Ch 15; See You Again, My Love

Warning! Chapter ini mengandung keanehan. Random abis karena saat ngetik pikiranku sedang ngefly. Ngakak boleh, sedih jangan. Vote dan komen saya tunggu demi menamatkan cerita ini lebih cepat.

.

.

Yibo merasa kini hidupnya hampa. Dua hari kini dia berada di Negeri orang yang sama sekali ia tidak kuasai bahasanya. Terlunta-lunta layaknya seorang tunawisma. Uang pun hanya ada secukupnya. Mau hangout ke café negara ini, tapi ia tidak tahu rutenya kemana saja.

"Aku orang tampan...yang tersesat di negeri orang. Sungguh malang, nasib yang tak kunjung berbatang."

"Kok berbatang?"

"Biar pas syairnya, gitu.Gimana sih!"

Haikuan hanya memutar dua bolanya bosan mendengar celotehan adiknya yang tidak jelas sama sekali.

O iya. Yibo lupa. Dia ke sini dengan kakak terburuknya. Terburuk ya. Yibo enggan bilang kakak tercinta, karena Haikuan nggak enak dicintai. 2 hari mereka terdampar di Singapore untuk mengurus keperluan Yibo berkuliah di sini.

Sebenarnya bukan kuliah, sih. Yibo kemarin mendengar sedikit-sedikit, kalau program yang Yibo ikuti hanya kelas bisnis yang menjurus ke kursus dalam waktu kurang lebih satu tahun lebih beberapa bulan. Jika lulus, akan mendapat sertifikat dan ijazah juga.

Entahlah.Yibo malas memikirkannya. Bagaimana mau belajar kalau dirinya minim bahasa Inggris?

Kini pemuda berhidung mancung itu melirik kakaknya yang sedang membaca buku panduan tentang kursus privat bahasa Inggris bagi pemula, letaknya ada di dekat flat yang sudah kakaknya sewa selama 2 tahun untuk sang adik tunggalnya. Yibo malas membaca, karena semuanya bahasa Inggris.Pusing. Mending mandang fotonya Xiao Zhan saja.

Mengingat pemuda bergigi kelinci itu, Yibo jadi kembali dirundung rasa bersalah. Dia pergi tanpa pamit padanya. Dia hanya pamit pada Wenhan dan meminta agar pemuda hyperactive itu merahasiakannya dari Xiao Zhan. Padahal sejak kemarin, aplikasi chat nya sering bunyi oleh pesan dari pemuda manis itu, namun Yibo tak berani untuk membalasnya.

Yibo menghela napas sambil berpangku tangan, "Hidupku akan hampa dan sepi –"

Tiba-tiba Yibo menghentikan monolognya karena sang kakak mengeplak kepalanya dengan cukup keras.

"Aishhh...apa sih, Ge!? Sakit tahu!"

"Hei, bodoh. Kau mau tentor yang mana buat kursus bahasa Inggrismu?"

"Ini entar kursusnya di flat?"

"Iya..."

"Mereka orang China?" Yibo meneliti beberapa foto tentor asal China dengan wajah tak minat.

"Iya, bodoh. Makanya cepat pilih."

"Kok, nggak ada yang cantik sih? Paling tidak imut gitu."

Haikuan berusaha sabar menghadapi adiknya yang memang kurang ajar ini. Dia sungguh akan meninggalkan adiknya setelah urusan ini selesai. Entah mau hidup atau tidak setelah ini, Haikuan tak peduli. Yang penting dirinya sudah mengantar adiknya ke Singapore.

"Ya sudah.Ini saja. Jackson Wang."

Haikuan memicingkan sebelah alisnya, "yakin sekali."

"Ya yakin lah. Jackson kan teman SMPku."

Oh sial. Kenapa Haikuan tidak mengenali wajah mantan tetangganya itu? Mungkin karena saat tamat SMP, anak itu langsung pindah ke negara ibunya yang berada di Amerika. Tapi –wait! Kenapa sekarang di Singapore? Jadi tentor, pula!

"Kenapa anak ini sangat beruntung saat aku hendak mengerjainya?" Gumam Haikuan. Dia melirik sang adik yang sedang melihat ke sekitar. Namun tiba-tiba pemuda 22 tahun itu menegang saat kedua matanya melotot.

"Ge! Aku pergi dulu."

Ia hendak pergi, tapi Haikuan dengan sigap memegang tangannya. Dia sendiri heran dengan tingkah adiknya yang tiba-tiba menjadi ketakutan sendiri seperti ini.

"Ada apa sih? Kau lihat hantu?"

"Bukan. Aku mau ke toilet. Kebelet. Sialan –aduh!"

Sialan memang ini kakaknya. Dia kira dirinya mau kabur apa?

"Pasti kau mau kabur, kan? Di sini saja. Dasar adik bedebah!"

"Serius Ge, aku –"

Lalu suara kentut pun berbunyi cukup keras dari pantat pemuda yang dikenal cool itu. membuat siswa lain yang ada di sana mengernyit jijik padanya.

"Tuh kan. Gege sih!"

