14

Levi membuka pintu rumahnya dengan sekali hentakan. Mencari sosok Erwin disana. Wajah Levi terlihat dingin dan kesal.

"Erwin!" Panggil Levi melihat ke sekeliling ruangan besar itu.

Tidak lama muncul seseorang bersurai pirang disana. Dialah, Erwin. Erwin tersenyum ramah dan langsung memeluk Levi.

Srek!

Levi melepaskan pelukan hangat Erwin dengan dingin. Kedua mata Levi memandang dingin dan penuh pertanyaan. Dirinya memegang kedua pundak Erwin agar menunduk menyamakan tinggi dengannya. Levi mendekat ke arah Erwin. Menatap lekat lekat sosok Erwin yang masih sama seperti biasanya itu. Erwin hanya tersenyum misterius.

"Aku merasa ada yang aneh. Setiap aku merasa bahaya. Aku merasa kau seperti mengawasi ku Erwin?" Seru Levi lebih ke arah sebuah pertanyaan.

Erwin masih santai, "Tidak mungkin sayang, kita kan sudah menikah. Tidak mungkin kalau aku memenjarakan kekasihku yang tersayang" seru Erwin lalu ia mengurai surai poni hitam Levi yang pendek. Ia mencium surai itu, dan mendekati kearah Levi mengecup keningnya.

Plak!

"Ck, masa bodoh. Kau kira aku ini bodoh hah?. Beberapa hari ini aku merasa aneh. Berada dalam bahaya yang sama. Dan dia adalah mafia?. Beberapa penjahat itu adalah mafia. Itu seperti sudah direncanakan" seru Levi dingin. Menepis perlakuan hangat yang biasanya dilakukan oleh Erwin, suaminya.

Erwin terkekeh, "Jadi karena itu mafia. Kau mengatakan kalau itu adalah perbuatan ku?".

"Kau mempunyai perusahaan gelap lainnya. Bisa jadi selain yang aku pegang. Kau memiliki perusahaan lainnya" ketus Levi menekankan suaranya.

"Oh tidak sayang-" ia dengan lembut menyelipkan kepalanya pada pundak kecil Levi. "-Coba kau pikir lagi. Untuk apa aku sampai melakukan itu pada seseorang yang membuat sebuah perjanjian denganku".

Ia memeluk Levi. Lalu sedikit menjauhkan dirinya. Perlahan ia mendekat, mengadukan dahinya kepada Levi. Menatap dengan tatapan hangat dari sepasang mata berwarna biru permata itu. Sebuah senyuman terukir disana dengan hangat. Senyuman yang selalu dia tunjukkan pada Levi.

"Dan lagi, bukankah kau yang seharusnya merasa heran?. Kenapa Eren selalu ada disana saat mengalami bahaya?" Seru Erwin dengan senyuman itu.

Levi mendorong Erwin membuat sosok itu sedikit menjauh dari sana. Levi melipat tangannya di depan dadanya. Ia memang sudah mendapatkan kepercayaan. Berbagai pikiran menghantui Levi seketika. Darimana Erwin tau?. Apakah benar dia itu pengawas?.

Untuk apa?

Demi apa?

"Kau pasti bertanya kenapa aku bisa tau hal itu. Kau tau kan kalau dalam saat bahaya bus kebetulan menghubungi ku. Saat itu aku mendengar suara Eren disana. Kau tau aku sangatlah cemburu mendengar itu" ujar Erwin mendekat. Levi masih waspada. Ia mengarahkan kedua tangannya hendak menjauhkan Erwin lagi darinya. Tapi Erwin menangkap kedua tangannya itu sembari terus berbicara.

"Kau tidak merasa aneh Levi? , Tidak seharusnya pasangan yang belum menikah. Terutama Eren yang biasanya tidak akan sama sekali peduli dengan-mu ada disana kan?. Lagi ngapain dia disana?" Erwin berbicara tepat di telinga Levi. Levi terdiam, kata-kata Erwin seolah menusuk masuk ke dalam dirinya.

"Bukankah dia sedang mengawasi-mu?. Lagipula selain aku. Eren juga mempunyai perusahaan mafia lainnya. Kau tidak merasa aneh. Seseorang yang jarang keluar. Tiba-tiba ada di kendaraan yang sama. Dan pada waktu yang juga sama" ujar Erwin bermain kata-kata.

