Ch 13; End Of Me
Saya lelah bilangin buat vote dan komen tapi pada ngeyel. Nggak tahu deh. Lelah bikin ff homo...
btw, readers cowok, kalian tahu Yibo x Xiao Zhan? kok baca sih? alumni novel Love you more ya? XD Tapi gak papa, selamat datang para pembaca cowok, gua sumpahin lu jadi fanboy nya mereka!
Oke abaikan. Otak saya lagi random
.
.
Yibo menghela napas lelah saat melihat menu makan siang –atau sore? –yang kini tersaji di depan matanya. Perawat yang tadi datang, menghidangkannya tepat di depan Yibo dan diletakkan di atas sebuah meja lipat yang memang disediakan di kamar rawatnya.
Harusnya makanan ini diantar tadi siang, tapi sedari siang Yibo terus-terusan tidur, jadi kakaknya menyuruh perawat untuk mengantar makanannya setelah pemuda berhidung mancung itu bangun dari tidurnya.
"Bubur...dan sup jagung." Sudah hampir 2 hari sejak dirinya siuman, menu yang dia makan, sama dan rasanya hambar. Pemuda berumur 22 tahun itu menghela napas lelah. Lalu dengan kedua matanya yang sayu, ia memandang kakaknya, "Ge..."
"Apa?" Haikuan sebenarnya sudah lelah. Sudah 2 malam dia tidur di sofa kamar rawat adiknya. Sehingga sekarang tubuhnya agak sedikit sakit. Beruntunglah dia tidak ada jadwal mengisi acara apapun, baik on air ataupun off air.
"Bisakah kau memesankan aku makanan yang sedikit berkuah dan sejenis mie?"
Kadang Yibo kalau sudah ada dirinya, akan keluar sifat manjanya. Tapi karena adiknya ini sudah terlalu tua untuk bersikap manja, jadi Haikuan abaikan saja. "Boleh. Tapi kalau kau sakit lagi, jangan pernah hubungi aku." Pria akhir dua puluhan itu menyilangkan kedua tangannya di depan dada, "lambungmu sudah terluka akibat gaya hidupmu yang buruk selama di kota ini. Bubur dan sup itu adalah makanan terbaik untuk orang yang terkena penyakit seperti kau ini."
Yibo mendecih, ucapakan kakaknya membuat dirinya seperti orang lemah saja. Memang Yibo akui, selama jadi Mahasiswa dan hidup terpisah dengan keluarga, dia tidak mengatur pola makannya dan terlalu sering berolahraga tanpa mengatur kadar karbohidrat yang ada di dalam tubuhnya.
Salahkan orang tuanya yang tidak mau memberikan uang saku lebih –bahkan biaya kuliah dibebankan ke kakeknya yang hanya pensiunan PNS –sehingga Yibo jarang sekali makan daging. Jika ia tidak kerja sambilan, mungkin kondisinya akan lebih parah dari ini.
"Sudah. Diam dan makan saja! Jangan bersikap seperti anak kecil."
Kalau Yibo tidak selemas ini, dan tangan kirinya tidak ditusuk dengan jarum infus, mungkin sekarang dia telah melompat dari ranjang dan menendang kepala kakaknya.
Dengan enggan, Yibo mengaduk-aduk bubur tersebut dengan kesal. Kini wajahnya menggambarkan penuh rasa jijik, dia menyendok sedikit bubur tersebut untuk ia masukkan ke dalam mulutnya. Ketika lidahnya sudah merasakannya, ia ingin sekali memuntahkannya.
"Hambar..."
"Tidak enak, bukan? Makanya, jaga kesehatanmu sendiri! Masih tidak bisa menjaga tubuh sendiri, sudah sok berlagak tidak butuh keluarga! Kalau sudah sakit begini, kau pasti meminta dirawat di kamar mewah 'kan?"
Adiknya ini memang anti dengan rumah sakit, makanya jika dirawat harus di ruang VVIP agar nyaman dan betah. Dulu waktu adiknya berumur 10 tahun dan terkena penyakit demam berdarah, dia menangis histeris saat kamar rawatnya dihuni 3 orang pasien. Setelah dipindah ke kamar VVIP, barulah Yibo bisa tenang dan berhenti menangis.
Dasar anak kurang ajar! Sudah belagu, tapi ternyata masih butuh keluarga juga –Haikuan membatin dalam hatinya.
