10
Eren melihat kearah jam tangan mahal yang ia kenakan. Lalu matanya beralih lagi pada lorong sempit itu. Sekali lagi Eren menaikkan alisnya sedikit tidak percaya dengan apa yang dia lihat di depannya itu. Mobilnya sudah ia suruh pergi terlebih dahulu daripada membuat masalah dengan tampilan mencolok yang membuat ia tidak akan bisa bergerak dengan bebas seperti saat ini.
"Masa disini tempatnya??" Sahut Eren tidak percaya. Setahunya Erwin adalah orang yang sangat kaya sama seperti dirinya. Tidak mungkin dia tinggal di lorong gang sempit seperti ini. Apalagi bau busuk sampah tersebar dimana-mana membuat Eren sangatlah tidak nyaman. Eren adalah orang kaya, tentu saja lingkungan miskin seperti ini tidak pernah ia rasakan. Kecuali saat jalan-jalan mengelilingi kota yang berujung pertemuannya dengan sang omega-nya itu, Levi. Hanya itu saja , setelah itu ia bahkan orang tuanya tidak mau lagi mengelilingi kota.
Katanya tidak tahan. Huh, apanya yang keluarga kaya. Itu aja beralasan sekali.
Eren memutuskan untuk berjalan saja, siapa tau dia bisa menemukan sesuatu. Hari sudah malam. Bulan muncul secara malu-malu, membuat cahaya redup menerangi penglihatan Eren yang kabur-kaburan. Eren terhenti saat ia melihat orang yang keluar dari minimarket itu. Omega, Eren menutupi dirinya dengan topi dan masker agar ia tidak dicurigai. Eren tidak boleh di ketahui siapapun, apalagi sosok omega. Bisa-bisa orang tuanya akan marah besar jika tahu kalau Eren berkeliaran di dunia kasta yang kotor ini.
Eren mendekati omega itu seraya menunduk. Mungkin saja ia bisa bertanya padanya. Eren tersenyum dan menepuk bahu omega itu. Belum sedetik hal itu terjadi. Eren bisa merasakan kalau omega itu mengelak dan kini membanting dirinya hingga ke tanah. Omega itu menginjak kepalanya dengan kejam hingga mencium tanah. Apalagi kedua tangannya malah di todong dengan ujung pisau kecil khas perlindungan diri. Eren tentu saja sangat terkejut, tidak pernah mengira kalau dirinya akan di perlakukan seperti ini. Apalagi oleh omega, kasta yang terbilang sangatlah lemah.
"Mau apa kau hah?, Dasar penjahat kelamin mesum" ujar kejam orang itu.
"Ma-maafkan aku!, Aku gak berniat apa-apa. Ha-hanya berniat bicara saja!" Seru Eren gelagapan. Tentu saja nyawanya terancam sekarang. Dan ia tidak terima dengan penuduhan tanpa bukti seperti itu padanya.
"Huh?, Kau pikir aku akan percaya dengan perkataan orang yang menutupi dirinya dengan topi dan masker hah?" Tekannya seraya menekan kasar kakinya membuat kepala Eren semakin mencium tanah dibawahnya itu. Ia benar-benar terpojok dan orang ini tanpa ampun!.
"Huh!, Mnnh-percayalah!. Aku mengunakan topi ini untuk melindungi diriku dari sinar matahari!".Ups gawats, Eren menutup mulutnya sendiri dengan gelagapan saat ia gugup dan bicara sembarangan saja. Sekarang kan gak ada matahari, dan benar saja orang itu malah semakin memukuli dirinya.
Buk!
Buk!
"Ah aku minta maaaaaf!!!"
.
.
Dan sekarang Eren tengah duduk di sebelah orang yang tidak ia kenali itu. Setelah beberapa perjuangan, orang itu akhirnya menerima alasannya. Eren memayunkan bibirnya dengan gemas, kedua matanya tampak sedikit kesal ke arah yang berlawanan. Sungguh, kok pria seperti dia bisa mengalami hal ini sih?. Ia bahkan tidak bisa berkutik dihadapan omega ini, biasanya ia kan menaklukkan para omega, bahkan Beta juga kadang-kadang. Mereka semua jatuh begitu mudah dalam pesona Eren. Dan orang ini. Ia bahkan tidak peduli dengan kastanya sebagai alpha. Kan jadi kesel, harga dirinya terluka.
