Ch 10; Chaos

Warning! Cerita tambah ngelantur dan ngawur. Jika masih pengin baca ya silakan. Tapi jangan siders ya! Harus vote dan komen ^^

.

.

.

Xiao Zhan merasa kali ini ia benar-benar ingin masuk ke dalam sebuah gua, atau apapun yang bisa menyembunyikan dirinya dari situasi sekarang ini. Dia kali ini tidak dapat berjalan tegak dan hanya menunduk di sepanjang jalan, sementara dirinya mengikuti langkah serang pria muda yang sedari tadi menarik lengan kirinya.

"Ge..."

"Hm?"

Xiao Zhan menyejajarkan jalannya dengan pria yang sedari tadi bersamanya itu. Ia lalu mendekatkan tubuhnya dengannya dan berbisik,

"Bisakah kita keluar saja dari sini?"

Pria itu menyeringai, "Kenapa?"

Xiao Zhan memberhentikan langkahnya, membuat pria yang menariknya itu ikut berhenti, "Aku malu. Aku 'kan anak SMA, ngapain ke kampusnya Yibo Ge?"

Pria bernama Yibo itu terkekeh geli, bukannya merasa iba karena remaja itu sedari tadi cemberut, malah ia tertawa bahagia. "Ya memang ada hukumnya gitu, kalau anak SMA tidak boleh ke universitas?"

"Tapi 'kan aku dilihatin oleh banyak mahasiswa di sini. Aku mungkin tidak akan malu jika kau tadi membolehkanku pulang terlebih dahulu untuk berganti baju." Namun nyatanya, Xiao Zhan masih berpakaian seragam lengkap karena baru saja pulang sekolah.

Minggu-minggu ini memang Xiao Zhan sering diajak keluar oleh Yibo jika tidak ada jadwal kerjanya, kali inipun juga. Ketika Xiao Zhan baru keluar dari gerbang sekolahnya, ia telah melihat Yibo telah berdiri di samping motor kesayangannya. Xiao Zhan kadang heran, Yibo ini kerjaannya apa, sih?

Bukannya mahasiswa itu sibuk, kenapa dia selalu bisa menjemput dirinya? Ya, kadang juga ada hari di mana Yibo tidak menjemputnya sih, tapi itu pun Yibo bilang karena ada urusan mendadak –entah urusan mendadaknya itu apa.

"Ge, aku pulang saja ya? Aku malu."

Harusnya tadi saat masih di gerbang utama, Xiao Zhan minta turun saja agar tidak terlanjur malu seperti ini.

"Udah tidak apa-apa. Lagian juga tidak ada larangan siswa SMA yang berseragam main-main ke sini," Yibo kembali menarik tangan remaja itu, namun dia malah tetap diam, "Jangan pedulikan pandangan orang-orang di sini. Tenang saja, kan ada aku."

Xiao Zhan menegakkan kepalanya dan memandang Yibo yang tersenyum lebar dengan percaya dirinya.

"Ehm, kau mengajakku ke sini, mau ngapain, Ge?"

Kini Xiao Zhan dan Yibo sudah berjalan lagi secara beriringan, tangan Yibo kini sudah melepas genggamannya pada tangan pemuda manis itu.

"Bertemu dengan teman-temanku."

"Teman-temanmu?" Xiao Zhan menelengkan kepalanya dengan bingung, "Kenapa harus mengajakku?"

"Entar juga kau akan tahu."

Xiao Zhan mengedikkan bahunya, ia akhirnya pasrah mengikuti Yibo ke arah kolam buatan yang ada di universitas itu, di mana ada sebuah gazebo yang cukup luas dengan terdapat beberapa mahasiswa yang sedang berkumpul di sana. Mungkinkah itu teman-temannya Yibo? –Xiao Zhan kira begitu.

Memang benar, mereka semua adalah teman-teman Yibo, Xiao Zhan semakin ingin pergi saja saat mereka sudah sampai di gazebo dan beberapa temannya Yibo menyalami dan memukul Yibo dengan main-main, sementara Xiao Zhan diabaikan begitu saja.

"Si brengsek ke sini juga. Kirain mati waktu balapan kemarin."

Balapan?–Xiao Zhan tidak tahu kalau Yibo suka balapan.