Yibo hanya memutar bola matanya dengan bosan. Dia juga tidak akan jadi pembangkang kalau keluarganya tidak terus memojokkannya seperti ini. Dia juga suka tinggal di kota kecil ini. Meski hidupnya tidak semudah saat dirinya hidup dengan keluarga di Beijing, tapi dia sungguh menikmatinya.
Terutama saat dia bertemu dengan pemuda manis yang sangat menarik perhatiannya tersebut. Siapa lagi kalau bukan Xiao Zhan.
Hm...berbicara tentang pemuda bergigi kelinci tersebut, kemana dia sekarang? Kata kakaknya, Xiao Zhan menjenguknya sewaktu dirinya masih belum siuman, tapi setelah dua hari dia sadar, pemuda itu tidak lagi menunjukkan batang hidungnya.
"Apa dia tidak tahu kalau aku begitu merindukannya?" Tanpa ia rasa, pemuda berhidung mencung itu bergumam sendiri.
"Aku mau menebus obatmu dulu. Mungkin aku baru ke sini agak larut malam. Jika butuh sesuatu, panggil saja perawat."
Terserahlah. Yibo tidak peduli. Dia malah lebih memilih sendirian di kamar dari pada dijaga oleh Haikuan yang adalah kakaknya sendiri. Dirinya bahkan tidak melihat Haikuan pergi dari kamar dan terdengar suara langkahnya telah menghilang.
"Mungkin hanya aku. Orang sakit yang malah tidak ada yang mengurus."
"Permisi..."
Suara itu –
Yibo segera menoleh ke arah pintu masuk kamar rawatnya –dan ia langsung tersenyum lebar kala melihat seseorang yang sudah sangat dinantikannya.
"Sayangku!"
Mungkin Xiao Zhan tidak dengar, ia masuk dengan menyunggingkan senyum termanisnya hingga kedua kedua matanya membentuk bulan sabit dengan sempurna. Sebelah tangannya membawa kantong plastik berwarna putih yang isinya entah apa.
"Hai, Yibo Ge..."
Yibo tidak meresponnya, hatinya masih berbunga dan tidak menyangka kalau di depannya ini sudah ada pemuda yang sangat dia sukai. "Aku sudah siuman sejak dua hari yang lalu, kenapa kau baru ke sini?" Yibo mungkin gila, entah kenapa bibirnya tidak berhenti untuk tersenyum meski saat dia berkata tadi, ada perasaan kecewa.
"Aku datang ke sini, kok."
"Masa? Kapan?"
Xiao Zhan meletakkan barang bawaannya ke meja kecil dekat ranjang milik Yibo, "waktu kau belum siuman. Kukira Gege melihatku saat bangun sejenak."
Yibo menaikkan sebelah alisnya. Xiao Zhan bilang ia bangun sejenak? Padahal Yibo baru melihat Xiao Zhan sekarang ini. Entahlah, tidak usah dipikirkan. Yang penting pemuda manis ini sudah ada di dekatnya sekarang.
"Mungkin kemarin aku belum sadar betul. Jadi sedikit lupa." Jelas Yibo, "tapi kata kakakku, kau memang menjengukku. Kukira itu bohong, ternyata benar. Terima kasih."
"Untuk?"
"Menjengukku." Yibo mengedikkan kedua bahunya."Aku kira kau masih marah denganku."
Xiao Zhan memainkan kedua tangannya dengan canggung, "Aku minta maaf ya, Ge..." Ia kini menegakkan kepalanya dan memandang ke arah Mahasiswa itu, "gara-gara aku, kau adi seperti sekarang." Bahkan wajahnya masih terlihat pucat dan tubuhnya yang kelihatan kurus, malah membuat Xiao Zhan semakin terkurung dengan rasa penyesalan.
"Sudah aku bilang, aku menolongmu karena itu sudah seharusnya.Mengenai sakitku ini, mungkin karena aku hidup kurang baik selama hampir 3 bulan ini. Jadi...yah, tahu sendiri, lah."
Xiao Zhan kembali menunduk, namun pandangannya jatuh pada mangkuk porselen yang berisi bubur yang kelihatan masih ututg.
"Yibo Ge belum makan?"
Yibo memandang bubur itu dengan tatapan tak bernapsu, "Tidak bernapsu. Mulutku terlalu pahit untuk menelan makanan ini."
