Ch 6; It's A Mess
Baca Ini Dulu, Genks!
Jadi, sebenarnya ini 2 chapter aku jadiin satu karena ada scene yang aku hapus dengan alasan gak nyambung sama cerita YiZhan. sebenarnya lucu banget scene nya tapi mungkin pada gak mudeng karena ada cameo dari novel seorang penulis. Jadi, mending hapus aja. maaf kalau tambah absurd. otak saya emang gak pernah bener bikin cerita XD
Jangan lupa, setelah baca vote dan komen ya ^^ Untuk Hello! My Son kayaknya stop dulu ya. Mau puasa, kayaknya kalau gak habis lebaran, ya update nya akhir puasa. Begitu juga dengan cerita ini. Ini emang kebiasaanku dari tahun 2014.
Oke, Enjoy This Story
.
.
.
.
Xiao Zhan berpangku tangan sambil berkali-kali menghela napas lelah, raut wajahnya menyiratkan rasa ketidaksukaannya dengan apa yang ia lakukan sekarang ini di ruang tunggu kedatangan bandara Beijing. Dia sebenarnya berniat datang ke bandara sendiri, namun satu sosok yang dalam dua seminggu ini terus mengganggunya, tiba-tiba muncul di depan pintu rumahnya dan menawarkan tumpangan untuk menuju bandara menggunakan motor sportnya.
Sungguh akhir pekan yang sangat buruk, Xiao Zhan membayangkan akhir pekannya akan tenang dengan tidur seharian dan menghabiskan beberapa film yang ia simpan di notebooknya dan sore harinya pergi bekerja. Nyatanya, itu hanya sebuah angan-angan saja.
"Bisakah kau tidak terus menerus menatapku?" Xiao Zhan mendelik sebal pada pemuda yang ada di sampingnya, namun malah pemuda itu masih senyam senyum.
"Kalau dilihat-lihat, mukamu mirip kelinci."
"Apa?!"
"...kelinci yang imut~" Lanjutnya.
Xiao Zhan hanya mendesis dan merutuki adik sepupunya dalam hati.
Damn you, Song Zu Er!
Ya. Alasan Xiao Zhan pagi-pagi sudah berada di bandara itu semua karena gadis itu yang menelpon ibunya untuk menyuruh Xiao Zhan menjemput di bandara. Tentu saja Xiao Zhan tidak enak jika menolak permintaan bibinya itu, beliau sudah sangat baik pada keluarganya. Tapi tidak dengan anak gadisnya! Gezz! Kenapa Zu Er harus menelpon Yibo juga, sih, untuk menjemputnya? Pikir Xiao Zhan.
Dan lebih kesalnya lagi, Zu Er yang memberitahu alamat rumah serta nomor ponselnya. Xiao Zhan melenguh kesal, padahal waktu itu dia sudah berhasil menghapus nomornya di ponsel Yibo. Dan itu luar biasa menyebalkan!
Dan sejak kapan Zu Er dan Yibo bertukar nomor ponsel?
"Lareina mana?"
Xiao Zhan kaget saat pemuda di sampingnya ini memanggil adik sepupunya itu dengan nama 'Lareina'
"Sejak kapan kau memanggilnya Lareina?"
Dengan santainya Yibo menjawab, "Sejak aku minta nomor ponsel dan alamat rumahmu. Dua hari yang lalu aku datang ke sekolahnya."
Oh... kini Xiao Zhan tau akar dari semua ini. Ternyata Yibo mendatangi Zu Er di sekolahnya?
Astaga!
Xiao Zhan ingin meledak saja saat ini juga. Dan kenapa si perempuan tengil itu belum juga muncul?!
Kalian pasti bertanya-tanya, habis dari mana Zu Er yang baru berumur 15 tahun itu pergi menggunakan pesawat tanpa ditemani kedua orang tuanya? Seminggu yang lalu, Zu Er pergi ke Korea untuk mengurus pendaftaran sekolah di sana serta mencari tempat kursus bahasa Korea sekalian.
Dia ke Korea didampingi guru wanita dari bagian kurikulum. Entah kenapa sang guru rela menemani gadis itu. Mungkin gurunya juga terlalu bangga dengan muridnya itu yang berhasil masuk sekolah elit di Negeri gingseng hingga rela menemaninya
"Nah, itu Lareina."