Erwin menarik diri lalu ia mengecup tangan kanan Levi yang hanya terdiam. Menatap dengan wajah ramahnya serta manik birunya itu. "Jadi kalau menurutmu Levi, apakah aku yang pasangan-mu ini akan terlibat dalam hal seperti itu?" Tanya Erwin menarik sebuah senyuman ramahnya itu.

Levi baru saja menyadari hal itu. Benar, selama dalam bahaya itu. Malah Eren yang selalu bersama nya. Ia selalu ada pada waktu yang sama. Di tempat yang juga kebetulan sama. Atau jangan jangan, itu bukanlah sebuah kebetulan. Eren adalah pasangan yang di tinggalkan karena masalah kasta. Bisa jadi, Eren ingin membalas dendam dan mencoba untuk mengelabuinya. Selama ini Levi mencoba untuk tidak memikirkannya. Tapi hal itu menjadi masuk akal, Eren masih mempunyai banyak perusahaan mafia. Yang sebelum ia meninggalkan Eren, dirinya yang mengurusi hal itu.

Levi , berpikirlah realistis. Levi memainkan manik matanya memandang ke arah Erwin yang ada di depannya itu. Erwin juga sudah terlibat perjanjian dengan dirinya. Tidak mungkin Erwin mau membunuhnya. Jika Erwin membunuhnya, maka perjanjian itu tidak akan ada gunanya.

Dalam hal ini, ia harus berpikir tentang Eren. Eren Jaeger, apa yang kau rencanakan-?.
.

.
Levi berjalan menuju kearah salah satu tempat yang disuruh Erwin untuk pergi kesana. Levi juga sudah menetapkan pikiran nya. Untung saja, Erwin jauh lebih bisa diandalkan. Hampir saja ia termakan dalam tingkah Eren itu. Ia benar-benar adalah ular berbisa. Dan lagi, Levi bisa merasakan kalau dirinya juga mulai mencintai Erwin. Sejak mereka menikah, Erwin selalu saja mencoba meraih hatinya dengan melakukan perbuatan yang hangat dan ramah.

Dia tidak pernah menyentuhnya sembarangan. Tidak sama seperti Eren. Erwin jauh berbeda dan Levi mempercayai-nya. Sebuah kepercayaan yang tentu saja tidak dibangun dengan mudah. Levi harus mengalami berbagai hal, baru ia bisa mulai mempercayai Erwin. Levi yang biasanya hidup dalam dunia yang penuh tipu muslihat memiliki waktu untuk bisa mulai mempercayai seseorang. Dan Eren adalah salah satu contoh tipu muslihat yang tidak akan pernah ia percayai. Eren yang pura-pura polos, padahal ia yang tau segalanya. Eren yang pura pura imut dan memerah padahal ia sama sekali tidak pernah mencintainya. Godaan itu, Levi ingin tau berapa banyak orang yang tertipu dengannya-?.

Dimana Erwin?, Levi melihat ke arah jam tangannya itu. Sebentar lagi-kah--?, ia melihat kearah sekeliling. Hingga ada dua orang yang tiba-tiba memegang kedua tangannya. Memukuli kakinya sehingga ia tidak bisa bergerak. Levi melihat cepat ke arah kiri dan kanan. Mafia lagi!, Levi berusaha untuk meloloskan diri tapi ia seakan tau apa yang akan di lakukan Levi. Dengan cepat mafia itu melilitkan tali pada tubuh kecil Levi dan Levi akhir nya tidak bisa bergerak lagi.

Levi mendecih, "Siapa kalian?" Tekan Levi tidak panik.

"Kami adalah seseorang yang diutus seseorang untuk ***" bisik orang itu di telinga Levi lalu ia meniupnya membuat Levi langsung seketika merinding. Ia mendecih, dan berusaha untuk membebaskan dirinya. Meraih pisau yang dia selipkan tapi orang itu seakan sudah tau dan dia mengambil benda itu lalu menginjaknya ke bawah.

"Let's Play Levi"

"Sial" geram Levi. Bergerak perlahan tapi ia tidak bisa lagi melarikan diri. Orang-orang ini adalah alpha yang terlatih. Kedua mata Levi memandang dingin kearah mereka, kesal tapi ia tidak panik. Ia sudah sering mengalami hal ini, jujur saja ia benci ketika harus mengalami hal ini lagi. Terlebih dia juga sudah menikahi Erwin, lain kali ia akan membunuh mereka semua tanpa sisa. Kalau saja ia mempunyai benda tajam, kayu patah atau apapun itu. Tapi sialnya disini sangatlah kosong. Mereka membawa Levi ke arah tempat lainnya. Disana adalah sebuah ruangan tertutup.