Orang itu menaikkan kakinya sebelah menumpu pada kakinya. Ia melipat tangannya dengan angkuh. Dan melihat kearah lainnya dengan wajahnya yang datar tanpa perasaan. Mata yang berwarna biru, seperti ada kematian dalam gurat tatapan yang selalu sama itu. Ia melihat dengan cuek ke arah alpha yang ada di sebelahnya itu. Yang baru saja ia hajar dengan kejam.
"Jadi ada apa?" Tanyanya tanpa mempedulikan kalau harga diri alpha yang di sebelahnya sedang sangat terluka karena dirinya.
"Cih, dia bahkan gak meminta maaf karena salah sangka" bisik Eren pelan dengan kesal.
"Hah?"
"Tidak , tidak apa-apa. Hum, kau kan gak akan ngerti kalau aku bilang kayak gitu. Dasar omega kejam, tidak berperasaan" ujar Eren mendengus berharap kalau dia me-notice perkataanya.
"Kau marah karena tadi?, Dasar bocah" ujar dia. Yang malah mengejek Eren, membuat Eren kan tambah mengembungkan kedua pipinya dengan kesal. Ia tidak pernah diperlakukan seperti ini. Orang di sebelahnya benar-benar mengesalkan!.
"Aku gak bocah ya! Aku sudah dewasa!" Ujar Eren tidak terima, mengayunkan kedua kakinya dengan gemas. Sosok Eren yang biasanya dewasa dan playboy itu tampak begitu mengemaskan.
"Kau tau aku sudah menaklukkan banyak omega!. Bahkan Beta!-" Eren yang tidak terima akan kekalahannya ingin menunjukkan kebolehannya. Ia menghitung dengan jarinya dan tersenyum riang mengarahkan tangannya itu pada omega yang duduk di sebelahnya itu.
"-Lihat tidak terhitung!" Ujar Eren dengan bangga. Tersenyum seperti orang bodoh. Omega itu menyeringai, dan ia menepuk tangannya itu menutup semua jarinya itu. Ia mendekat dan Eren menatap polos hingga dia tiba-tiba menjentikkan jarinya pada dahi Eren membuat Eren tersentak kesakitan dibuatnya.
"Itu bocah, dasar bodoh" ujarnya. Lalu ia kembali pada posisi duduk semula. Eren cemberut, lagi-lagi dirinya malah di permainkan oleh sosok omega misterius ini. Eren mendengus ngambek, apa gunanya kalau nanti ia malah di ejek lagi. Eren tidak terima ya, kalau dirinya malah di ejek seperti itu. Eren menutup mulutnya rapat-rapat dan manja ke arah lainnya.
Omega itu menghela nafas mengetahui sifat yang sangat kekanak-kanakan dari alpha yang sekiranya seumuran dengan dirinya itu. Omega itu menatap ke arah lainnya dengan wajah tidak peduli. Ia hanya mau kembali dari membelikan makanan cemilan malam yang diinginkan oleh adiknya yang tiba-tiba lagi pengen ice-cream. Yah, ia tau juga masa remaja yang membosankan. Apalagi ia adalah omega yang cukup manja saat masa heatnya itu.
"Huh, cepatlah bicara. Aku tidak punya waktu untuk meladeni omong kosong-mu itu" ujarnya dengan nada malas.
Eren semakin mengembungkan pipinya kesal. Ih, apaan sih tadi dia bilang dirinya bocah.
"Malas~. Nanti kau bilang aku ini bocah, mengejekku lagi~" seru Eren dengan nada manja. Tidak suka kalau dirinya malah diejek seperti itu lagi. Gantian dirinya yang mempermainkan omega kejam di sebelahnya itu. Masa dirinya yang terus-menerus berada di tempat yang rendah. Ia kan alpha!, Seharusnya dia yang mengoda omega ini dan dia yang seharusnya klepek-klepek dengan dirinya. Kok kebalik!.
Omega itu menatap datar, "Kau sudah dewasa, Alpha. Dan lagi kau itu adalah alpha bisakah kau berhenti bersikap seperti itu. Aku melihatnya sangat jijik. Kau sendiri gak malu malah bersikap seperti anak kecil?, Berhenti berbicara dengan nada aneh, kau masih jiwa bocah ternyata. Badannya saja yang sok dewasa" seru omega itu tidak mentolerir kata-kata kejam yang diucapkan malah dengan nada datar juga.
Blush!!