Gadis manis dengan setelan celana jeans dan sweatshirt kuning itu muncul dengan lesu membawa kopernya keluar dari pintu kedatangan. Gadis itu sejenak berbicara dengan gurunya dan setelah itu mereka berdua berpisah. Hingga remaja 15 tahun itu berjalan sendirian ke arah pintu keluar.
Xiao Zhan menghela napas lega, akhirnya Zu Er datang, jadi Xiao Zhan bisa lepas dari gangguan pemuda sok keren bernama Wang Yibo itu.
"WOIII LAREINA!"
"Aish! Jangan teriak-teriak! Memalukan!"
Namun Yibo mengabaikannya, ia tetap melambai pada calon adik sepupunya. Dan Zu Er yang tadinya lemas, tersenyum senang saat melihat Yibo.
"Harusnya tadi aku pergi saja kalau Zu Er lebih suka dijemput orang itu."
Mendengar gumaman Xiao Zhan, Yibo berhenti melambaikan tangannya dan beralih melihat ke Xiao Zhan, "Tadi kau bilang apa?"
Xiao Zhan diam, ia tidak ada niatan untuk menjawab pertanyaan Yibo.
"Ayo kita ke sana susul Zu Er." Yibo memegang lengan Xiao Zhan dan menariknya. Namun Xiao Zhan segera menepisnya sehingga Yibo menatapnya dengan heran.
"Kau tidak boleh menyentuhku seenaknya!"
Seperti tidak percaya dengan apa yang diucapkan Xiao Zhan, kini Yibo kembali menatapnya penuh dengan kedua tangannya di pinggang, "What?!"
Xiao Zhan memegang lengan kanannya yang tadi dipegang Yibo.
"Kau tidak boleh menyentuhku seenaknya. Kita kan tidak saling kenal."
"Wah... Aku tidak percaya ini," Yibo mendengkus, "aku hanya memegang lenganmu. Itupun tidak bersentuhan langsung dengan kulit. Apa kau begitu alergi terhadapku?!"
Xiao Zhan diam, lalu menunduk. Apa dia keterlaluan? Xiao Zhan memang tidak suka disentuh oleh orang yang tidak akrab dengannya, apa dia aneh? Xiao Zhan menyukai skinship, tapi tentu saja ia lakukan dengan orang yang dia anggap dekat, contohnya saja Ibunya, kakaknya dan Zoucheng, sahabatnya.
"Aku... hanya tidak suka saja. Kita kan belum akrab." Ucapnya lirih.
"Panggil aku Gege."
Xiao Zhan mendongak, dan menatap langsung ke Yibo yang berdiri di hadapannya.
"Huh?"
"Ck. Kau ingin kita akrab kan? Aku lebih tua dua tahun darimu. Panggil aku Gege."
Xiao Zhan menggeleng, "Tidak mau!"
"Ya sudah, panggil aku oppa."
"Apa?!"
Yibo terkekeh, ia merasa geli melihat muka Xiao Zhan yang kaget.
"Kau kan tidak mau memanggilku 'Gege' ya sudah, panggil aku 'oppa' seperti Zu Er"
"Aku bukan seorang gadis!"
Yibo terkekeh lagi, "Tentu saja bukan. Tapi kau manis."
Xiao Zhan memutar bola matanya bosan, ia tidak kaget lagi dengan gombalan yang Yibo lontarkan padanya. Karena sejak awal pertemuan mereka, Yibo sudah sering melontarkan gombalan-gombalan murahan yang membuat Xiao Zhan ingin menyumpal saja mulut pemuda itu.
"Ayo ke sana. Kasihan Zu Er yang membawa barang-barang bawaannya sendiri."
Kini Yibo tidak menarik tangannya, ia berjalan terlebih dahulu dan Xiao Zhan akhirnya mengikutinya dari belakang.
"Hi, my little princess. Bagaimana Korea?"
Xiao Zhan menganga tak percaya saat dua orang di depannya ini ber-high five dengan akrab.
"Korea keren. Calon sekolahku luar biasa besar dan bagus! Sayang aku tak bertemu salah satu idol."
Xiao Zhan mendengus, "Mana ada idol yang melewati orang tengil sepertimu?"