Mereka menutup pintunya dan meletakan Levi diatas sebuah meja yang di modifikasi. Mengikat kedua tangan dan kaki Levi yang nakal disana. Levi memiringkan kepalanya ke arah samping. Wajahnya menatap dingin ke arah mereka. Mereka membuka kaos putih dengan jas yang masih terpakai. Terlihatlah tubuh ramping Levi yang sangat mengiurkan. Mereka bersiul dan menelan ludah melihatnya.

"Ternyata benar katanya. Kalau kau ini sangatlah sexy" seru mereka menyeringai. Aura alpha meledak keluar. Seharusnya Levi sudah takut sekarang, tapi ia malah memasang seringaian. Sedikit mendongak ke arah mereka dengan beraninya, kedua mata Levi sedikit menyipit melihat kearah mereka dengan tajam. Dan keringatnya yang perlahan menetes.

"Kalian seperti binatang yang belum makan selama seumur hidup, Menjijikkan" ujar Levi sedikit meledek. Dia dalam masa bahaya. Sebentar lagi dan mungkin saja ia akan dimakan oleh para alpha ini. Tapi, Levi sudah sering berada disini kan?. Cukup tenang, dan hanya ada dua pilihan disini. Pergi atau tunggu mereka kelelahan karena dirinya dan pergi setelah itu.

"Dua-duanya sama sama sangat beresiko" bisik Levi pelan. Seraya melihat mereka yang mendekat dengan membuka bajunya itu.
.

.
Eren mendesis, sakit kepalanya muncul lagi. Tapi ia masih harus bekerja. Eren menutup laptop nya lagi. Seraya memijit salah satu pelipisnya. Mungkin dengan sedikit jalan-jalan sejenak-?.

"Hei kau mau kemana Eren?" Tanya Armin saat Eren begitu saja melewatinya. Padahal sekarang masih jam kerja, baru saja dua jam sejak Eren disini.

"Istirahat" seru singkat Eren. Armin yang melihat itu hanya diam heran, tidak biasanya Eren menjawab sesingkat itu.

Eren melangkah keluar, entah kemana. Sakit kepalanya semakin menjadi-jadi bukannya membaik. Sudah lama ia tidak memperhatikan kesehatannya sama sekali. Eren selalu saja sibuk dan bersenang-senang. Bahkan untuk urusan makan dan pakaian diserahkan pada pelayannya. Meksipun Eren mempunyai banyak orang yang ada di sekitarnya. Mereka tidak lebih hanyalah kenalan.

Orang asing, ia tidak mungkin merepotkan nya. Eren berusaha baik-baik saja di hadapan yang lainnya. Sakit pusing. Padahal selama ini Eren tidak pernah mengalami hal ini. Alpha itu sangat jarang sakit. Eren mengabaikan semua orang. Ia berjalan tidak tentu arah. Pusing membuat pikiran Eren berawan. Ia tidak tau apa-apa lagi selain mencari pereda dari rasa sakit yang seolah menyiksa jiwa dan raganya ini. Ia tidak tahan lagi.

Deg!

Eren merasakan kalau detak jantungnya tiba-tiba semakin cepat. Eren melihat kearah lain. Dimana ada bangunan yang terbengkalai disana. Dengan bingung, Eren memegang kepalanya yang mulai berkurang rasa sakitnya itu. Perlahan Eren mendekat ke arah bangunan itu dengan rasa penasarannya.

Deg!

Suara detak jantungnya lagi-lagi tanpa Eren ketahui. Rasanya aneh. Ini seperti obat penenang baginya. Eren terus berjalan menuju ke tempat yang dia rasa mengurangi rasa sakitnya. Ini aneh, padahal tadi kepalanya begitu sakit tak tertahankan. Bahkan tubuhnya tidak bisa berdiri dengan baik. Sekarang ia sudah berkurang. Ini hanyalah bangunan terbengkalai. Tidak ada sesuatu yang spesial disini. Tapi, Eren lebih mementingkan rasa penyembuhannya ini.

Apa yang ada disini?

Deg!

Ingatan Eren tiba-tiba kembali lagi pada perasaan familiar ini. Sama seperti waktu itu , saat ia bertemu dengan Levi. Masa?. Ia yang ada dibalik ini?. Tanpa sadar Eren merasa cemas, dia semakin mempercepat langkah kakinya. Seolah rasa sakit itu seperti tanda arah baginya. Ia bisa tau dimana keberadaan Levi. Dimana keberadaan sosok pasangannya itu. Ia berhenti di depan pintu dengan nafas yang tersengal-sengal disana.