"Ka-kau.. mengatakan hal kejam seperti itu-!" Bisik Eren sangat malu. Wajah Eren langsung saja memerah padam. Ia benar benar di permalukan oleh omega yang tidak ia kenal itu. Harga dirinya benar-benar diruntuhkan begitu saja. Eren merasakan kalau ia bahkan tidak akan bisa menatap dirinya lagi setelah ini. Kedua pipinya memerah karena rasa malu yang memuncak. Kedua matanya menatap gugup dan tidak percaya ke arah lantai bawah. Ia berkeringat dingin atas perkataan kejam yang barusan di katakan omega itu tepat di sebelahnya. Bahkan tanpa ragu sedikitpun. Padahal ia tidak pernah seperti ini. Ia yang selalu dihormati malah di permalukan bahkan disebut sebagai bocah olehnya.
Ugh, menye-bal-kan!.
A-apa apaan omega ini?!. Dia benar benar jahat!. Dasar omega yang kejam, tidak berperasaan!.
.
.
"Ka...kau ini. Kau tau itu adalah hal yang memalukan" seru Eren pelan. Ia menunduk malu.
"Lalu?, Berhenti bersikap seperti itu. Kau seperti bocah"
Eren menelan ludahnya yang terasa tersekat. "Kau benar-"
"Kau itu dewasa, maka bersikap dewasalah. Kita bukanlah anak kecil lagi yang merengek terus, jika kau terus seperti itu. Kau tidak akan pernah bisa menjadi orang dewasa" lanjutnya lagi dengan nada cuek seperti biasa. Eren terdiam, mencerna kata kata yang diucapkannya. Benar, dia adalah orang dewasa. Apa yang di ucapkan olehnya benar. Ia terus-menerus merengek dan membuat Armin kesulitan. Pipi Eren memerah tipis, ia bisa merasakan kalau detak jantung nya terasa semakin cepat.
"Apaan sih,kau tadinya tidak peduli dan mengejekku dan sekarang malah mengatakan itu. Tidak adil tau" seru pelan Eren menutup sebagian wajahnya yang memerah dengan kedua tangannya. Eren menatap aneh ke arah bawah, hanya karena di katakan seperti itu saja malah membuatnya merasakan hal yang aneh. Ia merasa senang. Senang dengan perkataan itu. Dibalik perkataan kejam yang selalu diucapkannya itu.
"Kau bodoh apa. Aku mengatakan itu untuk masa depan alpha yang bocah seperti mu itu" ujarnya tanpa perkataan manis atau apapun itu. Murni dan tanpa kepura-puraan. Itu sangatlah berbeda dari orang yang ia ketahui selama ini. Omega yang selama ini ia dekati untuk sekedar kesenangan. Mereka semua munafik, dengan kata-kata yang manis mendekat dan tanpa kejujuran. Tapi omega ini , dia jujur. Tanpa sekalipun ia menyembunyikan dirinya yang asli. Dia sangatlah berbeda.
Eren merasakan hal yang baru. "Hahaha, kau ini benar-benar unik. Baru pertama kali aku bertemu dengan omega yang seperti dirimu",tanpa sadar Eren malah tertawa riang. Perasaan nya meluap begitu saja seperti buih sabun. Membentuk bunga bunga manis di sekitar hatinya yang tidak pernah ada.
"Hah,kenapa kau terta-" ucapan nya terhenti. Eren tersenyum manis dengan semburat merah manis di kedua pipinya. Sangat tulus dan penuh cahaya, omega itu terdiam. Ia bisa melihat itu dari balik masker yang ia pakai. Ekspresi yang begitu manis dan begitu berwarna yang tanpa sadar membuatnya begitu terpana seketika dan membuat mata itu menyelami hal itu. Mata birunya yang biasanya penuh dengan samudera yang gelap dan penuh kedinginan. Masuk begitu saja menempati tempat spesial diantaranya. Duduk dan ia tersenyum manis disana. Seolah mengajak dirinya untuk ikut juga bersama dengannya.
"Bocah" serunya mengalihkan pandangannya ke arah samping. Tanpa sadar semburat merah tipis terlampir sempurna di pipi putih yang biasanya kosong itu. Ia harus menyembunyikan ini, tidak boleh. Ia tidak boleh akan hal ini. Dengan alpha bodoh dan bocah yang baru pertama kali ia temui. Eren tersenyum disana. Walaupun omega ini berkata hal yang kejam seperti itu, entah kenapa ia merasa baik-baik saja. Dadanya terasa hangat dan semua perasaan yang biasanya ia bentuk terlepas begitu saja.