Zu Er melirik tak suka pada kakak sepupunya yang menyindirnya, "Hai Xiao Zhan oppa, bagaimana harimu selama Seminggu tidak bertemu denganku?"
"Oh... Hidupku sangat tenang. Harusnya kau berlama-lama saja di sana agar hidupku bisa normal. Kau gila ya?! Bagaimana bisa kau tega membiarkanku berduaan dengan laki-laki mesum seperti dia?!"
Mulut Yibo terbuka saat Xiao Zhan menunjuk dirinya dengan tiba-tiba.
"Aku?" Yibo menunjuk dirinya sendiri, "Aku mesum? Mesum? Wah –"
"Astagaaa..." Baik Yibo dan Xiao Zhan kini beralih menatap Zu Er yang kini menutup mulut dengan kedua tangannya dan kedua matanya yang seperti memancarkan cahaya. Oke. Xiao Zhan merasakan firasat buruk untuk mendengar ucapan Zu Er selanjutnya.
"...Yibo oppa. Apa oppa sudah mengajak Xiao Zhan oppa tidur bersama?" Lanjutnya. Dan kedua mata Xiao Zhan melebar. Bagaimana anak berumur 15 tahun punya pikiran mengerikan seperti itu?
"Yah! ZU ER! KAU –"
Ucapan Zhan terpotong saat seorang wanita berwajah Eropa menghampirinya dan menanyakan sebuah alamat. Orang itu bahkan mengira bahwa Yibo adalah seorang Idol dari Korea.
Mendengar itu, Yibo mendengkus, "Ck. Tentu saja aku bukan Oh Sehun. Aku Wang Yibo. Pria tertampan di JT University."
Xiao Zhan menyenggol lengannya, untuk menyadarkan Yibo yang berkata random dengan bahasa China.
"Eh... maksudku... Eunghh... no no no... I'm Wang Yibo. And this cute boy," Yibo merangkul Xiao Zhan dengan sok akrab, "...is my boyfriend."
Dan Xiao Zhan mencubit lengan Yibo supaya dia berhenti meletakkan lengannya di bahunya.
Wanita asing itu terlihat malu dengan mengusap tengkuknya, "Err... I'm sorry."
"No problem. Because I'm handsome." Ucap Yibo percaya diri dengan menyisir rambutnya ke belakang menggunakan jari-jarinya.
BUGH!
Xiao Zhan memukul lengan Yibo yang berbicara tidak jelas lagi, "Ge, kau bicara apa sih?! Memalukan!"
Kedua mata Yibo melebar setelah mendengar ucapan Xiao Zhan.
"Kau tadi panggil aku siapa? Gege?"
Xiao Zhan sedikit canggung saat ia baru sadar ia tadi memanggil Yibo dengan panggilan 'Gege'
"Ak...aku..."
"Coba ulangi lagi? Panggil aku 'Yibo Ge' "
"Ap-apa?! Jangan harap!"
Dan Xiao Zhan berlari meninggalkan Yibo dan adik sepupunya. Err... Beserta wanita asing tadi yang masih berdiri dengan memasang wajah bingungnya.
****
"Kenapa kau dan Zu Er ninggalin aku sih? Nih barang-barangnya Zu Er!"
Yibo dengan kesal menaruh satu persatu tas Zu Er yang ia turunkan dari motornya. Ia tadi harus mencari tali untuk ia ikatkan koper milik gadis itu di atas motornya, sedangkan Xiao Zhan mengajak adiknya pergi meninggalkannya dengan menggunakan bus.
"Tujuanmu ikut kan memang untuk bawa barang-barangnya Zu Er. Dan kenapa kau taruh di sini? Sana bawa ke rumahnya gadis tengil itu."
Yibo tidak mendengarkan, ia malah menerobos masuk dan tanpa dipersilahkan ia duduk di lantai depan TV dan langsung menaruh kepalanya di atas meja rendah yang ada di depannya.
"Siapa yang mempersilahkanmu masuk dan duduk?"
"Please, kali ini saja kau baik denganku. Berikan aku air dingin."
Xiao Zhan mendengkus, sedikit kesal karena Yibo tidak mendengarkan ucapannya, namun ia berjalan menuju dapur untuk mengambil air dingin di lemari es.
"Kalau airnya sudah habis, kau boleh pergi."
