he's an assassin, she's kinda a witch; both have killed people
Tanpa diduga siapapun, interaksi Melissa dan Julian semakin sering terjadi sejak saat itu. Kalimat yang pantas mungkin adalah; keduanya mendekat dengan alami seperti sepasang magnet, tetapi sepertinya terlalu klise.
Daripada magnet, Melissa pikir lumpur hisap lebih cocok. Ibaratnya Melissa adalah manusia malang yang tanpa sengaja menginjakkan kaki ke lumpur hisap. Naasnya, semakin Melissa mencoba keluar, semakin Melissa tenggelam lebih dalam. