PROLOGUE - BAHASA VERSION
"Tan! Ken berangkat dulu!" Teriak seorang cowok berkemeja flanel biru seraya menuruni setiap anak tangga. Dengan menyandang tas punggung.
Setelahnya seorang wanita cantik keluar dari sebuah kamar dengan handuk membungkus rambutnya.
"Hati-hati Ken! Jangan ngebut," tuturnya. Cowok itu mengangguk seraya mengancungkan jempolnya.
Cowok itu berjalan keluar rumah. Sesampainya di halaman depan, seorang pria paruh baya menghampirinya.
"Motornya udah bersih, Tuan." Pria itu berucap dengan penuh tunduk.
Kenneth, cowok itu menyahuti dengan deheman dan setelahnya motor sport merah itu keluar dari area rumah. Motor itu melaju menuju sebuah tempat. Tepatnya di mana mahasiswa sepertinya datang untuk menimba ilmu.
Sebuah perguruan tinggi yang amat terkenal dan elit menyambutnya. Cowok itu berjalan menuju sebuah tempat setelah memarkirkan kuda besinya.
"Hai Ken!"
"Ken!"
"Kenneeeeth!"
"Eh, itu Kak Kenneth, bukan?"
"Iya. Anjir! Ganteng banget. Seger banget deh pagi-pagi lihatnya."
Dari berbagai sapaan hingga bisikan beberapa cewek di sepanjang jalan, tak satupun yang ditanggapinya. Hanya sekadar mengangkat ujung bibir. Itu saja cukup.
Tiba di kantin, Kenneth langsung mengambil duduk di antara beberapa mahasiswa di sana.
"Hei Bro!"
"Hm."
"Kok tumben muka lo kusam?" Tanya salah seorang teman.
"Tau ah gue bosen," ucapnya malas seraya melepas lalu menaruh tas punggungnya di atas meja.
Salah seorang teman menepuk punggung Kenneth. "Lo udah makan belum?"
"Pasti belum makan," tebak teman yang satunya lagi. Kenneth hanya mengendikkan bahunya.
"Makan yuk!" Ajaknya kemudian.
"Nah!" Seru dua temannya dengan menepukkan telapak sekali dan mengacungkan telunjuk serta jempol seperti menembak. Pertanda sepemikiran.
"Halah... bilang aja lo mau Kenneth yang traktir lo!" Sahut teman satunya. Ia menoyor kepala cowok yang baru saja berucap tadi.
Kenneth hanya menyunggingkan senyum melihat kekonyolan keempat temannya tersebut.
"Udah pesen sana. Hari ini gue yang traktir," kata Kenneth kemudian.
"Seriusan?!" Keempatnya langsung sumringah.
"Mau apa nggak?" tanya Kenneth.
"Mau mau mau!" Mereka mengangguk dengan semangat bagaikan anak anjing yang menuruti majikannya.
Setelahnya Kenneth mengeluarkan dompet dan mengambil beberapa lembar uang seratus ribuan.
"Nih!"
"Lo mau apa?" Tanya cowok ber-hoodie navy itu.
"Gue kayak biasa. Bilangin yang lengkap," ujar Kenneth.
"Siap Ken!" Mereka berempat berlalu meninggalkan Kenneth sendiri.
Berselang setelah keempat temannya masing-masing menuju stan di kantin tersebut, seorang cewek cantik berjalan menuju arahnya.
"Ken!" Sapanya. Ia langsung duduk di sebelah cowok bermata hijau tersebut.
"Hm," dehemnya singkat.
Cewek itu langsung merangkul lengan Kenneth.
"Why do you look so pale?" Tanyanya.
"No. I am good." Lagi-lagi Kenneth menjawab dengan malas.
"Are you sure?"
"Yeah."
Cewek itu menatap Kenneth. "Hari ini ada kelas jam berapa?"
"Cuma dua jam. Ekonomi mungkin, lupa." Kenneth mengendikkan bahunya. Terdengar cewek berambut sepunggung itu menghela napas merasakan sikap dingin Kenneth.
"Beneran?"
"Emang kenapa?" Kenneth bertanya. Pandangannya mengarah pada cewek itu.
"Jalan, yuk?"
"Ke mana?"
"Ke mal." Cewek itu berucap dengan senang.
