Ch 8; Explanations
(Li Wenhan)
Jangan lupa setelah baca tinggalin jejak cinta kalian berupa vote dan komentar ^^
.
.
.
Yibo dari awal sudah sangat siap dengan penampilannya pagi ini. Biasanya di hari Senin seperti ini, dia akan bangun lewat pukul 12 siang karena Senin tidak ada jadwal kuliah, jika adapun paling-paling hanya satu dan itu tambahan. Tapi pagi ini berbeda. Yibo sangat senang saat subuh-subuh tadi nama Xiao Zhan tertera di layar ponselnya.
Waktu itu Yibo kira dia bermimpi atau berdelusi.Tapi setelah Wenhan –yang memang lagi menginap di apartemennya –membasahi bajunya dengan air liurnya, membuat Yibo percaya kalau itu bukan sekedar mimpi ataupun berdelusi.
Xiao Zhan menelpon pagi-pagi sekali hanya ingin menyuruhnya untuk menjemput pemuda manis itu di rumah. Untung Wenhan ke flatnya dengan membawa mobil milik kakaknya. Secara diam-diam, Yibo meminjamnya sementara Wenhan masih tewas di kasurnya akibat terlalu banyak menenggak soju semalam.
Oh tenang, Yibo tidak mabuk. Ia semalam tidak ada selera untuk meminum alkohol karena pencernaannya sedang bermasalah. Jadi dia semalam hanya menemani Wenhan minum karena si pemuda hyperactive itu frustasi nilai Studio Manajemen Desain tidak lulus setelah mencoba untuk kedua kalinya.
Heh....dasar! padahal Yibo sudah bilang, jangan membuat video dengan tema gelap dan backsound musik beat cepat, karena sang dosen penyuka lagu-lagu lembut dan tema video yang ceria. Itu salah Wenhan sendiri yang sangat terobsesi dengan lagu-lagu hiphop sama seperti Jili .
Ah, kembali pada Yibo yang kini meratapi nasibnya karena semua ekspektasi dari bayangannya tidak sesuai dengan kenyataan yang kini sedang ia jalani. Memang tadi yang menelpon dirinya Xiao Zhan. Tapi...
"Kenapa kau yang menumpang di mobilku, Jie?! Mana Xiao Zhan? Dia kan yang menelponku tadi."
Dengan menyilangkan kedua lengannya di depan dada, Xuan Lu –si wanita berwajah dingin itu –menjawab tanpa memandang Yibo.
"Ah-Zhan sudah berangkat sekolah. Dia yang aku suruh untuk menelponmu."
Yibo memutar bola matanya bosan. Seenaknya saja wanita jutek itu menyuruh-nyuruh calon pacar adiknya untuk menipu dirinya.
"Apa?!" Xuan Lu memicingkan sebelah matanya saat menangkap basah Yibo menatapnya dengan kesal, "...cepat jalan! dasar bodoh!"
"Lima kali dalam 3 hari kau mengataiku bodoh."
"Jika kau tidak ingin aku katai bodoh, makanya jadilah orang sukses setelah lulus nanti!"
Yibo berdecak sebal. Daripada lama-lama berdebat dengan si mulut tajam milik seorang Xuan Lu, Yibo lebih baik diam. Dia sudah sering sakit hati dengan ucapan pedas milik wanita mungil itu sejak ia masih menjadi anak didiknya, harusnya sudah tidak apa-apa jika mendengarnya lagi. Tapi ternyata tidak. Yibo tetap saja jadi cowok yang suka terbawa perasaan.
"Tahu seperti ini, lebih baik tadi aku pakai motor saja."
"Aku mendengar gerutuanmu, Wang Yibo."
Yibo mengangkat sebelah tangannya "Sorry.Tapi aku memang sengaja. Agar terdengar olehmu, Xuan Lu –Ouch.... Yah!!!"
"Sorry, tanganku terpeleset." Xuan Lu tersenyum memamerkan gigi-giginya melihat Yibo yang masih kesakitan karena tadi ia pukul. "Cepat jalankan mobilnya!"
Yah... mau tidak mau Yibo menyalakan mobil pinjamannya itu. Sebelum Wenhan bangun, ia harus segera mengembalikan mobil tersebut.
"Memang kau menyuruhku untuk mengantarmu kemana sih, Jie?"
"Ke tempat kerjanya Ah-Zhan."
Dan Yibo masih tidak menyangka kalau Xuan Lu waktu itu benar-benar marah setelah mengetahui adiknya itu bekerja paruh waktu.
*****
"Tumben berangkat sepagi ini. Biasanya kau datang 5 menit sebelum gerbang ditutup."
"Lu Jie ada di rumah, jadi aku tidak bisa bermalas-malasan seperti biasa."
Zhoucheng meletakkan tasnya di meja. Ia lalu menempatkan dirinya duduk di sebelah Xiao Zhan –seperti biasanya –dan menatap pemuda manis tersebut yang masih berpangku tangan dengan mengerucutkan bibirnya kesal.
"Lu Jie pulang?"
Xiao Zhan mengangguk. "Tapi hanya sebentar. Dia hanya mengambil beberapa dokumen penting untuk syarat ikut ujian seleksi jaksa di Qinghai."
Zhoucheng hanya mengangguk-anggukkan kepalanya meskipun Xiao Zhan tidak memperhatikannya.
"Aku ingin Lu Jie terus berada di rumah..." Xiao Zhan menghembuskan napasnya berat. Ia lalu menelungkupkan wajahnya ke meja. "apa aku pindah ke Qinghai saja setelah lulus sekolah nanti?"
"Terus ibumu?"
Pemuda bergigi kelinci itu langsung menegakkan kepalanya dan menatap Zhoucheng, "Tentu saja dia ikut denganku." Lalu Xiao Zhan kembali mengerucutkan bibirnya, "Bahkan aku tidak boleh mengantarkan dia ke Terminal bus. Padahal aku ingin mengantar dia sampai bus yang ia tumpangi melaju."
Zhoucheng kenal baik dengan Xiao Zhan sejak sekolah dasar. Pemuda itu memang sangat manja terhadap kakak perempuannya itu. Maka, tidak salah jika dulu Xiao Zhan menangis tak henti saat kakaknya itu pamit merantau ke Beijing untuk menempuh pendidikannya. Zhoucheng sampai-sampai tidur di rumah Xiao Zhan waktu itu hanya karena ia kasihan terhadap ibu pemuda itu yang tidak bisa menghentikan tangisan putranya.
"Kau mau menangis lagi seperti dulu saat kakakmu pergi ke Beijing untuk kuliah?"
"Apa boleh aku menangis sekarang? Aku ingin menangis, tapi memang kau mau menenangkanku setelah itu? "Tanya Xiao Zhan polos sambil sesekali mengedipkan kedua matanya tanpa dosa.
"Maaf. Masih ada hal yang lebih penting dari menenangkanmu untuk berhenti menangis."
Xiao Zhan menggerutu tidak jelas setelah melihat betapa tidak pedulinya sahabatnya ini semenjak menjadi anak SMA. Mungkin memang dirinyalah yang belum dewasa.
"A-Cheng~" Xiao Zhan menggesek-nggesekkan kepalanya ke lengan Zhoucheng terus-menerus seperti anak kecil yang sedang merajuk.
Zhoucheng yang sudah terbiasa dengan polah kekanakan sahabatnya itu, hanya menghela napas dan mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.
"Ini untukmu."
Xiao Zhan berhenti dari aksinya, ia menegakkan tubuhnya dan menatap benda yang ada di tangan Zhoucheng dengan kedua mata polosnya. "Apa itu?"
"Yogurt rasa blueberry. Kesukaanmu. Aku tahu kau pasti tidak akan diam jika tidak ada sesuatu untuk menyumpal mulutmu itu."
Xiao Zhan tersenyum lebar, memperlihatkan kedua matanya yang bulat menyipit membentuk eyesmile. Pemuda manis itu segera mengambil botol kecil berwarna ungu tersebut dari tangan Zhoucheng dan segera ia tancapkan sedotannya agar bisa meminum isi dari botol tersebut.
"Kau senang?" Zhoucheng sedikit menyunggingkan senyum saat dengan gembiranya sahabatnya itu meminum yogurt yang ia bawa.
Xiao Zhan mengangguk semangat setelah selesai minum. "Thank you A-Cheng~"
Zhoucheng mengacak-acak rambut Xiao Zhan dengan gemas. "Dasar anak kecil"
Xiao Zhan merasa tidak senang dengan sebutan itu. padahal mereka seumuran, bagaimana bisa dirinya dianggap seperti anak kecil?
Pemuda manis itu pun berhenti minum yoghurtnya dan mengeruvut kesal, "berhenti memanggilku anak kecil. Yibo Ge juga. Kalian sama saja."
Zhoucheng menaikkan sebelah alisnya karena kini Xiao Zhan bisa dengan lancar memanggil Yibo dengan sebutan 'Ge' tanpa nada kaku seperti biasanya.
"Kau bertemu lagi dengan mahasiswa itu?"
"Tiap hari malah. Dan hari ini, dia juga yang mengantar Lu Jie ke terminal."
"Huh?"
"Aku jadi ingin tahu, Yibo Ge sudah mengantarkan Lu Jie dengan tepat waktu atau tidak."
Zhoucheng beberapa kali berkedip. Wajahnya menunjukkan rasa heran yang tidak dapat ia sembunyikan. Banyangkan saja, kemarin-kemarin Xiao Zhan merasa frustasi dengan seorang mahasiswa yang dengan kurang ajarnya mencium dia. Sekarang, sahabatnya itu malah mengjinkan kakak tercintanya diantara oleh dia?
"A-Cheng, apa kau tahu?"
"Huh?" Zhoucheng berkedip beberapa kali seperti tersadar dari lamunannya saat Xiao Zhan menatapnya dengan memegangi ponselnya.
"Ternyata Lu Jie dan Yibo sudah saling kenal, lhoh. Ternyata Yibo dulu adalah muridnya Lu Jie –murid les, maksudku."
Zhoucheng tidak tahu harus menanggapi ucapan Xiao Zhan bagaimana. Jadi dia memilih diam dan mencoba mendengarkan ucapan Xiao Zhan selanjutnya.
" –terus dua hari yang lalu mereka ketemu lagi. Dunia sempit ya?"
Zhoucheng mengangguk canggung untuk menanggapinya. Pemuda canggung itu bahkan sampai sekarang belum bertemu dengan orang yang bernama Yibo itu.
"Xiao Zhan."
Xiao Zhan dengan segera berhenti berbicara dan membulatkan kedua matanya.Ia menatap pemuda jangkung itu dengan polos. "Ya?"
"Aku ingin bertemu dengan orang yang bernama Yibo itu."
"Eung... yakin?"
Zhoucheng mengangguk. Sedikit ragu juga sih sebenarnya. Tapi ia sangat penasaran dengan wujud Yibo yang sering dikatai mesum oleh sahabat manisnya itu.
Xiao Zhan pun tersenyum, "Baiklah. Nanti saat dia ke rumahku, aku akan menelponmu."
Terserah lah. Zhoucheng hanya ingin tahu orangnya saja. Setelah melihatnya, ia ingin bertanya dan mengancamnya untuk tidak mengganggu sahabat polosnya itu. Ia khawatir, Xiao Zhan yang memang sangat polos bisa tertipu mengingat sekarang pemuda manis itu sudah mulai membuka diri pada sosok bernama Wang Yibo tersebut.
*****
Xuan Lu membuka mobil Yibo –maksudnya milik Wenhan yang dipinjam oleh Yibo setelah wanita bertubuh mungil itu keluar dari restoran ayam –tempat Xiao Zhan bekerja. Yibo sedikit mengutuk Xuan Lu kali ini. Ia sangat kesal saat dirinya disuruh untuk menunggu saja di mobil alih-alih ikut masuk ke dalam.
Ini sungguh menjengkelkan. Dia sudah macam supirnya Xuan Lu saja. Padahal dia saja tidak menyumbang bensin sama sekali sebagai imbalan karena telah mengantarnya.
"Masalah terselesaikan. Cepat jalankan mobilnya lagi." Wanita itu mengangkat lengan kirinya untuk melihat jam di lengannya, "Setengah jam lagi busku berangkat."
Yibo mengehela napas, ia lalu melirik sinis pada wanita yang empat tahun lebih tua darinya "Jie, apa kau berpikir aku ini adalah supirmu?"
"Kau bertanya seperti itu?"
Yibo mengangguk.
Dengan tenang Xuan Lu menjawab, "Aku memang berpikir kau adalah supirku. Untuk hari ini. Sekarang, jalankan mobilnya."
"Malas."
Xuan Lu merogoh sesuatu di balik saku jaketnya, ia lalu menyerahkan beberapa lembar uang kepada Yibo. "Kalau ini?"
"Cool!" Yibo tersenyum, langsung saja menyambar uang yang sekarang ada di depan wajahnya untuk ia masukkan ke dalam saku kemejanya. "Ini yang namanya rejeki orang tampan."
Xuan Lu serasa mau muntah saja."Terserah lah."
Akhirnya dengan penuh senyum yang ada di bibirnya, Yibo mau menjalankan mobil tersebut. Selama di perjalanan, mereka berdua diam, sampai setelah Yibo terpikir akan sesuatu hal dan ia langsung memecahkan keheningan tersebut.
"Apa kau meminta bosnya Xiao Zhan untuk memberhentikannya bekerja di sana?"
"Tidak."
"Lah? Terus? Kau di dalam restoran tadi sedang apa?"
Xuan Lu menggaruk pelipisnya sebelum menjawab."Mengucapkan terima kasih?"
"Hah?" Sudah jelas itu bukanlah pernyataan, tapi pertanyaan.
" –dan juga, aku meminta pemilik restoran itu untuk memperlakukan Ah-Zhan dengan baik selama bekerja."
Entah kenapa, Yibo bernapas lega setelah mendengar itu "Aku kira kau meminta Xiao Zhan untuk berhenti bekerja setelah kau tampak kaget mendengar adikmu sekolah sambil bekerja."
Kali ini Xuan Lu sedikit bingung untuk menjawabnya hingga ia berkali-kali menggaruk hidungnya "Xiao Zhan waktu itu memintaku untuk tidak menyuruhnya keluar dari pekerjaannya. Yah... selama nilai-nilainya tidak hancur, aku membolehkannya saja."
Yibo tersenyum, dan dengan berani, ia menepuk pelan bahu Xuan Lu, "Kau memang kakak yang keren, Jie."
Xuan Lu menyeringai, "Baru tahu?"
Yibo mendecih, ia lalu teringat akan sesuatu lagi, sesuatu yang mengganjal di pikirannya setelah tahu, kalau Xiao Zhan dan Xuan Lu adalah kakak-beradik.
"Jie, aku mau tanya lagi."
Xuan Lu mengerutkan dahinya, "Apa?"
"Kau dan Xiao Zhan 'kan kakak beradik, kenapa kalian tidak mirip? Marga kalian juga berbeda."
Xuan Lu terkekeh, "Kau masih penasaran juga?"
"Tentu saja!"
"Aku dan Xiao Zhan memang kakak beradik, tapi tidak sekandung. Xiao Zhan adalah adik tiriku."
"MASA?!"
"Terus? Kau mau aku dan Xiao Zhan tes DNA?! Yang benar saja!"
Yibo menggeleng kuat, hingga mobil yang sedang dikendarainya sedikit meleng."Jadi... kalian saudara tiri? Kok bisa?"
"Tentu saja bisa. Ayahku menikahi ibunya Xiao Zhan."
Melihat wajah Yibo yang bingung, Xuan Lu terkekeh geli, jadi ia teruskan saja ucapannya.
"Dulu waktu Xiao Zhan masih sangat kecil, ayahnya dia sangat kasar pada ibunya. Bahkan kadang dengan Xiao Zhan. Si pria brengsek itu kerjanya hanya mabuk-mabukkan dan main wanita saja."
Yibo hendak menepikan mobilnya dan lebih memilih mendengarkan cerita Xuan Lu, tapi ia ingat kalau dua puluh menit lagi, bus yang Xuan Lu tumpangi ke Qinghai sebentar lagi berangkat.
" –pria brengsek itu membuat Ah-Zhan kecil takut dan trauma karena perilaku kasarnya padanya. Hingga si brengsek itu meninggalkan rumah dengan hutang yang banyak. Ibu dan Ah-Zhan terlantar karena rumah mereka diambil para lintah darat."
