[ENDING] Ch 17; I Love You. Really. Is It Too Much?

Di chapter terakhir ini, saya harap banyak yang vote dan komen, ya ^^ Terimakasih atas dukungannya selama ini. ENJOY FOR THE LAST CHAPTER

.

.

.

"Hei bedebah! Kau mentransferku uang?"

"Iya. Why?"

"Kau menyogokku?"

"Tidak"

Yibo ingin tertawa saja melihat wajah Xuan Lu yang marah memenuhi layar laptopnya. Sepulang menghadiri kelasnya, Xuan Lu tiba-tiba mengiriminya e-mail untuk membuka aplikasi skipe. Dia ingin video call dengannya, kata wanita itu. Yibo akhirnya menyanggupi. Tapi kini dia dapat semprotan darinya.

"Untuk apa uang ini?"

Yibo melepaskan sebelah earphone nya karena suara Xuan Lu terlalu keras hingga membuat telinganya sakit.

"Untuk membantu bisnis Xiao Zhan. Katanya kau butuh modal untuk usaha adikmu. Ya..itu. aku ikut menyumbang."

"Serius?!Ini jumlahnya tidak sedikit, lhoh!"Xuan Lu menyipit curiga di sebrang sana dengan memandanginya lewat layar aplikasi tersebut, "jangan-jangan uang ini hasil curian?"

"Enak saja! Itu sisa uang sakuku yang kukumpulkan dan uang hasil kerja freelance edit video di sini."

Xuan Lu mendengkus, "Apa kau sedang menarik perhatianku agar aku mengijinkanmu mengencani Xiao Zhan?"

Yibo tertawa, "Tentu saja tidak. Buat apa? Lagian Xiao Zhan nanti juga aku dapatkan dengan kerja kerasku sendiri."

"Percaya diri sekali kau!" Xuan Lu terlihat marah, namun detik berikutnya wajahnya berubah menjadi biasa, "tapi thanks untuk bantuanmu. Aku yakin, adikku juga menyukaimu."

****

"JAHAAT!!!!"

Yibo hanya meringis senang sekaligus meringis sakit saat Xiao Zhan dengan sepenuh hati memukuli lengan serta dadanya berulang kali. Orang-orang di sekitar melihat mereka dengan tatapan aneh, hingga akhirnya Yibo memegang lengan kurus remaja 18 tahun itu sebelum pukulannya bertambah brutal.

"Kita dilihatin banyak orang." Katanya lirih, dan itu sukses membuat Xiao Zhan berhenti melakukan aksinya.

Dia menyentak kedua tangannya dari genggaman Yibo dan berjalan menjauhinya. Remaja manis itu berjalan ke salah satu pohon di sana, mungkin mau berteduh. Karena saat sudah sampai di sana, Xiao Zhan langsung mendudukkan dirinya dengan menekuk kedua kakinya. Wajah manisnya tertekuk sebal.Tapi Yibo yang melihatnya, sungguh dibuatnya gemas.

Pria 24 tahun itu datang menghampirinya dengan sedikit berlari. Ia menempatkan diri untuk duduk bersisihan dengan pemuda itu.

Karena terlalu dekat, Xiao Zhan sedikit menggeser duduknya dengan masih menekuk wajahnya. Di sini memang sangat menyejukkan. Bisa duduk-duduk di bawah pohon yang rindang dan menghadap langsung ke arah sungai.

Romantisnya...

Apalagi di sebelah Yibo ada seseorang yang membuat dirinya bisa berada di sini.

"Hei, apa kabar? Tambah gembul saja –Ouch!"

Yibo mendesis lirih saat merasakan kembali cubitan Xiao Zhan di perutnya. Dia tersenyum senang, entah kenapa dia rindu hal-hal kecil yang dulu ia benci dengan kebiasaan Xiao Zhan ini.

"Aku tidak gembul!"

"Iya. Pipimu saja yang gembul."

"Ish! Menyebalkan!"

Yibo tertawa melihat Xiao Zhan yang masih kesal dengannya."Mana pesananku?"

Bukannya Xiao Zhan memberikan apa yang Yibo pinta, remaja itu malah menggerundel, "Dasar tidak tahu diri! Pergi nggak pamit, pas pulang malah nipu orang!"