"Disi-ni?" Seru Eren berusaha mengatur nafasnya itu.

Brak!

Eren membuka pintunya itu. Dan kejadian didepannya membuat ia terpana untuk beberapa saat. Disini ada beberapa orang, mereka alpha dan mereka sedang berhubungan seks disini dengan orang yang sangat ia kenal sedang terikat di salah satu meja disana. Eren merasakan sebuah kemarahan saat ia melihat Levi yang terbuka bajunya disana.

Deg!

Deg!

Detak jantung yang sangat menyebalkan itu lagi. Itu Levi, seharusnya mereka sama sekali tidak ada hubungannya. Kenapa?. Eren sendiri tidak tau apa yang dia rasakan. Melihat Levi yang seperti itu. Apakah ini karena mereka pasangan?. Karena dia adalah alpha-nya-?. Eren tidak tau, semuanya itu menjadi tidak berarti lagi.

"Hah, kau datang juga bocah. Kukira kau ...ah..gak akan datang kesini" seru Levi susah payah. Disana, ia sedang 'ditusuk' oleh salah satu alpha disana. Dan sepertinya mereka belum keluar. Untung saja Eren bergerak jauh lebih cepat. Eren melihat kearah Levi yang terikat disana.

'Beraninya, beraninya mereka menyentuh Levi'

Kata kata itu terlintas begitu saja. Ia tidak tau apa yang terjadi. Kenapa ia selalu saja berupaya menyelamatkan Levi?. Padahal ia tidak mencintainya?. Kenapa ia aneh seperti ini?. Eren merasakan pertanyaan itu seolah membludak. Eren tidak mengerti tentang dirinya, ia hanya terdiam disana. Ada rasa aneh di dadanya saat ia melihat bukan dirinya yang ada disana.

Eh--Tunggu-?

'Bukan dirinya'-?

Bibir Eren perlahan bergerak, mengucapkan sesuatu yang ia sendiri tidak sadari. "Ia ingin menyentuh Levi-?" Tanyanya pada dirinya sendiri. Eren menatap lagi sosok Levi yang ada disana. Ia ingin menyentuh sosok itu, ia ingin menciumnya. Ia ingin berada disana. Tidak, kenapa ia seperti itu?. Banyak omega lainnya. Ia dan Levi sudah tidak memiliki hubungan apa-apa. Levi juga mungkin sudah memiliki hubungan dengan Erwin. Ia tidak boleh merasakan sesuatu seperti ini.

Dasar ikatan Alpha dan Omega sialan. Ini pasti karena ikatan itu. Ini pasti karena hal itu, jika tidak ia tidak akan pernah mungkin mau melakukan ini pada Levi. Levi hanyalah orang asing yang berkedok sebagai pasangannya. Bukan siapa-siapa yang berharga melainkan hanyalah seseorang yang diharuskan menjadi pasangan soulmate-nya. Setelah beberapa tahun ini. Ia tidak pernah lagi menemui Levi, merasakan hal ini sepertinya adalah sesuatu yang sangatlah 'MUSTAHIL'.

"Mau sampai kapan kau ada disana melihat sesuatu yang memalukan ini, bocah?" Suara familiar itu membangunkan Eren dari lamunan panjangnya. Mata Eren mengerjap, ia bergerak mendekati kearah Levi. Menghajar setiap alpha mafia itu dengan mudahnya, lalu ia berhenti di hadapan Levi yang hanya terduduk disana.

Dengan pakaian yang sudah terbuka paksa disana sini. Keringat yang menetes dan kondisi Levi yang berantakan. Eren terdiam disana, membuat Levi memandang heran hingga Eren tiba-tiba langsung saja memeluknya. Menyelipkan kepalanya pada ceruk leher Levi. Dan kedua tangannya yang merengkuh hangat tubuh kecil omega-nya itu. Pelukan hangat yang membuat Levi menjadi bingung. Tidak pernah sekalipun ia menyangka kalau Eren akan seperti ini padanya. Lebih tepatnya ia sama sekali tidak pernah terpikirkan akan hal ini. Dan sebelum Levi sempat bersuara, suara Eren yang seperti menembus dirinya itu. Menyentuh bagian terdalam dirinya. Membuat Levi menatap dingin ke arah sosok itu.

Deg!

Deg!