"Enak saja!" Yibo segera memukul pria berambut agak panjang dengan cukup keras di bahunya, "Kalah saja aku tidak pernah. Mati? Tch! Jangan harap."

"Brengsek benar ini bocah."

Mereka lalu tertawa dengan keras. Okay, sepertinya dirinya dilupakan di sini. Sungguh, percakapan mahasiswa ini benar-benar kotor dan tidak layak diucapkan di lingkungan berpendidikan.

"Oh –hai Xiao Zhan!"

Xiao Zhan terjingkat kaget saat salah seorang di antara mereka memanggil namanya, Xiao Zhan ingat pria itu. Dia dulu yang pernah bersama Yibo saat ia mengantarkan pesanan Yibo ke kampus ini. Sekarang rambutnya tak pirang lagi, tetapi sudah hitam layaknya orang Asia pada umumnya.

"Hai..." Xiao Zhan menjawabnya lirih dan malu-malu.

"Kenapa kau bawa anak itu?" Tanyanya pada Yibo.

"Wenhan, kau lupa apa dengan pembicaraan kita waktu itu?"

"What?!"

Yibo mengangkat sebelah lengannya, lalu ia rangkulkan ke bahu kecil Xiao Zhan –yang tentunya membuat pemuda manis itu sedikit kaget.

"Aku bawa dia sesuai janjiku pada kalian."

Jantung Xiao Zhan tiba-tiba berdebar dua kali lebih cepat setelah mendengar ucapan Yibo yang masih ambigu. Pemuda manis itu hanya menoleh ke arah Yibo dengan pandangan heran, namun pria yang lebih tua beberapa tahun darinya itu malah mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum nakal.

"Nah, semuanya! Kalian bilang kalau aku tidak punya pacar dan tidak laku 'kan?" Yibo lebih mempererat rangkulannya pada Xiao Zhan, "Perkenalkan, ini pacarku. Namanya Xiao Zhan."

"Pacar?" Xiao Zhan bertanya lirih pada Yibo. Namun pria itu tidak menanggapinya.

"Beneran dia pacarmu? Kok dia kelihatan bingung. Iya sih, dia imut dan manis. Jadiin pacar, lumayan lah."

Salah satu dari mereka yang Xiao Zhan tidak kenal sama sekali, berkomentar dan memandanginya dengan begitu serius, membuat dirinya risih.

"Aku bukan –"

"Tentu saja dia pacarku. Mau bukti?"

"Cium dia di depan kita. Maka kami percaya kalau bocah SMA itu adalah pacarmu." Salah satu dari mereka mengusulkan.

"Iya cium dia. Tunjukkan kalau dia benar pacarmu." Satu mulai, yang lain langsung ikut-ikutan, hingga Yibo merasa bingung dan tidak tahu harus melakukan apa.

"Cium?" Yibo melirik Xiao Zhan yang memandangnya sama bingungnya, "Baiklah."

Xiao Zhan ingin segera melepaskan rangkulan Yibo padanya, namun pemuda itu begitu kuat mencengkeram bahunya hingga ia merasa sakit. Remaja manis merasa takut saat Yibo kini memegang dagunya dan mendekatkan wajahnya ke wajah pria itu.

Xiao Zhan semakin terlihat ketakutan saat Yibo seperti memaksanya untuk lebih dekat dengannya. Bahkan kini dirinya merasa terkurung dan terkunci oleh Yibo yang begitu erat memeluknya. Sampai akhirnya Xiao Zhan merasakan bibirnya menempel pada bibir Yibo. Sorak sorai dari teman-teman Yibo tiba-tiba tak Xiao Zhan dengar saat Yibo mulai memaksanya untuk membuka mulutnya agar ciuman ini bisa diperdalam.

Xiao Zhan tidak mau ini. Kenapa Yibo bisa melakukan hal seperti ini terhadapnya dan di depan banyak orang lain pula! Ini seperti pelecehan! Xiao Zhan tidak menyangka jika ajakan pria itu berbuah seperti ini.

Pemuda manis itu ingin menghentikan ini semua, namun ia seperti kehilangan tenaganya. Hanya mulutnya saja yang dia bisa tahan untuk tetap terkunci agar Yibo tidak menerobosnya. Sampai akhirnya Xiao Zhan menggeram dan menitikkan air matanya.