"Hei!" Yibo sedikit tersinggung. Dia tidak menipu Xiao Zhan! "Aku tidak menipu. Aku sudah bayar, kok."

Dengan kesal, Xiao Zhan memuka tas ranselnya dan mengeluarkan bungkusan rapi yang berwarna merah muda. Dia tidak peduli lagi dengan Yibo, akhirnya pesanan yang sejak tadi dia bawa, ia lempar ke pemiliknya, dan itu tepat mengenai wajah pria itu.

"Wah... penjual jenis apa ini? Memberikan pesanan ke pelanggan kok dilempar gini? Kena wajah tampanku, nih..."

"Rasain! Itu akibat jika sering memainkan perasaan orang!"

Bukannya merasa sedih, Yibo malah senyum-senyum tidak jelas seperti orang idiot. Memang benar, cinta bisa menghilangkan kewarasan seseorang, dan kali ini targetnya adalah Yibo sendiri.

"Maaf, deh." Yibo menyimpan baju yang tadi Xiao Zhan lempar ke dalam tas ranselnya. "Apa selama aku pergi, kau merindukanku?"

Pemuda yang memiliki tahi lalat di bawah bibirnya tersebut, seperti menahan sesuatu. Hidungnya kembang kempis dan bibirnya masih terus mengerucut, detik berikutnya ia membenamkan wajahnya ke lekukan tangan yang bertumpu di kakinya yang tertekuk.

Suara tangisan langsung terdengar dengan lirih, membuat cengiran lebar di bibir Yibo segera pudar. Ia dengan segera menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Xiao Zhan.

"Xiao Zhan. Hei, apa kau menangis?"

Xiao Zhan yang masih menunduk, menggelengkan kepalanya dengan pelan. Yibo tidak bisa melihat ekspresi pemuda itu.Dia jadi bingung sendiri dengan keadaan saat ini.

Jika Xuan Lu ada di sini, sudah dipastikan hari ini riwayatnya sudah tamat dengan cara yang tragis. Ia mengangkat kedua tangannya –ingin memeluk tubuh pemuda ringkih itu. Tapi baru sentuhan kecil saja, Xiao Zhan sudah menolaknya dengan memundurkan tubuhnya.

"Xiao Zhan. Apa kau marah denganku?" Pertanyaan bodoh, jika Xiao Zhan sudah sampai menangis begini, bukankah dia sudah tidak dapat membendung emosinya lagi?

Tidak ada jawaban dari pemuda itu.Dia masih menunduk dan terdengar suaranya yang sesenggukan –berusaha untuk menghentikan tangisnya.

"Aku minta maaf karena kau merasa dipermainkan." Ia menghela napas, "bukan maksudku untuk melakukan hal itu padamu."

Pria itu melirik Xiao Zhan yang masih menyembunyikan wajahnya, ia akhirnya kembali berbicara, "Saat itu, ayah dan kakakku menyudutkanku untuk menyetujui studiku di Singapore. Aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Terlebih jika itu menyangkut tentang ibuku."

Yibo melihat ke langit-langit, meski ia tidak tahu Xiao Zhan mendengarkannya atau tidak, dia terus melanjutkan ucapannya, "ibuku terkena penyakit Hypertensi. Jika penyakitnya kambuh, dia bisa tergolek lemas tak berdaya di ranjang. Aku adalah anak yang seumur hidupnya, hanya menyusahkan keluarga saja." Jeda sejenak, dia tiba-tiba merasa emosional seperti ini, "sebelum aku terlambat untuk membahagiakan ibuku, aku menurut saja untuk permintaan ayah kali ini."

Yibo sedikit bernapas lega saat Xiao Zhan mulai menampakan wajahnya yang sembab. Remaja itu masih menunduk dengan terus mengusap wajahnya untuk menghilangkan jejak air mata.

Melihat itu, Yibo segera mengambil sesuatu di dalam tas, sebuah sapu tangan biru gelap ia keluarkan dan menyodorkannya tepat di wajah Xiao Zhan.

"Ini bukan adegan drama. Kebetulan saja sapu tangan milik kakakku yang sialan itu tertinggal di tas. Ini, hapus sisa air matamu."

