they are camping, i swear, i didn't forget
Ini adalah tahap akhir sebelum hal yang tak terhindarkan terjadi—pengakuan perasaan. Jujur saja, Melissa tidak tahu apakah ia melakukan semua ini dengan benar. Tapi sejak kapan Melissa peduli apakah hal yang dilakukannya itu benar?
Bagi Melissa, semua perasaannya ini, jarak yang semakin menipis antara ia dengan Julian, semuanya terasa benar. Kalau begitu, Melissa tidak peduli apa-apa lagi.
Meski begitu, cinta juga butuh perencanaan (meskipun caranya jatuh cinta adalah terjun bebas tanpa pengaman dan ancang-ancang). Dan Melissa sendiri benci terlibat dalam sesuatu yang krusial tanpa perencanaan. Baik pembunuhan ataupun perencanaan, Melissa akan melakukannya dengan sempurna.
***
"Jadi," Melissa membolak-balikkan sate marshmallow di atas api unggun, "karena aku tim makanan asin dan kau tim makanan manis, apa itu akan mempengaruhi hubungan kita?"
"... Apa?"
"Kataku," Melissa mengulang, merasa lebih sabar daripada biasanya, "apa selera kita yang berbeda itu akan menjadi masalah atau tidak?"
Julian tampak sedang berpikir. Ia menatap sate marshmallow panggang yang sisa satu di tangannya. "Melissa tidak suka?"
"Daripada tidak suka, kalau disuruh memilih antara makanan asin dan manis aku pasti akan memilih asin. Tapi kalau ditawarkan, ya aku mau mau saja makan manisan."
"Kemarin ... es krim. Melissa suka?"
Julian tidak balas memandang Melissa. Cewek itu mengamati ekspresi Julian lekat-lekat, menganalisisnya dengan hati-hati. Julian tidak—belum tampak kecewa. Sama seperti Melissa, Julian juga sedang berpikir, mungkin mengingat-ingat reaksi Melissa selama ini ketika makan manisan.
"Suka," jawab Melissa akhirnya, "karena itu denganmu, aku suka."
Sang raven mengangguk mengerti. Ia kembali berkata setelah beberapa saat, "Aku mau coba ... yang Melissa suka."
Melissa nge-blank beberapa saat. Ia tak pernah menduga Julian akan berkata begini—rasanya seperti mendapat serangan kejutan saat sedang bertarung. ... Tapi baguslah, setidaknya dengan ini terbukti benar kalau Julian merasakan hal yang sama terhadap Melissa.
"Kalau gitu nggak akan jadi masalah." Melissa mengangguk puas dan meletakkan tusuk sate di sampingnya, marshmallownya habis dimakan. Ia menyeret sebuah keranjang kayu berisi buah-buahan kering lalu menusuknya satu persatu menjadi sate, kemudian memanggangnya. "Lalu, hmm ... Tujuanmu untuk saat ini mencari ayahmu, 'kan? Sementara itu aku juga harus cari cara mengusir Lieh dari Yin."
Ucapannya terhenti sejenak ketika ia menggigit persik panggang pada sate. "Mmm ... enak banget! Untung kemarin kita nemu buah-buah ini."
Menyadari perhatian Julian pada sate buah panggang di tangannya, Melissa mengangkat sebelah alis. "Mau?"
Lalu tanpa aba-aba, Julian bergeser mendekati Melissa dan menggigit stroberi yang sudah kecoklatan. Awalnya Julian tampak ragu-ragu dan mengunyahnya dengan pelan, tapi kemudian matanya berbinar senang. "... Enak."
Lalu menyadari bahwa buah yang dimakannya berbeda dengan yang dilahap Melissa sebelumnya, kedua bahu Julian menurun seperti kecewa. Julian mengangkat wajahnya dan pandangannya seketika terkunci pada bibir Melissa yang mengkilap karena cairan manis pada buah yang menguar keluar ketika dipanggang.
Seolah tersihir, tanpa disadari oleh dirinya sendiri Julian mendekatkan wajahnya pada Melissa.
Ia terkesiap kaget ketika Melissa mendorong wajahnya menjauh dengan telapak tangan. Melissa sendiri tidak kalah terkejut dengan perlakuan Julian yang tiba-tiba. Walaupun dekat dengan api unggun tadi, wajahnya bahkan tidak terasa sepanas ini!
Apa-apaan cowok ini?!
"Hei, mau apa kau tadi?!" pekik Melissa. "Mau macam-macam, ya!"
Julian sendiri tampak kebingungan, membuat Melissa ingin berteriak frustasi. "Melissa ... tidak makan stroberi." Cowok itu mengulum bibirnya sembari mengingat-ingat. "Bukan stroberi."
Melissa hampir saja tertawa marah. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan jantungnya dan mendinginkan wajahnya. Sumpah deh, ini cowok ajaib banget! "Kau tau nggak tadi kau kayak lagi ngapain?" Ditatapnya lekat-lekat Julian dengan ekspresi serius.
Melihat Melissa berekspresi seperti itu, Julian seperti merasa gelisah. Ia mencoba memutar semua ingatannya untuk menjawab pertanyaan Melissa. Sepertinya ia sendiri pernah melihatnya di suatu tempat ... Dapat! Sewaktu di Monastery of Light, ada seseorang di angkatannya yang dikeluarkan karena tertangkap sedang ... bercumbu dengan seorang wanita.
Sama seperti Melissa sebelumnya, wajah Julian memerah sepenuhnya. Ia tampak panik setengah mati, Melissa diam-diam merasa puas melihatnya. "Bukan! Bukan ... Melissa bukan ..."