Yibo merasakan ada setetes air yang menyentuh pipinya. Saat ia membuka matanya, Xiao Zhan dalam keadaan takut dan wajah yang memerah dengan cucuran air mata. Seketika itu pula Yibo tersadar dan menghentikan aksinya. Ia mengendurkan pelukannya pada Xiao Zhan dan menurunkan lengannya yang satunya di dagu ramaja itu.

Xiao Zhan menangis, dan gemetar ketakutan.

"Zhan?"

Pemuda itu hanya menunduk dengan menangis tanpa suara yang membuat Yibo semakin merasa berdosa.

"Payah! Ternyata bocah SMA itu bukan pacarnya Yibo."  Yibo mendengar salah satu temannya berkomentar.

"Kau berhutang 20 Yuan pada kami karena kau kali ini kalah dalam taruhan." Pria dengan bentuk wajah yang tegas itu menunjuk-nunjuk Yibo sembari tertawa dengan penuh kemenangan

Xiao Zhan menangkap komentar tadi. Taruhan?

Ia lalu menatap Yibo tak percaya, sementara Yibo menggeleng, "Ge... kau –"

"Xiao Zhan itu bukan –"

Tanpa pikir panjang, Xiao Zhan berlari dari area itu, membuat Yibo terkejut dan refleks mau mengejarnya. Namun salah satu temannya menahan hal tersebut dengan memegang lengannya.

"Yah! Mau kemana? Kau kalah dalam taruhan, brengsek!"

Yibo menoleh ke belakang. Lalu ia menggeram jengkel, "Bajingan! Siapa yang bilang ini taruhan, hah?! Aku tidak bilang ini taruhan, He Peng!"

"Jili yang bilang, makanya kita di sini untuk membuktikan omongan besarmu itu kalau kau telah berhasil menaklukan bocah SMA yang kau puja-puja itu."

Emosi dengan ucapan temannya itu, Yibo dengan kuat memukul wajahnya hingga pria itu terjatuh terjerembab ke belakang.

"Brengsek kalian semua! Tahu seperti ini, aku tak akan menuruti ucapan kalian kemarin!"

Setelah meludah di depan teman-temannya, Yibo pergi dari sana dengan berlari. Ia ingin menjelaskan semua pada Xiao Zhan. Dia kini telah dekat dengannya, dan dalam hitungan menit, kepercayaan pemuda manis itu terhadapnya kembali musnah.

*****

"Xiao Zhan, nak, ada Yibo di luar. Kau tidak ingin menemuinya?"

Suara ibunya yang terdengar dari luar kamarnya membuat Xiao Zhan mendecih kesal, apalagi ibunya menyebut nama rang yang sudah beberapa hari ini dia hindari.

"Xiao Zhan –"

"Aku sibuk. Suruh saja pria itu pergi!"

Karena Xiao Zhan tidak tahan lagi dengan suruhan sang ibu, ia akhirnya menjawab dengan berteriak kesal.

"Tapi kasihan, loh dia. Yibo menunggumu sejak kau pulang sekolah."

Sejak kejadian itu, Xiao Zhan sama sekali tak menghubungi dan bertemu dengan Yibo. Dia sudah marah besar padanya. Dalam hidupnya, baru kali ini dia merasa sangat dilecehkan dan menjadi objek taruhan. Mana hanya 20 Yuan lagi. Memang Xiao Zhan apa dihargai dengan semurah itu?

"Dasar berengsek!"

Ibunya terus mengetuk pintu kamarnya, tapi Xiao Zhan tetap diam tak membuka pintu kamarnya sampai sang ibu menyerah dan pergi.

Menghindari Yibo ternyata capek juga. Pria itu selalu menungguinya di depan sekolah dan di depan rumahnya. Xiao Zhan sampai mencari jalan lain untuk berangkat dan pergi sekolah. Bahkan untuk masuk ke rumahnya, dia harus lewat rumah Zu Er terlebih dahulu. Untung saja rumah bibinya itu ada pintu belakang yang menghubungkan belakang pintu rumahnya.

"Bahkan aku harus membohongi bosku agar dibolehkan libur bekerja."