Dengan ragu, Xiao Zhan mengambilnya dari tangan Yibo. Ia bersihkan seluruh sisa air matanya di mata dan wajahnya. "Terimakasih."

"Ambil saja. Itu 'kan ada bekas ingusmu."

Ada otot yang berkedut di pelipis Xiao Zhan. Tadi ia begitu emosional, sekarang malah kembali ke Yibo seperti biasa. Tidak pekaan dan tidak ada romantis-romantisnya. Padahal suasanya sudah sangat mendukung.

"Kenapa kau berada di sini? Bukankah sedang kuliah di sana?" Suara pemuda itu sangat sumbang akibat menangis selama beberapa menit.

"Studiku sudah selesai. Aku kembali hanya satu minggu saja, untuk mengurus beberapa dokumen di sini –maksudku tugas akhirku di JT University.

Xiao Zhan menoleh, dia menaikkan sebelah alisnya ssetelah mendengar penjelasan Yibo yang tidak ia mengerti. "Maksudmu?"

Yibo tersenyum. Senyum lebar yang mungkin baru Xiao Zhan lihat karena terlihat sangat tulus, "aku juga telah selesai dengan tugas akhirku di sini."

"Apa?"

"Kau pasti terkejut, bukan?"

Tentu saja, Xiao Zhan selalu menganggap kalau Yibo adalah mahasiswa malas dan bodoh hingga tidak kunjung lulus dari kampusnya. Tapi lihat sekarang! Dia bahkan mampu menyelesaikannya di dua tempat studinya sekaligus. Padahal kedua departemen yang diambil Yibo tidak saling berkaitan.

Apa otak Yibo tertukar dengan seseorang?

"Aku juga terkejut. Padahal aku hanya menjalani apa yang ada. Ternyata untuk selesai kuliah tidak perlu otak yang cemerlang." Pria itu memandang Xiao Zhan yang masih memandangnya heran, lalu iamengkat tangannya untuk mengusap kepala pemuda itu, "kita hanya perlu membuang rasa malas kita saja."

"Ge..."

"Maaf ya, selama enam bulan lebih, aku tidak pernah menghubungimu."

Oh iya... pantas. Ternyata alasan Yibo tidak menghubunginya, kemungkinan karena dia fokus dengan studi di Singapore dan juga menyelesaikan tugas akhirnya di kampusnya.

"Aku juga jarang menghubungi keluargaku. Kecuali ibuku. Aku sering menanyakan kondisinya.Seburuk-buruknya seorang anak, jika ibunya sakit seperti itu, tentu ada rasa khawatir."

Kok dirinya jadi ingin kembali menangis ya? Ah, Xiao Zhan bahkan hampir menitikkan air matanya lagi jika tidak segera mendongakkan kepalanya.

Wang Yibo sekarang telah berubah. Tidak seperti dulu yang egois dan penuh emosional serta berbuat semaunya.

"Aku jadi merasa bersalah...."

Yibo segera memandang Xiao Zhan yang kini kembali menunduk."Kenapa?"

"Aku selalu menuduh kau tidak-tidak karena kepergianmu yang mendadak, serta tak ada kabar dari Singapore."

Mendengar itu, Yibo tersenyum culas, "Cieee... yang rindu Wang Yibo...."

"Tidak! Jangan terlalu percaya diri."

Senyum Yibo semakin lebar, membuat kedua pipi tembam Xiao Zhan merah merona."Sudah ada buktinya, kok. Nah, itu, tadi kan kau nangis. Bukankah karena saking rindunya denganku?"

Nah, kumat lagi deh sifat narsisnya.

Padahal Xiao Zhan tadi baru memuji kalau Yibo sudah berubah. Tapi kini malah menggodanya habis-habisan. Menyebalkan!

Xiao Zhan berdiri dan membersihkan rumput kering yang menempel di celana jeansnya.Yibo yang melihat itu pun ikut berdiri.

"Mau ke mana?"

Remaja 18 tahun itu tetap diam, setelah dilihat bajunya bersih, ia menyampirkan tasnya ke kedua bahunya dan berjalan meninggalkan Yibo yang bingung.