Ia bisa tersenyum begitu saja. Ia bisa tertawa lepas seperti tadi. Benar-benar adalah hal yang sangat aneh untuk dirinya ini. Eren menutup sebagian wajah yang ia rasakan memanas. Eren tidak percaya dengan apa yang dia alami. Tapi ia nyaman akan hal ini. Ia tidak merasa benci akan hal yang terjadi padanya sekarang ini. Eren menatap pelan ke arah dinding sempit yang ada di depannya itu. Dengan semburat merah yang masih ada di pipinya. Eren menatap dengan ragu ke arah omega yang juga mengalihkan pandangannya darinya.
"Kau tau, aku merasa aneh. Padahal kita baru pertama kali bertemu saat ini. Dan aku sudah bertemu dengan banyak omega manis lainnya. Tapi, kau tau. Aku merasakan hal yang berbeda denganmu. Rasanya aku ingin bersamamu-" Eren mengalihkan wajahnya kearah samping. "-Lebih lama..lagi.." sahut Eren merasakan kalau degup jantungnya semakin tidak wajar saat mengatakan hal itu. Wajahnya menatap gugup ke arah omega di sampingnya. Berharap kalau ia tidak marah dengan perkataannya tadi.
Apa respon-nya?
Apa dia akan ditertawakan lagi?
Tapi yang didapatkannya adalah hal yang lain. Eren perlahan membesarkan kedua matanya tidak percaya saat melihat dia yang memiliki semburat merah tipis diwajahnya yang datar. Eren merasa gugup seketika dan ia memerah padam. Ia tidak tau apa yang terjadi pada dirinya. Semua ini adalah hal yang baru dan begitu memalukan baginya. Untuk pertama kalinya ia merasa kalau hatinya seperti akan meledak. Berdetak tidak karuan, dan wajahnya memerah seperti terbakar rasa malu.
Untuk pertama kalinya Eren merasakan gejala jatuh cinta. Atau mungkin sebenarnya Eren memang sedang jatuh cinta pada seseorang disebelahnya itu.
Blush!
Deg!
Eren segera bangkit dari posisinya sebelum bertambah parah lagi. Dengan menghindar darinya sembari melindungi wajahnya yang memerah seperti kepiting rebus ini. Eren menutup wajahnya yang memerah. Eren tampak kikuk seperti orang yang baru saja jatuh cinta. Eren menatap ragu ke arah lain. Ia harus bisa mengatakan apa yang ingin dia katakan. Jangan jadi seperti ini, ayolah. Kau malah menunjukkan karakter lemah mu sebagai alpha!. Ayo, katakan dan dengan berani!. Pipinya masih memerah, dan ia perlahan mengaruk salah satu pipinya dengan ragu dan gugup karena degup jantungnya yang seolah tidak mau berhenti lagi.
"Ka-kau tau. Ini menyebalkan tapi aku benar-benar malu sekarang ini. Jadi aku sangat senang dengan perkataan mu tadi itu, dan juga aku memiliki urusan lainnya jadi...aku akan segera pergi. Sebelum itu aku hanya ingin katakan kalau aku senang bertemu denganmu" seru Eren dengan wajah memerah.
"Cute" bisik omega itu dalam hati melihat tingkah Eren yang seperti anak kecil yang sangat mengemaskan. Terlebih lagi ia memerah dengan manis dan tampak gugup dengan dirinya. Omega itu menunduk, semburat merah tipis terbentuk di kedua pipinya tanpa sadar.
"Aku juga .." serunya pelan. Eren yang melihat respon itu terkena heart attack. Dia benar benar imut saat seperti itu. Lihatlah ia tanpa sadar malu-malu. Eren memerah dan suasana hening untuk beberapa saat. Dengan mengumpulkan keberanian, Eren bangkit dari tempat duduk awalnya dan mengaruk surainya yang tidak gatal. Ia benar-benar tidak tau harus bagaimana. Ia merasa aneh dan gugup untuk waktu yang bersamaan.
"Ka-kalau gitu aku pergi dulu. Maaf sudah menganggu waktu berharga mu" seru Eren. Ia melangkah keluar dari gang itu. Meninggalkan omega itu yang duduk sendirian disana. Omega itu menunduk, wajahnya tampak tidak sadar memerah tipis. Sudah, berhenti merasa seperti itu. Kau kenapa sih-?!. Dia itu hanyalah alpha kekanakan yang sok dewasa dan malu-malu. Kau jangan ikutan malu juga dong-!.
Sementara itu Eren, ia mengaruk tengkuknya tidak mengerti. Semburat merah itu masih ada di kedua pipinya. "Huh, aku kenapa sih??" Seru Eren tidak mengerti. Gila, dia benar benar tidak bisa menghadapi ini. Bahkan disaat ia sudah pergi, dirinya masih merasakan degup dan perasaan aneh itu-!.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top