"Ya, ya? Mau ya?" Bujuknya manja.
"Oke. Let see then," jawab Kenneth akhirnya.
"Thanks Ken," ucapnya. Terlihat jika cewek itu begitu senang.
Cup
"Aww!" Kenneth mengusap pipi kanannya yang menjadi korban bibir nakal itu.
Cewek itu tersenyum melihat wajah Kenneth yang tiba-tiba terlihat jengkel karena ulahnya.
"You're so cute," tangan kanannya memainkan pipi Kenneth.
"Aw! Itu sakit Stel," keluhnya. Cewek itu malah terkikik gemas.
"I'm sorry hehe." Kembali cewek bernama Stela itu menyandarkan kepala di bahu Kenneth.
Kenneth hanya memberi sunggingan. Jujur, ia sendiri tidak merasa risih jika ada cewek yang mendekatinya. Walaupun kadang ada saja cewek yang bertingkah berlebihan padanya.
Bahkan Kenneth bisa saja betah jika berdekatan dengan cewek yang notabenya bukan siapa-siapnya seharian.
"Kelas kamu jam berapa, Ken?" Tanyanya.
Kenneth menengok jam di tangan kirinya. "Sejam lagi."
"Ouh...." Stela manggut-manggut.
Stela mengangkat kepala dari bahu Kenneth. "Kamu sakit?" Ia menempelkan punggung tangannya ke kening Kenneth.
"Kenapa sih Ken? Bad mood banget hari ini."
Kenneth mengendikkan bahu. "Nggak tahu. Mungkin karena belum makan kali," jawabnya seadanya.
"Aku pesenin ya?" Tawarnya.
"Nggak perlu, udah dipesenin tuh sama mereka." Kenneth menunjuk keempat temannya tadi dengan dagunya sekilas.
Keduanya menoleh pada keempat teman Kenneth yang sudah membawa banyak makanan di nampan serta minuman.
"Wih! Ada Stela! Udah lama?" ucap cowok ber-hoodie navy itu.
"Yah... lumayan lah."
Cowok itu manggut-manggut seraya meletakkan makanan yang dibawanya ke atas meja. Begitupun dengan yang lain. Mereka mengambil tempat di depan dan samping mereka berdua.
"Nih, Ken!" Cowok berkemeja hitam itu menyodorkan makanan Kenneth.
"Bilang apa dulu?" Ucap Stela tiba-tiba.
"Maksudnya?" Sahut salah satu di antara mereka. Mereka tampak kebingungan.
"Halah... gue udah tahu pasti ini yang traktir Kenneth kan?" Katanya sambil tertawa kecil.
Sedangkan keempatnya malah nyengir tanpa dosa.
Setelahnya mereka berlima menyantap makanan masing-masing dengan ditemani cewek itu yang tak lelah menunggui Kenneth.
***
"Ken, lihat deh, lucu kan?" Tanya Stela menunjukkan sebuah dress merah muda yang terkesan seksi.
"Hm," sahut Kenneth dengan deheman. Ia sendiri tengah melihat-lihat celana jeans di toko yang mereka datangi itu.
Sesuai dengan permintaan Stela tadi akhirnya Kenneth mau tidak mau menemaninya keluar setelah jam kuliah Kenneth selesai.
"Kalo ini?" Stela kembali menunjukkan pilihannya.
"Bagus juga." Kenneth manggut-manggut.
"Bener?"
"Hm."
Tidak lama setelahnya, Stela kembali menunjukkan dua baju pilihannya tadi. "Kamu suka aku pakai yang ini atau yang ini?"
"Aku suka yang tertutup," tukas Kenneth.
"What?" Stela tampak terkejut.
"Tapi kan itu kelihatan nggak fashionable banget, Ken," ujarnya.
"Ya, tapi aku lebih suka lihatnya. Dari pada yang terlalu seksi," ungkapnya. Kenneth membalas dengan mengendikkan bahu dan kembali melihat-lihat pakaian.
"Ih... ngeselin deh kamu!" Kesalnya.
"Yaudah terserah," jawab Kenneth apa adanya.
Stela tampak khawatir dengan sikap Kenneth yang mulai jengah. "Yah, yah, jangan gitu dong Ken!" Bujuknya manja.