Sudah puluhan pesan permintaan maaf telah Yibo kirimkan padanya.Tapi tidak ada satupun yang ia balas. Baginya, semua pesan dari Yibo tak penting sama sekali. Meski dia sudah menjelaskan lewat voice note yang dikirimnya perihal masalah taruhan itu. Yibo sebenarnya mengajak Xiao Zhan waktu itu hanya ingin memperkenalkan pemuda itu pada teman-teman di kampusnya. Untuk masalah ciuman, Yibo berkata kalau dia waktu itu tidak menduga dan dirinya terprovokasi hingga dengan emosi dia mencium Xiao Zhan.

Bullshit!

Waktu awal bertemu juga Yibo telah mencuri ciumannya –meski hanya di pipi. Tapi tempo kemarin...

Xiao Zhan menyentuh bibirnya dengan salah satu tangannya. Kali ini bukanlah di pipi, melainkan bibirnya. Xiao Zhan menghela napas, bahkan ia masih merasakan ciuman itu. Andai Yibo melakukannya dengan lembut dan tidak di depan orang banyak –tunggu!

Xiao Zhan segera menggeleng keras, pemuda manis itu memukul kepalanya sendiri seperti orang bodoh.

"Apa tadi aku sedang mengharapkan sebuah ciuman yang romantis?" Xiao Zhan bergidik ngeri, "Menjijikan!"

Ding!

Sebuah suara pertanda pesan masuk tertera di layar ponselnya. Tanpa Xiao Zhan baca nama pengirimnya, Xiao Zhan sudah tahu kalau itu berasal dari Yibo.

Xiao Zhan, maafkan aku. Ijinkan aku menjelaskannya secara langsung padamu. Please, keluarlah. Aku sedang menunggu di luar rumahmu.

Sebenarnya Xiao Zhan tidak tega setiap membaca pesan dari Yibo yang terus memohon maaf padanya. Pemuda manis itu memang marah karena perlakuan Yibo padanya, tapi selama hampir seminggu ini Yibo terus saja berusaha untuk bertemu langsung dengannya.

Dipikir-pikir, Yibo kasihan juga karena seringnya menunggu Xiao Zhan dalam waktu yang lama seharian.

Tapi...

Bukankah itu ganjaran yang bagus untuk Yibo agar dia tidak seenaknya lagi dengannya. Dirinya bukanlah boneka, kenapa pria itu selalu membuat dirinya sakit hati dan itu tidak hanya satu, dua kali.

Xiao Zhan beranjak dari tidurnya.Ia berjalan keluar kamar, dan tak menemukan ibunya di sana. Mungkin ibunya sedang ada di rumah Zu Er. Pemuda manis itu berjalan lagi menuju jendela yang dekat dengan pintu keluar, di mana dari balik jendela dia sekarang melihat Yibo yang berdiri di dekat motornya dengan memasang wajah bosan dan jenuh.

Sejenak Xiao Zhan ragu dan menggigit bibirnya dengan perasaan yang tak tentu.

"Apa aku samperin aja?" Ia mulai berjalan mondar-mandir di ruang tengah, "Biar dia pulang, lebih baik aku samperin aja, ya?"

Untuk meyakinkan dirinya, Xiao Zhan berbicara pada dirinya sendiri. Sampai akhirnya, Xiao Zhan melangkahkan ke pintu keluar dan berjalan meninggalkan rumahnya dengan perasaan yakin.

"Xiao Zhan!"

Dapat Xiao Zhan duga, Yibo langsung memasang wajah sumringah ketika melihatnya datang menghampirinya.

Berbanding terbalik dengan Yibo yang tersenyum senang, Xiao Zhan justru menekuk wajahnya dengan sebal.

"Xiao Zhan, akhirnya kau keluar menemuiku." Kata Yibo senang, ketika pemuda manis itu sudah ada di depannya.

"Jangan terlalu percaya diri," Xiao Zhan yang biasanya ekspresif di depan Yibo, kini malah memasang wajah dingin tanpa ekspresi, "Aku menemuimu agar kau cepat-cepat pergi dari sini."

Senyum di wajah Yibo seketika hilang, kini ia menunduk penuh rasa bersalah, "Aku tahu. Kau kini sangat membenciku. Tapi sungguh, aku tidak menjadikanmu bahan taruhan."

Xiao Zhan diam berdiri di depan Yibo dengan masih memasang wajah dingin tanpa memandangnya.