Yibo segera meminum air dingin yang baru saja Xiao Zhan letakkan di meja hingga habis setengah gelas.
"Akhirnya bisa minum juga. Eits! Minumnya belum habis jadi aku belum bisa pulang." Ucap Yibo sambil tersenyum Zu Erng.
Xiao Zhan hanya memutar bola matanya bosan dan memutuskan untuk duduk berseberangan dengan Yibo.
"Bisa kau pergi sekarang?"
Yibo yang sedang menghabiskan sisa air yang ada di gelas sedikit tersedak dan terbatuk-batuk.
"Huh?"
"Pergi dari rumahku sebelum ibuku pulang."
Yibo tak segera berdiri, ia malah menyeringai dan memandang Xiao Zhan dengan mata tak berkedip.
"Sebelum aku keluar dari sini, ada yang ingin aku tunjukkan padamu."
"Aku tidak ingin melihatnya!" Tolak Xiao Zhan langsung.
Namun Yibo berdiri, ia merogoh saku belakang celana untuk mengeluarkan ponselnya.
"Yakin nih tidak mau lihat?" Yibo mendekati Xiao Zhan, dan ia menunjukkan sebuah gambar yang membuat Xiao Zhan terkejut seketika.
"Apa kau ingat gadis cantik yang ada di foto ini?"
"KAU –"
Yibo menyeringai, ia segera menyimpan ponselnya sebelum diambil oleh Xiao Zhan.
"...oh tentu saja kau ingat. Gadis di foto itu kan kau, bukan? Astaga... Xiao Zhan. Ternyata kau bisa secantik itu."
Wajah Xiao Zhan berubah panik, "Dari mana kau dapatkan itu?!"
Yibo terkekeh, "Tunggu dulu... sepertinya teman-teman di SMA mu yang sekarang belum tahu foto ini. Ini foto waktu kau masih SMP, kan?"
"Yah!!! Jawab pertanyaanku tadi!!"
Yibo tidak mempedulikan Xiao Zhan yang kini memasang wajah marah bercampur panik.
"Apa aku sebarkan saja foto ini? Aku tidak menyangka kau mau jadi Cinderella di pementasan drama dulu."
"WANG YIBO!!!"
"Apa? Aku dengar kok. Tidak usah teriak-teriak."
Kedua tangan Xiao Zhan terkepal kuat, sudah siap sewaktu-waktu menghajar pemuda sengak yang ada di depannya itu.
"Aku tidak akan menyebarkan ini, tenang saja. Asal..."
" –Yah! Wang Yibo! Jangan macam-macam! Hapus foto itu!"
Yibo semakin lebar seringaiannya, "...kau mau menuruti semua keinginanku."
"Apa?!"
Xiao Zhan tidak tahu, kenapa Tuhan menuliskan kisah hidupnya sepahit ini.
******
Zoucheng memiringkan kepalanya untuk bisa melihat ekspresi sahabatnya saat ini. Guru yang dengan semangat mengajar di depan kelas, tak membuat sahabatnya itu mau memperhatikan penjelasan sang guru. Zoucheng yakin, kini sahabatnya itu sedang ada masalah. Kalau bukan masalah pekerjaannya pasti dia sedang merindukan kakaknya yang bekerja di Chongqing.
"A-Zhan? Yah!" Zoucheng berusaha bersuara kecil agar tidak terdengar oleh sang guru. Tapi ia yakin, Xiao Zhan yang duduk di sebelahnya mendengar suaranya.
"Xiao Zhan? Aish! Yah!" Karena tak mendapat respon, Zoucheng menarik tangan Xiao Zhan yang sedari tadi menjadi penopang kepalanya hingga Xiao Zhan tersentak kaget.
"Ada apa sih?!" Tanya Xiao Zhan marah.
"Kau yang ada apa. Ada apa? Kenapa melamun terus sejak tadi?"
Bukannya menjawab, Xiao Zhan menghela napas dan menangkupkan wajahnya ke meja.
"Hidupku hancur. Semuanya telah hancur."
Zoucheng tidak begitu jelas mendengar suara Xiao Zhan yang samar-samar.
"Kau bicara apa, sih?"