Beberapa pelayan di toko itu memandangi mereka. Namun Stela sendiri tidak menghiraukan. Ia tahu jika sedari tadi pelayan perempuan di sana diam-diam menatap Kenneth.
"Hah! Kamu beli aja, aku mau ke toilet bentar," ucap Kenneth kemudian.
"Bener?" Stela terdengar tak percaya.
"Iya, Stela..."
"Yaudah." Stela kembali melanjutkan aktivitas memilih pakaiannya.
Kenneth menyugar helaian rambut dengan jemari. Jujur saja ini adalah hal paling menjengkelkan dalam hidupnya. Menemani perempuan belanja. Bukan masalah waktu atau bagaimana. Tapi setiap kali ia yang dimintai pendapat untuk memilihkan pakaian wanita. Sama halnya ketia ia dengan tantenya.
Benar benar menjengkelkan.
Cowok itu berjalan menuju toilet yang dimaksud. Kondisi toilet sepi. Dengan santai Kenneth membuka resleting jeans dan menuntaskan yang sedari tadi mengganjal.
Di tengah keheningan toilet, sesaat kemudian terdengar suara pintu terbuka. Tak sedikitpun Kenneth menghiraukan. Toh, yang masuk sama sama sejenis.
Kenneth menyalakan kran di wadah tempatnya buang air kecil. Namun tiba-tiba --
"AAAAAAA!!!!"
"FUCK!"
Sontak Kenneth terkejut mendengar jeritan tersebut dan kontan saja ia membalikkan badan dan segera mengancingkan resletingnya.
Dilihatnya di hadapannya saat ini. Seorang cewek tengah berdiri dengan wajah ditutupi kedua tangannya. Ia gemetar.
"Ma-maaf.. aku nggak sengaja masuk," cicitnya.
Kenneth sendiri menjadi gugup, ia menggaruk tengkuknya. Antara kesal dan bingung harus berucap apa. Untungnya toilet dalam keadaan sepi.
"Maaf...." ulangnya lagi.
Cewek berambut sebahu itu menunduk karena takut.
Kenneth menghela napas ringan sebelum berucap, "Eh lo! Lain kali kalo masuk toilet baca tulisan dong! Udah jelas toilet pria," Kenneth berucap dengan kesal.
"I-iya." Cewek itu menjawab dengan gemetar.
"Maaf." Lagi-lagi ia meminta maaf. Cewek itu menunduk seraya berjalan keluar.
Kenneth menghela napas panjang.
Setelahnya cewek itu keluar dari toilet, Kenneth pun keluar.
"Gila tuh cewek. Untung dia nggak lihat dan nggak ada siapa-siapa. Eh, tadi dia sempat lihat junior gue apa nggak ya? Ah, sial!" Gerutunya. Ia menggeleng geli.
"Ken!"
Kenneth lagi-lagi menghela napas pasrah. Suara Stela terdengar memanggilnya dari arah kanan.
"Iya bentar," sahut Kenneth menuju cewek itu.
"Udah selesai?"
"Hm." Kenneth mengangguk.
"Kita cari makan yuk!" Ajak Stela. Cewek itu membawa dua buah tas belanjaannya.
"Boleh,"
Stela tersenyum senang. Segera ia merangkul lengan cowok itu.
***
Di sela-sela mereka makan, Stela terlihat kesal dan jengkel.
"Ken, kamu pindah sebelah sini aja!" Pintanya.
Kenneth mengangkat wajahnya ke depan dan menjeda aktivitas makannya. "Emang kenapa?"
"Tuh lihat! Kamu dilihatin. Aku nggak suka." Stela menunjuk beberapa cewek yang duduk di belakang sampingnya dengan dagu sekilas.
"Yaudah biarin aja," jawab Kenneth santai.
"Tapi aku nggak suka, Ken!" Stela tetap keukeuh dengan keinginannya.
Kenneth menghela napas pasrah. Ia pun menuruti keinginan cewek itu. Mereka bertukar posisi sehingga Kenneth membelakangi cewek-cewek tadi.
Kenneth melankutkan menikmati steak yang dipesannya. Sedangkan Stela tal sedikitpun bosan menatap wajah Kenneth. Sesekali fewek itu tersenyum setelah melihat Kenneth menikmati pesanannya.