"Terus ayahmu menikahi ibunya Xiao Zhan?"
"Belum. Ayahku belum menemukan mereka. Ibunya Xiao Zhan adalah sahabat mendiang ibuku. Ayahku bertemu dengan mereka berdua saat melihat mereka di sebuah kedai kecil, dimana ibunya Xiao Zhan bekerja dan mereka tinggali."
"Terus ayahmu langsung menikahinya?"
"Bedebah! Bisa diam tidak?!"
Yibo langsung menutup mulutnya rapat-rapat.
"Yah... ayahku memang sudah tahu watak si ayahnya Ah-Zhan itu dari mendiang ibuku dulu. Dan saat melihat mereka terlantar seperti itu, merasa iba. Anggap saja ayahku menikahinya karena kasihan, tapi seiring berjalannya waktu, kita menjadi keluarga yang harmonis."
"Kok ambigu sih, Jie?"
Xuan Lu medesis, "Ambigu apanya?! Kau sendiri yang bodoh dan tidak mengerti ceritaku." Lalu pandangan Xuan Lu mengarah ke depan, "setidaknya ayahku telah melakukan yang terbaik sebelum beliau meninggal."
Yibo mengerucutkan bibirnya kesal. "Lah, terus Xiao Zhan traumanya hilang?"
"Tidak. Dia sampai sekarang kadang traumanya muncul."
"Masa sih?"
"Kalau kau waktu pertama kenal dengan Ah-Zhan dan dia bersikap dingin padamu, berarti dia masih trauma dengan kejadian dulu."
Yibo sedikit mengingat-ingat pertemuan awalnya dengan pemuda manis yang sedang ia incar tersebut. "Engh... sepertinya ada yang aku ingat. Bahkan dulu ia tidak mau aku pegang tangannya. Aku kira dia terlalu berlebihan. Tapi –"
"Itu yang menunjukkan kalau traumanya belum sembuh." Potong Xuan Lu cepat.
Pantas...
Yibo kira dulu saat di bandara Xiao Zhan bertindak berlebihan karena dirinya hanya memegang lengannya tanpa menyentuh kulitnya secara langsung. Dan pantas saja kalau Xiao Zhan mengatainya rapist dan syok saat dirinya dulu mencium pipinya.
Ternyata...
"Bedebah! Berhenti di sini!"
Yibo terbangun dari lamunannya dan segera menginjak pedal remnya.
"Jie, ini kan di luar terminal, aku masuk sekalian saja ya?"
"Tidak usah! Di sini saja cukup."
"Okay." Yibo sih, setuju saja. Malah dengan ini lebih baik karena Yibo tidak usah bayar uang parkir untuk masuk ke dalam terminal.
"Yibo."
"Ya?"
"Kau jangan macam-macam dengan adikku! Awas saja kalau menyakitinya sedikit, kau akan kena akibatnya."
Yibo memutar bola matanya, "Yaelah, Jie. Tenang aja. Xiao Zhan aman bersamaku. Jadi restui aku untuk memacari adikmu."
"APA?!"
"Tidak." Yibo menggeleng cepat dan menunduk.
"Tapi aku memintamu untuk melindunginya juga."
Yibo mendongak, apa dia salah dengar?
"Hah?"
"Aku percaya padamu 60 persen." Lalu Xuan Lu keluar dari mobil tersebut dan membanting pintu mobil dengan cukup keras.
"Hei! Kalau yang 40 persennya?!" Teriak Yibo melalui jendela mobil.
"Kau cari saja di diri Xiao Zhan!"
Dan balasan dari Xuan Lu itu malah membuat Yibo merasa pusing.
Tbc
A/N : Gimana puasa hari pertama? Lancar-lancar saja atau enggak? Jangan lupa tetap #dirumahaja ya. Jangan sekali-kali niat bukber ma temen! Sebagai penyemangat puasa besok, saya update nih. Untuk selanjutnya, jedanya cukup lama ya, temans... jadi harap sabar dan ingat-ingat trus plot ceritanya ya ^^
Aku gak tahu aku nulis apaan ini. Vote dan komentar yang banyak, saya tunggu!
Akhir kata,
Arigatchu~ :*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top