"Acheng~~" Xiao Zhan menegakkan kepalanya, dan Zoucheng harus menaikkan sebelah alisnya saat melihat kedua mata sahabatnya yang memerah seperti akan menangis.
"Kita bicarakan ini nanti."
Dan Xiao Zhan kembali menangkupkan wajahnya ke meja.
*****
"Aku tidak tahu, dalam rangka apa kau mentraktirku?"
Yibo tersenyum sambil mengaduk Mie La Mian pesanannya.
"Apa kau tidak suka? Ini bentuk terimakasihku pada Senior."
Pria yang ada di hadapan Yibo mengernyit heran, "Huh? Jika yang kau maksud membantuku beres-beres ruang seni waktu itu, harusnya aku yang mentraktirmu, Yibo." Pria itu memandang ke sekeliling kedai tenda yang cukup ramai malam ini.
Yibo terkekeh, dan saat itu juga seorang pelayan membawakan dua botol baijiu di meja mereka.
"Wah... Apa kau berniat menyogokku? Jarang-jarang ada junior yang mengajakku minum."
"Jika kau tidak ingin, juga tidak apa-apa. Aku bisa menghabiskannya sendirian."
Segera saja pria itu memukul lengan juniornya dengan main-main, "Harusnya kau memesan daging babi panggang untuk menemani minum baijiu. Bukannya mie kuah seperti ini."
Yibo memutar bola matanya bosan, "Kau ternyata cerewet ya? Masih untung aku traktir makan. Hei senior, kau kira ini awal bulan? Akhir bulan seperti ini mana bisa aku mentraktirmu daging, huh?"
Pria yang Yibo panggil Senior itu terkekeh geli, ia akhirnya ikut mengaduk mie nya dan kembali berbicara pada Yibo.
"Serius, aku heran. Kenapa kau mentraktirku? Apa aku berbuat baik padamu tanpa aku sadari?" Jeda sesaat, pria itu kemudian membelalakkan kedua matanya, "jangan-jangan aku memberi tahu soal ujian pak Zang? Iya?"
Yibo berdecak sebal, "Aku tahu kau asisten dosen, tapi maaf, aku tidak mengikuti kelas pak Zang. Dan kau orang yang pelit untuk memberikan hal seperti itu, Cao Yuchen."
Yuchen tertawa, lalu ia mulai memakan mie berkuah itu dengan satu suapan penuh.
"Waktu itu aku ke SMP tempatmu mengajar, karena ingin menjemput adik sepupuku." Beritahu Yibo di sela-sela makannya.
"Kau punya adik sepupu di SMP sana? Bukannya kau asli Luoyang?"
"Err... Adik sepupu temanku, maksudnya."
Yuchen mengangguk dan mulutnya membulat untuk menanggapi pernyataan Yibo.
Yuchen juga terkejut waktu itu saat Yibo ada di SMP tempatnya magang, karena jam sekolah waktu itu belum selesai, Yuchen yang melihat Yibo bosan menunggu di dekat gerbang langsung menyuruhnya masuk untuk membantunya menata ruang kesenian yang baru ia pakai mengajar.
"Aku tidak tahu kalau Yuchen ge sedang magang ngajar di sana."
"Yah... Aku bersyukur dapat tempat dekat untuk magang." Yuchen melanjutkan makan lagi, namun ia seperti teringat akan sesuatu. Setelah menelan makanannya, ia kembali menatap Yibo, "Jangan bilang kau mentraktirku karena kau menemukan foto murid laki-laki yang pakai baju perempuan itu."
Yibo tersenyum lebar, seniornya itu memang sangat cerdas. Pantaslah dia menjadi asisten dosen dan sudah ada sekolah yang merekrutnya sebagai guru seni tetap meskipun belum lulus.
"Aku benar kan? Bukankah itu foto alumni SMP situ?"
Yibo mengangguk, "Berkat itu, hidupku jadi semakin mudah. Aku berterimakasih padamu, senior karena kau menemukan album alumni dari klub theater itu."
Yuchen sedikit bingung dengan juniornya. Apa manfaatnya dengan foto anak laki-laki yang ber-cosplay perempuan itu? Tapi Yuchen tidak memikirkannya lebih jauh. Yah...yang penting ia bisa makan mewah malam ini tanpa merogoh uang sakunya lebih.
"Yibo."
"Huh?"