"Aku selalu bercerita tentangmu kepada mereka. Bahwa kau nantinya akan menjadi kekasihku." Yibo tersenyum miris, "Tapi kau memang beda. Kau sulit untuk aku taklukkan .Maka dari itu, aku jatuh ke pesonamu."

Xiao Zhan masih diam bergeming.

"Teman-temanku selalu meledekku kalau aku ini payah dan tidak berani membawamu ke depan mereka sebagai kekasihku. Aku tahu, aku salah telah membawamu ke sana tanpa ijin darimu terlebih dahulu. Tapi..." Yibo menunduk dalam, sedikit Xiao Zhan meliriknya, ada ekspresi penyesalan di wajah pria itu.

"...maka dari itu, maafkan aku. Aku rela melakukan apapun agar kau mau memaafkanku."

"Soal ciuman," Xiao Zhan berkata sejak beberapa menit yang lalu terdiam, "...ciuman itu kau 'kan yang memiliki idenya?!"

"Kalau itu," Yibo mengusap tengkuknya dengan kaku, "Aku akui, itu aku lakukan atas kesadaranku. Tapi aku sungguh awalnya tidak merencanakan itu. Aku hanya merasa terprovokasi oleh mereka."

Yibo memandang pemuda manis itu, namun Xiao Zhan masih terdiam.

"Xiao Zhan..." Yibo hendak menyentuh ujung jari Xiao Zhan, tapi seakan-akan tahu, Xiao Zhan segera menyembunyikan tangannya ke belakang tubuhnya.

Melihat itu Yibo terdiam, "Apa kau begitu membenciku kali ini?"

"Ya." Jawaban yang singkat dan tepat sasaran hingga Yibo merasakan sakit di ulu hatinya.

"Maukah kau memaafkanku?"

Bahkan sedari tadi Xiao Zhan tidak mau melihatnya, Yibo sadar kalau pemuda itu benar-benar marah padanya.

Sebenarnya Xiao Zhan tadi pada saat di dalam rumah emosinya tidak sebesar ini, tapi kenapa saat sudah berhadapan dengan Yibo, ia malah merasa sangat marah.

"Bisakah kau pergi dan tidak usah mengangguku lagi?"

"Apa?"

Kini Xiao Zhan menatapnya, bukan tatapan yang biasa Xiao Zhan tunjukkan padanya, tapi kali ini tatapan penuh kebencian.

"Pergi, dan jangan mengusik hidupku lagi."

"Hei, aku –"

"Sejak mengenalmu, hidupku sudah kacau seperti ini. Awal bertemu kau menciumku di pipi, kemarin di bibir. Mungkin nanti beberapa bulan lagi kau sudah meniduriku!"

"Astaga!" Yibo tidak menduga Xiao Zhan punya pemikiran seburuk itu terhadapnya. "Xiao Zhan, kemarin hanya kekhilafanku saja. Aku berjanji, tak akan mengulanginya."

Meski Yibo berkata dengan halus, namun Xiao Zhan tidak sedikitpun luluh dan menarik kata-katanya tadi.

"Jangan temui aku lagi. Pergi yang jauh. Anggap kita tidak pernah mengenal satu sama lain."

Dan kata-kata itu yang Yibo takutkan belakangan ini, kini keluar dengan mulus dari Xiao Zhan.

"Xiao Zhan, pikirkan lagi. Aku –"

"Meskipun pun kau pindah dari sini, lulus dan apapun yang kau lakukan nanti, aku tidak peduli!"

Bahkan Yibo sekarang sangat sulit untuk menenggak ludahnya sendiri.

"Meskipun...aku mati?" Yibo menghirup napas sejenak untuk ia hembuskan lagi, "Meski aku mati, kau masih tetap tidak peduli?"

Xiao Zhan melirik sebentar pada Yibo, dan satu kata yang keluar dari bibir merah mudanya, membuat seakan-akan tubuh Yibo hancur berantakan.

"Ya."

Untuk pertama kali dalam hidupnya, Yibo sangat menyesali atas tindakannya tersebut.

Tbc

A/N : iya tahu ini lebay ceritanya. Menye-menye pula. Tapi kalian tetap menunggu kan? Oke sekarang, setelah baca, beri vote dan komen ya...

Akhir kata,

Arigatchu~ :*

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top