"Aku mau pulang!"

"Pulang?" Ia segera menyusul langkah pemuda itu di belakangnya. "kita 'kan belum bicara banyak."

"Aku tidak butuh ceritamu. Sana bicara sama pohon!" Ia tak menghentikan langkahnya meski tadi ia menyadari bahwa pria yang ada di belakangnya sempat tersandung tumbuhan –untunglah tidak terjatuh.

"Entar aku dianggap gila, dong, kalau cerita dengan pohon."

"Ya memang!"

"Teganya...." Yibo menangkap lengan Xiao Zhan dan sukses membuat pemuda itu berhenti sejenak, "aku antar ya?"

Xiao Zhan melirik sinis, "antar naik apa?"

Yibo meringis canggung, "bus. Mobil dan motorku di Beijing, jadi –"

"Aku pulang sendiri saja!"

"Yah! Xiao Zhan!" Yibo kembali mengejarnya.Sungguh, meladeni Xiao Zhan kenapa sulit begini? Apa karena dia terlalu mencintainya? "Ini sudah hampir gelap. Aku temani pulang, deh, bukan antar. Gimana?"

"Enggak."

Yibo kembali menangkap pergelangan Xiao Zhan, "Zhan –"

"Apaan sih? Lepas, nggak? Besok 'kan bisa ketemu lagi"

"Tidak bisa. Besok aku harus ke rumahku. Beijing. Kita bisa bertemu lagi saat keberangkatanku ke Singapore di bandara. Itu pun kalau kau mau datang."

Xiao Zhan terdiam. Kedua mata mereka saling berpandangan dan Yibo berharap agar Xiao Zhan mau menerima tawarannya. Jika Xiao Zhan ingin segera pulang, setidaknya dia mengantarnya agar mempunyai waktu lebih banyak lagi bersama pemuda tersebut.

"Baiklah.Kau boleh menemaniku pulang."

Yibo merasa seperti mendapat undian berhadiah.

*****

Yibo merasa rindu dengan gang berpoles semen ini. Dia juga rindu dengan tumbuhan liar yang tumbuh di sela-sela tangga undakan yang menuju rumah Xiao Zhan. Akhirnya, kini dia datang kembali di sini.

"Terimakasih."

Xiao Zhan menaikkan sebelah alisnya."Untuk? Harusnya yang berterima kasih itu aku. 'kan aku yang diantar. Kau juga mentraktirku makan."

Yibo terkekeh.Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling jalanan sepi tersebut. tadi mereka memang mampir sebentar ke sebuah kedai untuk makan, jadi ketika sampai rumah, sudah pukul 10 malam saja. Waktu bergulir begitu cepat hingga dirinya tidak rela karena sebentar lagi dia berpisah dengan orang yang ada di depannya ini.

"Xiao Zhan."

"Ya?"

Yibo sedikit canggung ketika hendak menanyakan sesuatu yang sejak tadi bersarang di otaknya."Apa –apa gantungan kunci yang aku berikan masih kau simpan?"

Xiao Zhan terdiam beberapa saat, dia tidak langsung menjawab dan malah memandang ke bawah, "apa benda itu penting bagimu?"

"Ya. Karena itulah aku memberikannya untukmu, agar dijaga kau."

Xiao Zhan memang benar-benar menjaga benda itu, bahkan yang biasanya ia gantung di ranselnya, kini ia lepas dan dimasukkan ke dalam sebuah kotak plastik yang sekarang ada di dalam tasnya. Itu karena kemarin sepulang sekolah sempat jatuh dari tasnya. Untung ada seorang siswa dari sekolah lain yang memungut dan mengejar dirinya

"Masih, kok."

"Benarkah?"

Xiao Zhan mengangguk, ia segera melepas ranselnya dan membuka resleting tas untuk mengambil benda yang Yibo maksud. Sebuah kotak dengan bahan plastik berada di genggaman pemuda itu.

"Ini,"

Yibo menerimanya.Senyum merekah di bibirnya saat melihat benda pemberiannya masih utuh dengan kondisi yang baik."Syukurlah." Yibo mengambilnya untuk ia lihat lagi.