"Aku pesan sate usus pedas ya?"
Dan Yibo sedikit menyesal telah mentraktir seniornya itu.
*****
"Kau jangan lari lagi, Xiao Zhan. Kau belum menceritakan masalahmu itu padaku!"
Xiao Zhan mau tidak mau keluar dari rumahnya. Zoucheng mengikuti sahabatnya itu yang berjalan keluar dari rumah, sampai akhirnya dia berhenti di undakan yang ada di gang masuk rumahnya dan duduk di sana. Zoucheng mengikutinya, ia memposisikan diri untuk duduk di sebelah Xiao Zhan.
"Kau menghela napas lagi."
"Aku sedang banyak pikiran."
Zoucheng menaikkan sebelah alisnya, "Dan kau tidak mau menceritakan masalahmu itu."
Xiao Zhan memangku kepalanya dengan kedua tangannya, ia lalu menghela napas lagi.
"Ini terlalu memalukan untuk diceritakan."
"Meskipun aku sahabatmu?"
Xiao Zhan memandang Zoucheng yang kini terlihat tersinggung, lalu ia menundukkan kepalanya lagi dan mengangguk.
"Aku minta maaf."
Zoucheng menghela napas, "Apa ini soal mahasiswa yang menganggumu beberapa Minggu ini?"
Xiao Zhan menengadahkan kepalanya untuk memandang Zoucheng, dan ia mengangguk lemah.
"Zoucheng...bagaimana ini?" Xiao Zhan terlihat seperti akan menangis saat memandang Zoucheng penuh belas kasihan.
"Dia lakukan apa padamu?"
Xiao Zhan hanya menggeleng lemah, ia masih tidak mau menceritakan pada Zoucheng. Entah kenapa, jika ia menceritakannya keadaan akan semakin buruk.
"Percuma aku datang ke rumahmu malam-malam."
Xiao Zhan menatap Zoucheng yang kini terlihat marah, "Maafkan aku...tapi aku punya firasat buruk jika aku menceritakannya padamu." Xiao Zhan mencoba tersenyum meski terpaksa, "biar aku saja yang menghadapinya sendiri."
Zoucheng menghela napas pasrah, "Ya sudah. Itu terserah kau. Tapi jika ada sesuatu dan dia menyakitimu, kau harus bilang denganku."
Xiao Zhan mengangguk, ia ikut berdiri saat Zoucheng berdiri dan merapikan hoodie nya.
"Aku pulang."
Xiao Zhan mengangguk, "Hati-hati."
Xiao Zhan melihat Zoucheng pergi dengan mengayuh sepedanya sampai punggungnya sudah tak terlihat lagi.Rumah Zoucheng memang beda kompleks dengannya, jadi Zoucheng harus memakai sepeda, daripada jalan kaki malam-malam.
Xiao Zhan menghela napas saat mengingat Yibo yang kemarin telah mengancamnya dengan menggunakan foto waktu dirinya mengikuti teater di SMP. Zoucheng tidak perlu tahu akan hal ini. Sungguh memalukan. Dirinya dan Zoucheng memang sudah bersahabat sejak SD, tapi saat SMP Zoucheng tidak satu sekolah dengannya, dan kejadian saat ia berperan jadi anak perempuan di pementasan teater itu, akan Xiao Zhan rahasiakan sampai detik ini.
"Kau harus menuruti semua kemauanku."
Xiao Zhan benci seringaian Yibo saat ini. Ia ingin berteriak, mencakar-cakar wajah mengesalkan milik Yibo sampai berdarah. Tapi ia tidak bisa. Ia tidak ingin semua bertambah buruk.
"Apa maumu?!"
Okay. Sejauh Yibo tidak meminta yang tidak-tidak, Xiao Zhan akan menurutinya.
"Panggil aku 'Gege' mulai sekarang."
Xiao Zhan berusaha keras agar ia tidak meledak dalam emosi, "Baiklah." Ucapnya pasrah.
Yibo tersenyum, "Itu yang pertama. Dan yang kedua,"
Xiao Zhan menahan napas saat Yibo memandangnya dan menyeringai penuh kemenangan. Dalam diam Xiao Zhan berdoa agar Yibo tidak meminta yang membahayakan dirinya.
"Ah, yang kedua biar aku pikir dulu saja deh."