Akhirnya Haikuan melepaskan tangan adiknya. Ia justru langsung menendang bokongnya Yibo untuk segera pergi dari ruang tunggu pendaftaran.

****

"Dasar memalukan. Tadi setelah kau pergi ke toilet, semua orang membicarakanmu, tahu!"

Yibo tidak menanggapi, ia hanya menatap diam pada layar ponselnya yang menampilkan beberapa pesan dari seorang pemuda manis bernama Xiao Zhan.

Haikuan menghela napas, dari tempat kursus hingga sekarang berada di dalam taksi, adiknya ini jadi diam begitu. Tadi juga dia di toilet sangat lama hingga Haikuan meminta petugas keamanan di sana untuk mencari Yibo.

Sejak anak itu menyetujui permintaan ayahnya, dia menjadi aneh dan tidak terlalu aktif. Membangkang, sih, masih. Cuma diamnya itu yang aneh.

"Kau merindukan anak SMA itu?"

Yibo masih diam. Dia senderkan punggungnya dan menghela napas lelah.

"Tinggal telepon dia saja, kan mudah!"

"Kau tidak tahu, Ge." Tiba-tiba Yibo menoleh ke arah kakaknya dan menatapnya lesu, "aku tuh lagi mode cinta-cintaan sama dia. Tapi kalian dengan jahatnya memisahkan kisah cinta suci kami!

"Bullshit!" Haikuan ingin muntah mendengar bahasa adiknya yang sok puitis, "dengar, ya, Wang Yibo. Adik bodohku yang nggak pernah pinter."

"Aku nggak mau denger."

"Terserah," Tapi pria 27 tahun itu tetap meneruskan ucapannya, "aku tidak mau kau membuat masalah lagi.Belajarlah di sini yang benar.Lulus cepat. Jalankan usaha ayah dengan baik.Aku tidak peduli kau mengencani wanita atau pria –asal jangan anak-anak –yang terpenting kau itu sukses dulu."

Yibo tak percaya, dia berkedip beberapa kali memandang kakaknya takjub, "setelah aku sukses, apa bisa aku menikahi Xiao Zhan?"

"Paling tidak, ayah tidak akan menendangmu dari rumah."

"Kenapa?"

"Ya karena kau sudah jalanin bisnisnya. Makanya nanti kalau sudah jalanin bisnis ayah, jangan sampai kacau!"

"Tapi aku ingin sukses jadi animator."

Haikuan dengan gemas merebut ponsel adiknya, "milih jadi animator, dan kau melepaskan gebetanmu itu? Atau kau milih jalan ini?"

"Aku mau ngikutin arus saja!" Lalu Yibo merebut ponselnya kembali.

"Hubungi Xiao Zhan jika kau tidak ingin menyesal."

Pemuda tampan itu menaikkan sebelah alisnya, "menyesal kenapa?"

"Apa kau mau dia lepas dari tanganmu hanya gara-gara dia marah karena kau tidak pamit?!"

Sungguh, Haikuan benar-benar tidak mau mengurus adiknya lagi. Baru saja 2 minggu dekat lagi, tapi 80 persen hanya membuat dirinya pusing.

"Oh iya... kau benar, Haikuan!'

"Sudah kubilang, jangan panggil aku seperti itu!"

****

Haikuan tewas, dengan air liur yang membasahi bantal baru Yibo. Dirinya perlu mencatat di otaknya, kalau nanti sebelum Haikuan pulang, harus mengganti uang agar dia bisa membeli bantal baru dan membuang bantal busuk itu.

"Xiao Zhan. Ini ada video call dari Yibo. Kau beneran tidak mau menerimanya?"

Terdengar, suara Wenhan di ujung sana. Layar menunjukkan sosok pemuda manis yang sedang berdiri membelakangi Wenhan. Yibo melihat semua dari layar.

Ia sangat maklum, tentu saja Xiao Zhan marah padanya. Pesan tak dibalas, malah ternyata sekarang dirinya sudah berada di Singapore tanpa pamitan padanya. Dia hanya tidak mau pamitan, dia hanya enggan, nanti dia tidak mau pergi dan malah kembali menjadi anak pemberontak ketika mengikuti egonya.

"Ini Yibo sudah menunggu lama, lhoh. Sudah malam pula. Ayo, berbicara sedikiittt saja, ya?"

Tadi Wenhan sempat mengiriminya pesan, bahwa Xiao Zhan pergi ke kampusnya untuk mencari dirinya.Mau tidak mau Wenhan mengatakan yang sejujurnya karena pemuda itu tidak bisa berbohong.

Seketika itu pula, Yibo langsung menelepon pemuda manis itu. Tapi hingga panggilan ke 20, pemuda manis itu tak kunjung mengangkat. Ia akhirnya malah kembali merepotkan Wenhan untuk mendatangi pemuda manis itu di rumahnya.

"Wenhan." Panggilnya, beberapa detik kemudian, muncullah wajah Wenhan di layar ponselnya.

"Ya? Xiao Zhan tidak mau menerima panggilanmu."

"Biarkan saja.Aku mengerti."