"Kata Zhoucheng," Yibo segera menoleh dan memandang Xiao Zhan saat pemuda itu mulai berbicara, "cincin yang ada digantungan kunci itu menandakan kalau kau melamarku. Secara tersirat."

Tubuh Yibo membeku mendengar itu.

Sial. Kenapa malah Zhoucheng yang mengetahui maksud dari cincin yang ada digantungan kunci ini? Apa Xiao Zhan terlalu polos? Seharusnya di umurnya yang sekarang dia sudah tahu maksudnya.

"Apa benar, Ge?"

Yibo tak langsung menjawab.Ia malah melepaskan cincin dari gantungan kunci tersebut.

"Loh? Kok, dilepas sih?"

"Kemarikan tangan kirimu."

Xiao Zhan mengedip-ngedipkan kedua matanya bingung, tapi ia menurut saja.

Yibo menggenggam tangan kiri Xiao Zhan, dan dengan cepat, ia memasukkan cincin itu ke jari manis pemuda itu.

"Ge"

"Ini baru lamaran." Sudah kepalang tanggung, mending diungkapkan saja.

Wajah Xiao Zhan kaget dan malu menjadi satu. Ia segera melepaskan genggaman tangan Yibo setelah sadar atas apa yang dilakukan pemuda itu.

Kedua mata Yibo membulat lebar saat Xiao Zhan melepas cincin tersebut di jari manisnya. Yibo kira Xiao Zhanakan menerima saja. Apa Yibo terlalu percaya diri jika selama ini Xiao Zhan juga mencintainya? Ini semua tak sesuai dengan ekspektasinya.

"Aku tidak bisa menerima ini..." Ia mengambil gantungan kunci yang ada di tangan kanan Yibo. Pemuda itu kembali memasangkan cincin itu di sana.

"Kenapa?"

"Kita bukan sepasang kekasih. Kenapa tiba-tiba seperti ini?"

"Aku kira, semuanya sudah jelas.Aku dari dulu telah mengakui perasaanku ke kau, Xiao Zhan."

Pemuda itu menghela napas lelah, "Lalu aku?" ia menunjuk dirinya sendiri. "Lalu aku bagaimana? Bukankah sebuah hubungan harus saling timbal balik? Kau belum tahu perasaanku, kan?"

Ya, benar. Yibo belum mengetahui perasaan Xiao Zhan terhadapnya. Meski dari semua sikap manis pemuda itu terhadapnya, tidak termasuk jika dia mencintai dirinya, bukan?

"Aku mengerti." Pria 24 tahun itu meringis pedih, "aku terlalu memaksa. Maafkan aku. Masuklah ke dalam, ini sudah sangat larut."Ia mengusap puncak kepala pemuda itu, "aku pulang."

Mungkin dirinya terlalu berharap banyak...

****

"Aiyooo...aiyoo... adikku yang malang. Sudah mau selesai kuliah, kok malah cemberut?"

Yibo segera menepis tangan kakaknya yang dengan gemasnya mencubit pipinya dengan keras, "mau kubunuh ya?"

"Hei bocah tengik."

Yibo tidak mendengar ucapan kakaknya. Ia sangat kesal karena kakaknya harus ikut lagi ke Singapore. Sedangkan Wenhan hanya mengikutinya sampai tempat parkir. Sungguh kejam.

Ah, mengingat kejadian 3 hari yang lalu, membuat dia tidak ingin pergi dari daratan China. Separuh jiwanya tertinggal di tempat pemuda tercintanya tinggal. Di mana seorang pemuda manis telah memporak-porandakan hati dan juga pikirannya malam itu.

"Ge..."

"Hm?"

"Sepertinya aku akan gagal mendapatkan dia."

"Kau sudah menyerah?"

Yibo menunduk. Bagaimana ia tidak memikirkan hal tersebut? Semalam Yibo telah mengiriminya pesan tentang jam keberangkatannya, tapi sama dia hanya dibaca saja. Kini, pemuda itu tak menampakkan wujudnya.

"Sepertinya dia menolakku. Aku terlalu banyak berharap."

Kakaknya tertawa keras, dan itu sukses membuat Yibo ingin segera menjejalkan sepatunya ke mulut sang kakak.