"Ken! Minggu ini kamu ada acara nggak?"
"Hm? Ada," jawab Kenneth santai setelah menyesap minuman di hadapannya.
"Kemana?"
"Biasa," jawab Kenneth santai.
"Touring?"
Kenneth mengangguk. "Hm."
Stela menunjukkan wajah tidak sukanya. "Ken, kamu hati-hati ya kalau walk climbing. Aku ngeri banget lihatnya."
"Hm. Tenang aja."
"Beneran ya?" Stela memastikan.
"Dari tadi 'hm' mulu. Nggak nyaman?"
"Nggak apa." Kenneth berucap setelah menyesap kembali minumannya.
"Yaudah." Stela setelahnya diam. Mereka berdua melanjutkan aktivitas makannya.
***
"Ada yang kelupaan, nggak?" Tanya Kenneth ketika mereka baru saja keluar dari mall.
"Nggak ada. Udah. Ayo!" Kenneth mengangguki. Stela menggandeng lengan Kenneth. Cewek itu mengikuti Kenneth sampai ke basement.
"Makasih, Ken udah mau ngaterin aku," ucap Stela. Kenneth mengangguki. Cewek itu kemudian menaiki kuda besi Kenneth dan langsung memeluk pinggang Kenneth dari belakang. Setelahnya motor itu keluar dari area basement.
"Ken, makasih kamu udah mau nemenin aku," ucapnya dari samping dengan sedikit berteriak agar suaranya tidak terbawa angin jalan.
"Iya. Santai aja," jawab Kenneth sama dengan berteriak.
"Makasih Ken. Aku sayang kamu." Stela makin mengeratkan pelukannya dan menyandarkan kepala di punggung Kenneth.
Keadaan hening seketika, hanya suara motor cowok itu yang terdengar dan jalanan agak sepi. Namun tiba-tiba --
BRUAAKK!!!
Motor Kenneth oleng dan hampir membuatnya kehilangan keseimbangan. Stela yang merasakan itu begitu terkejut.
"FUCK OFF!!!" Tidak menunggu lama, Kenneth langsung menyusul motor sport hitam yang baru saja menabraknya. Ia yakin itu dilakukan dengan sengaja.
"Ken! Jangan ngebut! Hati-hati!" Peringat Stela. Kenneth tak mengindahkan dan terus memacu kuda besinya mengejar motor tersebut dan menguncinya hingga terhenti.
Tanpa babibu Kenneth langsung mencengkeram kerah baju cowok di balik helm merah itu saat baru saja ingin turun.
"BANGSAT LO!!!"
Emosi Kenneth sudah tak terbendung lagi.
BUGG
BRAKK
Kenneth mendorong tubuh cowok itu hingga terhuyung ke belakang. Sedangkan Stela sendiri tampak begitu khawatir. Rasa takut menjadi satu.
"Ken!" Teriaknya. Kenneth tidak sedikit pun menghiraukan teriakan Stela. Kedua cowok itu saling beradu jotos. Dengan Kenneth yang lebih dominan.
BUGG
"Maju lo, pengecut!" Bentak cowok itu setelah berhasil melayangkan bogeman pada perut Kenneth. Sontak cowok itu mengeluh kesakitan.
Tak tinggal diam. Kenneth kembali memukul membabi buta.
"ARRRGGGH!!!"
BUGG
"Ken! udah tenang!" Stela kembali berteriak saking takutnya.
Lagi-lagi ucapannya tidak dihiraukan. Hingga akhirnya cowok di balik helm merah itu tersungkur dengan tubuh lemahnya.
Kenneth mengusap kasar darah yang merembes keluar di ujung bibir.
"PENGECUT LO!!!" Bentak Kenneth dengan wajah merendahkan.
"ARRRGGGHH!!!" Cowok itu membanting helmnya ke aspal.
"Maju lo!" Ucapnya makin menantang Kenneth.
Sedangkan Stela terus mencoba melerai namun ia sendiri takut terkena hantaman keduanya. Beberapa orang yang melihat itu juga tidak berani melerai. Mereka terkesan acuh dan masa bodo.
Dengan penuh amarah Kenneth maju tanpa gentar dan menjatuhkan pukulan bertubi-tubi lagi.
