Prolog

Ingin mati saja.

Hal itu tebersit dalam benak Annetta Shelladhika Putri saat melihat hasil tes kesehatan yang diberikan seorang dokter spesialis sekaligus omnya sendiri itu. Bulir keringat menetes di pelipis, meski ruang pemeriksaan tempatnya duduk bersuhu cukup dingin.

Jemarinya yang menggenggam selembar kertas putih bergetar. Mulut Netta terkunci rapat meski otak cewek itu ingin sekali meneriakkan berjuta protes kepada pria paruh baya di hadapannya.

Ya Tuhan. Kenapa harus sekarang? batin Netta berontak. Mengapa dia harus mengetahui fakta ini pada saat-saat genting dalam hidupnya? Mengapa dia tidak menyadari sejak awal, sebelum semua asa tumbuh mekar dengan sempurna?

Ketika satu tetes air mata akhirnya jatuh menyusuri pipi, lirih cewek itu berujar, "Apa enggak bisa berubah, Om?"

Sang dokter menggeleng sembari meminta maaf. "Ini kelainan genetik."

Netta menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Sejak dia bisa mengingat, hanya satu yang menjadi impian terbesarnya, masa depannya, dan tujuan hidupnya.

"Apa papamu—"

"Jangan kasih tahu Papa!" potong Netta cepat. "Netta mohon, Om. Jangan kasih tahu Papa." Suara cewek itu bergetar. Dia tidak ingin kakak dari almarhum mamanya itu membocorkan berita buruk ini kepada ayahnya.

Omnya hanya bisa mengangguk pasrah.

Tanpa sadar, jemari lentik Netta meremas surat yang kini menjadi gumpalan kecil yang kusut. Semua pikiran carut-marut di kepalanya dan memberikan rasa berdenyut berkepanjangan.

"Om, Netta enggak akan kalah sama kelainan ini. Netta akan berjuang!"

Mata pria dengan rambut berhias uban itu meredup melihat tekad besar keponakannya. Namun, kebisuan menyergap ketika tiba-tiba Netta kembali angkat bicara.

"Om, tolong palsukan hasil tesNetta."[]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top