga tatapan Eren terhenti pada sebuah luka yang ada di leher Armin. Eren yang tidak tau apa-apa menunjuk dengan bingung luka yang ada di leher Armin baru-baru ini. Wajah Eren tampak bodoh dan polos saat ia menatap kearah Armin dengan rasa penasarannya dan bingung. Heran, tentu saja. Bekas luka itu tampak sakit, dan cukup kecil.
"Armin apa kau baru saja digigit serangga?" Tanya Eren polos. Armin yang mengetahui itu hanya terkekeh pelan seraya tangannya memegang bekas luka yang ada disana.
"Yah kau tau kan masalah alpha dan pasangan" seru Armin dengan wajah memerah ke arah bawah. Eren yang mengetahui itu hanya mengangguk saja, tersenyum dan langsung menepuk-nepuk pundak Armin dengan wajah bangganya.
"Kau benar-benar Alpha!" Puji Eren. Padahal tadi pagi sama sekali tidak ada, dan sekarang bekas luka itu ada. Cepat sekali, hingga terasa cukup aneh.
"Kau mau makan malam?" Ujar Eren mengajak Armin. Eren dekat dengan Armin, selaku wakil terpercaya nya. Ia juga harus membangun relasi yang bagus dengan Armin agar dia bisa mengerjakan tugas-tugas nya juga. Eren terkekeh seraya merencanakan liburan singkat dengan para gadis-gadis-nya itu.
"Boleh, tapi selesaikan pekerjaan mu dulu. Aku akan menunggu di bawah" seru Armin melangkah keluar dari ruangan kerja itu. Eren melambaikan tangannya dan tetap berwajah ceria hingga Armin pergi. Eren mengaruk pipinya dengan ragu, keringat perlahan menetes. Dan Eren tampak sedikit bingung disana. Namun ia mencoba untuk tidak berpikir lebih jauh, itu adalah Armin. Lagipula bukan masalah nya, ia banyak urusan juga.
"Tapi...luka itu tidak seperti bekas kissmark?, Lebih kearah disengaja, hm" gumam Eren pelan melihat bulan yang muncul di balik awan hitamnya menunjukkan malam hari.
.
.
Levi melihat adegan sadis yang ada di depannya ini. Meksipun ia sudah sering melihatnya, tetap saja ini cukup mengejutkan dan terjadi di kantor nya. Hanji yang ada di belakangnya tetap tenang seperti biasanya. Sama seperti Levi, namun Levi berkeringat dingin. Menatap dengan heran dan juga terkejut saat aliran darah mengalir dari beberapa mayat yang ada disana. Termasuk pria gendut tadi yang seperti habis dimutilasi. Dan pada bodyguard yang tadinya ada di depan pintunya yang kini terbaring mati, tanpa sedikitpun perlawanan karena Levi tidak melihat pistol dan apapun. Mereka mati begitu saja dengan tumbukan kelas di atas kepala hingga kepala mereka hancur seketika dan anehnya berada di dekat , sekitar pria gendut itu.
"Apa yang terjadi?" Tanya Levi tetap tenang. Ia sudah biasa melihat orang mati di sekitar nya dengan lebih parah. Namun, ini adalah hal pertama yang terjadi di kantornya sendiri dan para mafia terlatih. Levi mendekat, membungkuk kearah pria gendut itu. Menyipitkan matanya mengamati sosok yang mengerikan disana, tidak takut seperti orang biasanya yang mungkin akan lari dan muntah. Levi malah mendekati dan mengintrogasi mayat itu dengan Hanji yang ada di belakangnya selalu didekatnya Levi.
"Apa perlu di berikan otopsi Levi?" Tanya Hanji menatap datar kearah mayat itu sama dinginnya dengan Levi.
"Tidak perlu-" Levi menatapnya dingin dan berdiri dari sana seraya merapikan jasnya itu. Ia mengeser surai hitamnya kasar sehingga sedikit berantakan. Wajah dingin tanpa ekspresi yang begitu tampan, dan tatapan dinginnya yang mematikan. Ia memasukkan salah satu tangannya di dalam saku dan satu lagi menepuk pundak Hanji dan menjauh dari sana. "-itu adalah kecelakaan yang tidak disengaja" seru Levi dengan tenang. Menuju kearah kantor nya guna menyelesaikan berkas yang masih menumpuk.
"Bagaimana dengan mayat itu?" Tanya Hanji melihat Levi yang menuju kantornya lagi.
"Bakar saja, jangan sampai ada bekas. Dan sampaikan pada keluarganya, berikan mayat lain pada mereka" seru Levi menatap dingin kearah depan.
"Baik" seru Hanji menunduk hormat dan berbalik menyeret begitu saja mayat itu kearah tempat penyiksaan di lantai bawah dengan langsung tanpa merasa jijik dan tetap datar.
Levi menghentikan langkahnya melihat kearah mayat mayat yang ada di sana. Hanji sudah pergi, ia kembali kesana dan dengan kejam. Menarik pisau yang ada di sakunya sedari tadi dan menyilet sebagian kulit luka yang ada di lehernya itu, darah mengalir dari sana. Leher pria itu tampak berdarah dan semakin mengerikan, namun tentu saja Levi sama sekali tidak peduli. Levi menyimpan kulit itu kedalam plastik. Ia melirik lagi dengan dingin dan misterius.
"Tentu saja ini adalah pembunuh yang direncanakan" seru Levi datar tanpa ekspresi apapun yang ada di wajahnya, berjalan lagi kearah kantor seolah tidak terjadi apa apa. Levi yang begitu dingin dan tidak berperasaan.
Hanji melihat kearah mayat pria yang dimutilasi itu, tidak ada yang aneh. Masih sama seperti biasanya, ia menarik kayu yang tertancap di lehernya dan otomatis kulitnya ikut tertarik menampilkan daging merah yang terselip disana. Hanji hanya menatapnya datar, lalu ia menyeret pria itu ke dalam tempat penyiksaan yang terletak di bawah tanah perusahaan.
"Tuan sebentar lagi , kau yang akan menerima permainannya" bisik Hanji pelan dan sebuah senyuman tercipta di wajahnya yang semula hanya datar itu.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top