"Pantas sejak kepulanganmu ke rumah, wajahmu sudah masam begitu. Ternyata habis ditolak? Sia-sia dong dari Singapore langsung menemui siswa SMA itu?"

Yibo mendecih keras. Ia ingin menendang kaki kakaknya, ketika terdengar suara pengumuman dari pihak bandara.

"Oh, pesawat kita akan berangkat, ayo masuk ke gate."

Yibo berdiri dengan lesu. Dia seperti tak ada semangat hidup seperti saat kepulangannya dari Singapore seminggu yang lalu.

Saat telah memasuki gate keberangkatan, langkahnya terhenti saat ponsel yang ada digenggamannya bergetar. Sebuah pesan dari seseorang yang sejak kemarin membuat hatinya linu seperti ini. Dengan jantung yang berdebar, Yibo membuka pesan itu.

Ia membulatkan kedua matanya saat sebuah gambar langsung membuat wajah masamnya berubah senang. Sebuah gambar tangan putih, dan di jari manisnya terdapat cincin yang ia kenali. Cincin itu tersemat dengan indah di jari lentik itu.

Aku menunggumu di sini... cepatlah kembali

-Xiao Zhan-

Yibo ingin berteriak saat itu juga, tapi sebuah pesan masuk, kembali mengintrupsinya.

Lihat ke belakang!

Yibo segera menoleh. Ia terkejut saat melihat pemuda manis itu berdiri di depan gate dengan senyum indahnya. Napasnya putus-putus. Sepertinya pemuda itu habis lari.

"Xiao Zhan!"

Pemuda itu tersenyum lebar hingga lesung pipitnya terlihat jelas. Lalu hal berikutnya sungguh tidak terduga, membuat Yibo ingin memeluk pemuda itu, tapi sayangnya tak bisa.

Xiao Zhan mengangkat tangan kirinya dan menunjukkan jari manisnya yang tersemat cincin perak pemberian Yibo.

Yibo meloncat senang, ia melambaikan tangannya ke arah pemuda itu lalu berbalik mengejar kakaknya karena pengumuman keberangkatan terus-menerus dikumandangkan. Tapi hal itu tidak menutup kebahagiaan pria 24 tahun tersebut, saking bahagianya, ia meloncat ke punggung sang kakak.

Untung Haikuan mempunyai refleks cepat, ia mampu mengimbangi terjangan adiknya yang menempel seperti kera di punggungnya. Dia membenarkan gendongannya pada adiknya yang terus-terus tertawa di punggungnya.

Entah kenapa, rasa bahagia adiknya seperti virus bagi Haikuan karena ia juga ikut tertawa. Apalagi saat adiknya bersorak senang di telinganya.

"Ge, dia menerimaku. Xiao Zhan sekarang resmi pacarku –ah, tidak, dia tunanganku!"

"Selamat, dik!"

Digendongan sang kakak, Yibo terus-menerus menoleh ke belakang di mana Xiao Zhan masih berdiri dengan senyum tulusnya.

Akhirnya perjuangannya selama ini tidak sia-sia. Dirinya memang dibuat jungkir balik oleh Xiao Zhan, tapi dirinya menikmati dengan sepenuh hati. Janganlah menyerah hingga mendapatkan hasil yang diinginkan.Bukan, begitu?

I love You. Really. Is it too much?−Maybe, No.

Tidak ada salahnya mencintai seseorang jika itu membuatnya lebih baik, bukan?

END

A/N : AKHIRNYAAAAA CERITA INI TAMAT! Terimakasih kepada para readers yang setia menunggu, yang vote dan juga memberi komentar. Saya sangat berterimakasiiiihhhh sekali!!!! (ketjup basah) maaf ya kalau saya ngaret banget padahal Cuma remake. Itu karena aku fokus ke cerita lain juga. Maaf juga kalau banyak typo dan terlalu menye-menye.

Untuk yang terakhir, berikanlah komen yang banyak dan vote banyak juga untuk chapter ending ini!!!

Akhir kata,

Arigatchu~ :*

P.S : see ya, di cerita YiZhan yang lain. terus dukung saya sebagai author YiZhan yang baru beberapa bulan ini ^^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top