"Kau adalah omega kasar yang ada di gang kan?" Ujar Eren. Ia menjauhkan dirinya melihat sosok Levi yang begitu dingin. Meksipun ia hampir saja sedang di lecehkan. Ia masih sama saja. Masih sangat dingin, masih tanpa sedikitpun ekspresi. Dengan wajah yang dingin, tingkah yang dingin dan tatapan yang begitu mematikan itu.

"Levi, aku sangat mencintaimu" ujar Eren menatap lekat-lekat sosok pasangannya itu.

"Darimana kau sadar hal itu?, Kau tidak mung-" jawab Levi dengan sangat dingin seperti biasanya, tanpa perasaan.

"Aku tau, aku baru sadar ini. Tidak sudah lama aku sadar. Jika kau adalah omega yang waktu itu. Maka sudah pada waktu itu aku menyadari perasaan aneh ini. Kau adalah dia, Levi. Kau adalah omega yang mencuri hatiku. Pasangan-ku sendiri" seru Eren mendekatkan dirinya pada Levi. Menekan lembut pada kedua pundak Levi agar ia hanya menatap ke arahnya saja.

Ia menyadari akan hal itu, sejak saat itu. Ia merasa begitu aneh. Mengingat kejadian hari itu. Berpikir berulang kali dan menemukan berulang kali kalau itu adalah kata cinta. Berapa kali pun ia berusaha menyangkal. Jawabannya akan kembali pada kata sederhana itu. Ia ingin menyentuh Levi, ingin bersama Levi, menghabiskan waktunya bersama dengan Levi. Perasaan apa ini-?, Apakah ini bisa disebut dengan cinta-?. Kalau tidak, apa ini-?. Ia mencintai Levi, perasaan aneh yang seolah menghipnotis dirinya. Membuatnya terus saja berpikiran tentang dirinya.

Itu adalah Levi, mengetahui itu semuanya menjadi wajar.

Aku mencintai___Levi___-?

Kenapa__?

Setiap kali ia menyelamatkan Levi. Rasa nyaman itu akan selalu ada. Rasa deg-degan yang begitu berisik, namun juga nyaman. Semburat merah tipis memenuhi kedua pipi Eren. Ia mendekat, memejamkan kedua matanya dan memberikan sebuah ciuman pada Levi pada bibirnya itu. Tidak bergerak dari posisinya. Ia mencium perlahan Levi yang hanya duduk disana. Di-ruangan tertutupi itu.

Deg!

Deg!

Eren mengerakkan tangannya ke arah belakang. Menyentuh leher Levi dan mendorongnya pelan untuk mendalami ciumannya itu. Rasanya hangat, nyaman. Ia seperti meleleh di dalamnya. Jika ini bukan cinta, apa lagi-?. Eren tidak bisa mengetahui apapun lagi selain kata itu yang terus saja ter-giang dihatinya. Kata yang seharusnya tidak akan pernah ada bagi Eren. Eren yang tidak pernah mencintai apapun. Eren yang tidak ingin terikat dalam apapun. Kini menyadari kalau dirinya terperangkap dalam cintanya pada Levi, dalam sebuah perasaan yang aneh.

Ia mencintai Levi tanpa sempat ia sadari. Jatuh begitu saja dalam pesonanya itu. Tanpa sempat ia perhitung-kan. Eren perlahan melepaskan ciuman singkatnya, menarik jarak yang tadinya sangat dekat dengan Levi. Melihat sosok itu dari dekat, dimana wajahnya hanya dingin menanggapi dirinya itu. Masih dalam posisi yang sangat dekat. Bisa saling merasakan debaran dan nafas masing-masing.

Deg!

Deg!

Eren menatap hangat kedua mata Levi yang berwarna biru sedalam samudera. Keduanya saling bertatapan tanpa suatu katapun bersuara. Hingga kata kata yang keluar dari bibir Eren yang membuat suasana sepi itu bersuara. Membuat kata kata itu terdengar begitu jelas, kata kata yang tulus. Penuh dengan sebuah perasaan yang hangat. Perasaan Eren pada Levi, sebuah perasaan menginginkan. Kali ini ia ingin menyelamatkan Levi, ia tidak ingin Levi terluka lagi.

Levi adalah Omega-nya. Dan kali ini perasaannya mendominasi sama seperti debaran aneh ini yang otomatis tercipta saat ia mengingat sosok Levi. Tanpa bisa sekalipun ia hentikan. Tanpa sekalipun bisa ia lari darinya. Debaran aneh pertanda kalau ia 'mencintainya'.

"Can't I Save You?"
.

.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top