"Kalau aku suapi? Apa Yibo Ge mau makan?"
Seperti nada dari surga diputar dan beralun indah, Yibo merasa kini dia mendapatkan sebuah anugerah terindah saat Xiao Zhan mengatakan itu.
"Suapi?"
Xiao Zhan mengangguk, belum juga Yibo menyetujuinya, Xiao Zhan sudah memegang mangkuk porselen itu sambil mengaduk-aduk buburnya. Tapi bibirnya melengkung sedih. Buburnya sudah dingin.Aku hangatkan dulu, ya di microwave?"
Yibo masih tetap diam. Ia masih takjub dengan perhatian Xiao Zhan padanya. Bahkan saat Xiao Zhan sedang memasukkan mangkuk ke dalam microwave, Yibo masih tetap memandanginya dengan senyum yang masih mengembang.
"Yibo Ge, sendirian saja?"
"H-huh?" Seperti tersadar akan sesuatu, Yibo mengedipkan kedua matanya dengan cepat, lalu menjawab pertanyaan Xiao Zhan, "y-ya. Tadi kakakku pergi untuk menebus obatku."
"Oh..." Xiao Zhan berjalan menuju ranjang pemuda mancung itu, lalu ia ambil nampannya. "Berarti sebentar lagi, kakakmu datang ke sini?"
"Tidak. Mungkin dia ada urusan lain. Katanya ke sini lagi nanti malam."
Bunyi alarm microwave yang berdenting membuat Xiao Zhan segera berbalik untuk mengambil mangkuk bubur yang tadi ia panaskan. Dengan penuh hati-hati, ia menaruh mangkuk bubur itu ke nampan dengan menggunakan sarung tangan yang memang disediakan di sana.
"Buburnya sudah hangat lagi. Kau mau makan 'kan?" Ucap Xiao Zhan yang kini sudah menempatkan dirinya duduk di samping ranjang pasien sembari meniup beberapa kali pada bubur yang sudah ia sendok "Aaa—"
"Aa?"
"Iya. Buka mulutmu. Apa Gege tetap tidak mau makan?"
"Anu –"
Xiao Zhan menghela napas, ia kembali menaruh sendok tersebut ke dalam mangkok dan memandang pemuda yang lebih tua darinya itu dengan gusar, "aku tahu kalau orang sakit makannya tidak enak. Tapi dengan kau makan, bisa membuatmu cepat sehat.
Yibo diam. Ia kembali takjub kalau Xiao Zhan kini bertindak layaknya orang yang lebih dewasa darinya.
"Maka dari itu –" Xiao Zhan kembali mengangsurkan sesendok bubur di depan mulut Yibo. " –aaa...!"
Mau tidak mau, Yibo akhirnya membuka mulutnya dan mau memasukkan makanan yang ia anggap menjijikkan itu ke dalam mulutnya.
Untuk pertama kali, setelah dia sadar dari pingsannya, Yibo bisa menghabiskan satu mengkok penuh bubur buatan rumah sakit, serta setengah mangkuk sup jagung yang memang sebagai pendamping bubur itu. Kini Yibo merasa kenyang dan...mual.
"Xiao Zhan."
"Hm?"Jawab Xiao Zhan sekenanya sambil menata mangkuk bekas makan Yibo dan menyingkirkan meja lipat yang ada di ranjang pasien. "Apa, Ge?" Setelah semuanya beres, Xiao Zhan menoleh ke arah Yibo.
"Kau tidak kerja?" Karena jam segini, setelah pulang sekolah, Xiao Zhan biasanya kerja.
"Aku sudah keluar." Jawabnya dengan senyum tanpa beban.
Ini informasi baru bagi Yibo. Memang, setelah aksi penyelamatannya, dirinya tidak mengetahui kabar Xiao Zhan karena dia langsung merasa sakit saat itu juga."Keluar? Kenapa?" apa karena kejadian itu?
"Aku 'kan sudah kelas 3. Ibuku melarangku untuk bekerja. Terutama Lu Jie. Sebagai gantinya, aku didaftarkan ke kelas bimbingan musim panas nanti."
Oh ternyata dugaannya salah. Mungkin Xiao Zhan tidak menceritakan kejadian itu pada keluarganya.
Yibo tersenyum, "Bagus itu. kau harus fokus belajar agar impianmu bisa terwujud. Aku dengar dari Lu Jie, kau ingin jadi jurnalis?"