"Aku tutup saja, nih?"

Yibo tersenyum miris, " –ya. Kau boleh menutupnya."

"Oke –"

"Setidaknya kau balas pesanku, bodoh!"

Jantung Yibo seperti berhenti berdetak sebentar saat dengan tiba-tiba wajah manis Xiao Zhan berada di layar ponselnya. Tidak ada senyum yang terukir, kini malah kedua matanya sedikit merah dan berair. Dia ternyata merebut ponsel Wenhan saat pemuda itu hendak mematikan sambungan video call nya.

"Apa jarimu putus semua hingga kau tidak bisa mengetikkan pesan?!"

Yibo tertawa, kini malah Xiao Zhan yang sedang marah-marah terlihat sangat manis sekaligus lucu. Lihatlah wajahnya yang kini hampir merah seutuhnya.

"Maaf.Apa kau menangis? Jangan menangis.Tidak ada aku di sana untuk mengusap air matamu."

"Aku tidak menangis!" –namun pemuda iu malah menghapus lelehan air matanya dengan ujung lengannya secara kasar. "Nih, aku tidak menangis!"

Yibo tertawa, "iya. Kau tidak menangis."

"Kau yang menangis, bodoh!"

Yibo baru menyadari, saat celana tipis yang ia pakai ada bekas tetesan air. Ia lalu meraba wajahnya, dan benar saja, sekarang wajahnya kini telah basah.

"Ya.Aku menangis. Karena kau begitu menggemaskan."

"Jangan gombal!"

Yibo kembali melihat bahwa pemuda manis itu meneteskan air matanya.

"Sudah jangan menangis. Aku akan sering-sering menghubungimu, kok."

Dengan kasar, si pemuda manis menghapus air matanya, "Nggak sering hubungin juga nggak apa-apa. Ganggu!"

Yibo terkekeh, jelas sekali kalau Xiao Zhan ini sedang terbawa emosi. Rasa-rasanya ia ingin mengelus puncak kepalanya dan membenamkan wajah manis itu pada dadanya.

"Nanti kau rindu, lagi.Kalau rindu berat, lhoh!"

Pemuda manis itu tidak menanggapi, malah kini me-poutkan bibirnya karena rasa kesal yang dirasakannya.

"Jadi ini alasannya, kenapa kau tidak mau menerima ajakanku ke taman bunga Rapeseed?!"

Kadang Yibo memang harus lebih berpikiran tenang saat menghadapi bocah remaja seperti Xiao Zhan ini."Ya.Maafkan aku, ya? Jika kau sabar, liburan musim panas, aku bisa pulang ke China."

"Aku mau ke sana dengan orang lain saja!"

Mungkin itu terdengar seperti gertakan, tapi Yibo merasa tersinggung dengan ucapan pemuda bergigi kelinci tersebut."Dengan siapa?"

"Dengan orang yang mau pamit denganku saat pergi."

Yibo menyeringai, Xiao Zhan memang masih mempunyai sisi anak kecil yang mudah terpancing dendam, ia memaklumi saja, toh sepertinya dulu ia seperti itu juga.

"Aku cemburu, lhoh, entar."

"Kenapa harus cemburu?! Kau kan bukan pacarku!" suara Xiao Zhan sudah mulai parau.Mungkin karena efek menangis tadi, atau dia sudah mengantuk mengingat sekarang sudah larut malam.

Yibo tersenyum, "kalau pas aku pulang –setelah lulus kuliah di sini, kau mau jadi pacarku?"

Yibo ingin tertawa saja saat kedua bola mata bulat Xiao Zhan bergerak-gerak gelisah dan wajah yang semula sudah berwarna normal, kini ada semburat kemerahan di kedua pipinya. Namun, detik berikutnya Yibo menurunkan senyumnya saat kamera ponsel Wenhan bergoyang dan langsung berganti dengan layar yang dipenuhi oleh wajah Wenhan yang sedang memandang bingung pada Xiao Zhan

"Wenhan Ge! Aku sudah tidak mau video call lagi dengan dia!"

"Yah! Xiao Zhan –hei!" kini terdengar suara Wenhan yang meneriaki nama pemuda SMA itu, kamera pun bertambah kacau gambarnya.

---dan Video call tersebut pun mati. Yibo yakin, Xiao Zhan tadi hanya kelewat malu, jadi dia langsung pergi saja tanpa mengucapkan salam perpisahan. Yibo tersenyum saat kembali membayangkan wajah Xiao Zhan yang kemerahan karena menangis dan juga malu.

Hah...dia begitu lucu.

"Bagaimana aku tidak jatuh pada pesonanya kalau dia selalu membuatku jungkir balik seperti ini?"

A/N :

Maaf lama update, sekalinya update malah idenya random gini. Nggak terkendali dan penuh adegan pup di sana sini. Oh! Beberapa chapter lagi tamat. Aku sudah ingin namatin cerita ini.

Maaf ini random banget ceritanya. Tapi bolehkah tetap memberikan vote dan komen?

Akhir kata,

Arigatchu~ :*

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top