"Eh?" Xiao Zhan berkedip-kedip bingung.
"Aku ingin kau jadi kekasihku, tapi..." Yibo menjeda kalimatnya dan menggaruk pipinya dengan sedikit canggung.
"Tapi?" Xiao Zhan juga penasaran, dalam pikirannya Yibo pasti memintanya untuk menjadi kekasihnya, mengingat sejak pertama kali mereka bertemu, Yibo selalu mengklaimnya sebagai kekasihnya secara sepihak.
"...aku tidak akan menjadikanmu kekasihku, jika kau belum mencintaiku"
"Hah?"
"Jadi aku akan menunggu waktu itu tiba sampai kau mencintaiku."
Dan entah kenapa, Xiao Zhan merasakan wajahnya memanas.
Mengingat hal itu, Xiao Zhan secara otomatis menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menyadarkan dirinya.
Ngomong-ngomong tentang Yibo, satu hari ini, pemuda itu tidak muncul sama sekali di hadapannya, bahkan mengiriminya pesan pun tidak.
Sedikit –sedikit ada rasa khawatir Xiao Zhan rasakan. Jangan-jangan ada sesuatu yang terjadi pada dia. Xiao Zhan juga hari ini tidak bekerja di restoran ayam itu karena ia ijin kurang enak badan, jadi ia tidak melihat Yibo yang biasa sengaja lewat depan restoran.
Xiao Zhan segera sadar dari lamunannya saat mendengar suara mesin motor.
Panjang umur.
Baru saja ia pikirkan, orang itu muncul, padahal sudah malam seperti ini.
"Kenapa di luar?"
Tanpa memandang Yibo, Xiao Zhan menjawab, "Tadi ada Zoucheng datang ke sini."
Yibo menaikkan sebelah alisnya, "Temanmu itu?"
Xiao Zhan mengangguk. Sejauh ini memang Yibo belum pernah bertemu dengan Zoucheng.
"Kau jangan terlalu sering berdekatan dengan dia."
Xiao Zhan segera menolehkan kepalanya untuk memandang Yibo. Tadi dia bilang apa?
"Kau itu sudah aku tandai untuk jadi kekasihku nanti. Kalau kau malah jatuh cinta sama dia, bagaimana?"
Xiao Zhan menghela napas dengan keras sebelum ia berbalik untuk masuk ke rumahnya.
"Yah! Mau kemana?" Dan Yibo dengan cepat menahan lengannya.
"Mau masuk."
"Kau tidak menyuruhku untuk masuk?"
Ingin sekali Xiao Zhan memutar bola matanya dengan bosan, tapi ia tidak lakukan, "Ini sudah malam. Tidak menerima tamu."
"Apa benar kau sakit? Sakit apa?"
"Kau ke tempat kerjaku?"
Yibo mengangguk. "Niatnya mau menjemputmu. Biasanya kan jam segini kau sudah pulang. Tapi kata bibi pemilik restoran, kau ijin tidak masuk kerja karena sakit."
Xiao Zhan mencoba melepaskan genggaman tangan Yibo pada lengannya dengan pelan.
"Aku hanya flu biasa. Pulanglah."
Yibo sedikit kaget saat Xiao Zhan bersuara halus dan kalem. Tidak seperti biasanya yang kasar dan ketus.
"Yakin? Sungguh?"
"Iyaa... Sekarang kau pulanglah. Aku mau istirahat."
"Gege" Koreksi Yibo.
"Huh?"
"Bukankah kemarin aku bilang, kau harus memanggilku 'Gege'?"
Xiao Zhan berdecak sebal, ia mendengus kesal untuk kesekian kalinya, "Pulanglah...Gege." suaranya lirih, tapi Yibo dapat mendengarnya dengan baik.
Ia tersenyum, dan berbalik untuk pergi dari sana. "Sampai jumpa besok! Aku akan menjemputmu sepulang sekolah!"
Dan Xiao Zhan hanya menatapnya heran, ia tidak merasa kalau dirinya tadi menyunggingkan senyum walau tak kentara.
Tbc
A/N : silakan kasih vote dan komentar yang banyak ^^ maaf makin ke sini malah tambah OOC. Please bear with it. Aku memang otaknya absurd.
Akhir kata, arigatchu~ :*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top