Ada semburat kemerahan di pipi Xiao Zhan, pemuda manis itu menunduk lalu mengangguk pelan sebagai jawabannya.
"Pasti aku dukung." Yibo ingin membelai kepala remaja itu, tapiXiao Zhan berdiri terlalu jauh, hingga dia tidak bisa mencapainya. Lalu, tiba-tiba Yibo teringat akan sesuatu "Xiao Zhan?"
"Ya?"
"Apa kini kau mulai menyukaiku?"
"Hah?"
Dengan perlakukan Xiao Zhan yang manis seperti ini? Bukankah dia menyukai Yibo?
Bukan begitu?
****
Yibo menghela napas bosan. Wenhan hari ini sama sekali tidak datang menjenguknya karena jadwal kuliah yang padat serta menyiapkan presentasi untuk kelas besok. Xiao Zhan sudah pulang dengan keadaan terburu-buru saat setelah Yibo menanyakan sesuatu yang membuat pemuda manis itu merasa malu dan kabur. Kakaknya sama sekali belum kembali ke sini.
Yibo menoleh ke arah bungkusan plastik pemberian Xiao Zhan. Tadi, sebelum pemuda manis itu pergi, ia menjelaskan bahwa bungkusan itu berisi buah-buahan yang katanya bagus untuk orang sakit seperti Yibo ini.
Ia kembali menghela napas, jika dirinya tidak menanyakan hal aneh seperti tadi, mungkin remaja manis itu masih berada di sini dengan mengupaskan salah satu buah yang ia bawa.
Sungguh malang nasibnya. Lagi sakit, tapi malah tidak ada yang mengurusnya secara khusus. Perawat pun akan datang jika Yibo sudah memencet emergency button sebanyak 3 kali. Jika sudah seperti ini, Yibo ingin cepat-cepat menjadikan Xiao Zhan pacarnya.
Hei! Tidakkah kalian sadar, betapa Xiao Zhan begitu perhatian kepadanya tadi? Jika orang belum tahu hubungannya, pasti banyak yang mengira kalau dirinya dan Xiao Zhan adalah sepasang kekasih.
"Pasti dia sudah jatuh cinta padaku." Ucapnya dengan penuh keyakinan sambil terus tersenyum seperti orang gila.
Akan tetapi ia segera tersadar saat mendengar pintu kamarnya terbuka dan sosok kakaknya muncul setelahnya.
"Yah! Wang Haikuan kau –"
Tapi detik berikutnya, ucapan sumpah serapah yang akan ia lontarkan kepada kakakknya karena pergi terlalu lama saat dirinya sakit seperti ini, segera berhenti saat kedua mata tajamnya melihat pria paruh baya yang berjalan di belakang Haikuan.
"Itu –"
"Hei, dik! Sudah sehatan 'kan?"Haikuan tersenyum licik saat melihat adiknya terkejut seperti itu saat melihat sosok yang ia bawa sekarang.
"Kau –"
"Ya. Aku tadi pergi lama untuk menjemput ayah di stasiun. Dia ingin bertemu denganmu."
Yibo tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia tidak menduga bahwa kakaknya kini menjebaknya dengan menghadirkan orang yang sangat ia hindari untuk saat ini.
"Apa kabar, nak? Akhirnya kita bertemu juga setelah 3 bulan kau sama sekali tidak menghubungiku ataupun ibumu yang sekarang sedang sakit."
Kedua tangan Yibo meremas erat selimut rumah sakit untuk melampiaskan kekesalannya.
"Mau apa ayah ke sini?"
Pria paruh baya yang memiliki garis mata yang sama dengannya itu, tersenyum, "untuk membuatmu berhenti bermain-main."
Firasat Yibo kali ini tidak enak dengan kehadiran ayahnya ini.
Wang Haikuan, akan kubunuh kau! –Yibo merutuk di dalam hatinya. Dia tahu, kakaknya ini datang pasti dengan rencana yang matang. Dia cerdas, sekaligus licik.
Tbc
Jadi... apa maksud bapak Wang datang nemuin anak bontotnya?
Vote dan komen yang banyak ya! Biar bisa lanjut ke next nya. Minta komen lebih dari 50 bahkan 100 bisa nggak sih? Padahal yang baca banyak banget!
Pengin libur update, boleh nggak? Hehehe....
Akhir kata,
Arigacthu~ :*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top