"Bukan ...?" Oh, Melissa sangat menikmati ini.
"Bukan ..." Julian menyebutkan sebuah kata yang dilontarkan oleh teman satu angkatannya yang lain ketika berita soal itu tersebar. "Bukan pelacur! Aku ..."
"HAHAHAH!!"
Julian menghentikan perkataannya ketika Melissa malah tertawa kencang. Cowok itu tidak bisa melihatnya, tetapi terlihat jelas kebingungan dan malu yang dirasakannya di wajahnya. Ia tampak ingin bertanya kenapa Melissa tertawa, tetapi tidak jadi saat Melissa semakin terbahak sampai memegangi perutnya dengan geli.
"Aduh! Apa katamu tadi? Lacur? HAHHAHAHAHA!!"
Tak paham kenapa Melissa tertawa tapi tidak bisa menghentikannya, Julian akhirnya membungkam mulutnya, menunggu Melissa selesai menertawakan apapun itu, dan menghabiskan marshmallow terakhir miliknya.
Semenit lewat, Julian menatap sekitarnya agak takjub usai tak mendengar adanya pergerakan Yin dan Xavier mendekat karena mendengar tawa keras Melissa. Berarti mereka berdua memancing agak jauh dari sini, pikir Julian. Ia sempat merasa khawatir, tapi tidak begitu memikirkannya karena ini Xavier dan Yin yang sedang dibicarakan.
Di siang hari tadi, Melissa tiba-tiba berkata, "camping nggak lengkap tanpa bakar-bakar! Xavier, aku mau bakar ikan!" Meskipun mengomel, Xavier akhirnya mengalah karena Yin yang mendukung keputusan Melissa, sehingga keduanya memutuskan untuk pergi memancing saat matahari terbenam.
Julian sempat menawarkan diri untuk memancing karena selama menyelesaikan misi di lingkungan liar, ikan sudah jadi makanan pokoknya. Namun Xavier menolaknya karena ia dan Melissa sudah pergi ke kota kemarin hari, jadi sekarang gilirannya dan Yin. Julian tidak protes lebih lanjut, ia senang bersama Melissa.
Melissa suka ikan bakar, Julian akan mengingat ini. Nanti ketika Melissa ingin makan ikan bakar lagi, Julian akan melakukan semuanya, dari memancing sampai memanggangnya. Ia ingin melihat Melissa bahagia memakannya.
Kedua bahu Melissa bergetar, tapi tawanya sudah mereda. Perutnya terasa sakit karena telah tertawa begitu kencang sampai keluar air mata. "Hahah ...! ... Aduh, aku ngomongin apa tadi ya?"
"Melissa bukan pelacur," ulang Julian dengan raut tanpa ekspresi.
"Haha! Iya, itu!" Melissa menggigit bibirnya kuat-kuat agar tidak refleks terbahak seperti tadi. Ia kembali menarik napas dalam-dalam, lalu mengubah ekspresinya jadi lebih serius. "Iya, aku bukan pelacur. Tapi hal seperti itu bukan hanya bisa dilakukan oleh pelacur dan ... pembeli, tapi juga sepasang kekasih."
"Kekasih?"
"Uhh, suami-istri. Atau orang pacaran juga bisa sebenarnya, walau jarang ... ketahuan di Moniyan, tapi di daerah lain banyak yang begitu! Tergantung orangnya juga sih."
Julian mengangguk, mencerna ucapan Melissa. Tanpa menunggu balasan, cewek itu kembali melanjutkan, "kalau orang yang melakukan itu adalah sepasang kekasih, orang-orang tidak akan heran atau menghukummu. Kau paham maksudku, tidak?"
Ketika Julian melemparkan tatapan tanya, Melissa mengulum bibir, merasa grogi seketika. "Aku nggak bilang jangan, tapi belum. Setidaknya tunggu sampai ... kita resmi?"
Sepertinya Julian tidak se-clueless yang dipikirkan Melissa sebab cowok raven itu membelalak terkejut, lalu mengangguk perlahan. Julian membuka mulut hendak berbicara, namun Melissa memotongnya. "Jangan ngomong apa-apa dulu, aku malu! Ahh, jadi yang mau kubicarakan awalnya tuh ... tujuan kita beda buat sekarang ini."
Pikiran-pikiran soal apa yang akan terjadi setelah tujuan mereka semua tercapai dan semua ini berakhir memenuhi benak Melissa. Ia susah payah menepisnya. "Tapi kita kurang lebih ... searah? Maksudku, dari informasi yang kita punya, ayahmu itu 'kan sekarang di pihak iblis dan Lieh sendiri ... sepertinya juga iblis? Pokoknya, kemungkinan besar mereka berdua saling berhubungan, soalnya si Lieh 'kan dewa durjana.
"Yang mau kusampaikan tuh, aku nggak mau kalau hubungan kita nanti jadi ... memberatkan. Masing-masing dari kita punya tujuannya masing-masing dan aku sendiri nggak rela melepas itu. Bagaimana pun, aku sudah janji kepada Yin, apa pun yang terjadi, tetap kupastikan janji itu kutepati. Lalu sebagai rekanmu di perang ini, aku mohon bantuannya.
"Mari kita capai tujuan kita, lalu hidup bersama. Kita semua."
===
it sounds kinda like a proposal???? (maybe it is?)
when she said 'all of us', she meant the four of them, not just her and julian bcs as much as she love him, she didnt want to ever part with her new (found) family
thank you for reading this chapter!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top