BUGG
"BERENGSEK!!!" umpat cowok itu setelah Kenneth mendorongnya hingga tersungkur seraya memgusap darah segar yang mengalir di ujung bibir serta pelipisnya.
"Lo ada masalah apa sama gue hah?! Berengsek!" Kenneth bertanya dengan umpatan. Ia benar-benar emosi saat ini.
Cowoj itu mencoba bangkit. "Lo! Lo yang kenapa?! Lo kemarin nantangin temen gue dan ngata-ngatain dia. Selain itu lo bikin dia babak belur!" Bentaknya seraya menudingkan telunjuk ke wajah Kenneth.
"Ken..." Stela mencoba menenangkan Kenneth dengan menarik pelan lengan cowok itu.
"Jaga tuh mulut busuk lo!" Jawab Kenneth penub amarah.
"Lo nggak tahu alasannya. Jadi lebih baik lo diem. Bukan kayak gini. Pengecut!!!" Lanjutnya.
"Lo bilang gue pengecut?! Lo yang pengecut BERENGSEK!!!" Cowok itu memcengkeram kerah kemeja Kenneth. Membut Kenneth kontan sedikit mendongak. Namun ia melakukan perlawanan.
BUGG
Cowok itu menghempaskan Kenneth hingga terhujung dan jatuh.
"ARRRGGGH!!!" Kenneth mengerang emosi.
"KENNETH BERHENTI!" Teriak Stela. Cewek itu langsung menolong Kenneth.
"Ken, kamu nggak apa?"
Stela menatap cowok di hadapannya yang tersungging dengan licik.
"Sel! Lebih baik lo pergi sekarang. Lo nggak malu, hah, ngelawan junior?" Bentak Stela.
Cowok itu mengepalkan tangannya.
"Lihat aja lo Ken!"
Setelahnya ia berlalu dengan motor sportnya. Seakan merasa puas sudah berhasil mengalahkan Kenneth.
"Ken, Ken...." Stela mendekati Kenneth yang berada di bawah.
"Berengsek Ansel!" geram Kenneth seraya mengusap kasar wajahnya.
"Udah Ken, dia udah pergi." Stela mencoba menenangkan.
"Sini, sini." Stela membantu Kenneth bangkit.
"Gue nggak terima," ucap Kenneth lagi.
"Iya, Ken. Sabar. Aku juga nggak suka sama golongan Ansel itu."
"Lihat aja lo. Gue habisin besok." Amarah Kenneth masih belum reda. Stela mengambil tisu di saku celananya.
"Aw!" Keluhnya.
"Sakit?" tanya Stela. Ia mencoba berhati-hati mengusap darah di ujung bibir Kenneth.
"Tuh kan, pipi kamu jadi lebam." Stela menatap sedih Kenneth di depannya.
"Awshh! Udah Stel, nggak apa. Nanti juga sembuh."
"Kalo nggak diobatin takutnya nanti infeksi, Ken! Kita ke dokter ya?" ajaknya.
"Nggak, nggak perlu," tolaknya.
Stela mengapit lengan Kenneth. Mereka menjadi sorotan beberapa orang yang melintas. "Ken jangan gampang kebakar emosi."
"Gimana nggak kebakar? Dia yang mulai duluan!" pangkas Kenneth.
"Iya, aku tahu. Tapi nggak harus dengan kekerasan kan?"
"Ada alasan tertentu yang membuat seseorang melakukan tindakan seanarkis itu," jelas Kenneth. Ua berjalan menuju motornya. Sesekali ia mengusap celana bagian lutut yang sedikit sobek akibat dorongan cowok tadi.
"Udah mendingan belum?"
"Hm."
"Aku yang bawa motor ya?" tawar Stela. Ia menatap Kenneth.
Kenneth menyunggingkan senyum sekilas. "Ya kali, cowok diboncengin cewek. Nggak apa kok."
"Yaudah ayo. Hati-hati. Jangan ngebut," ucap Stela. Kenneth mengangguki.
Setelahnya mereka berdua melenggang pergi dengan motor sport Kenneth.
***
Hope you like this story guys😁
Give vote and comments😀
Thanks😉
FYI: Casting Kenneth sudah mendapat izin. Jadi nggak akan ada yang protes aku cantumin beberapa foto di dalam cerita ini hehe
See you next chapter😉
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top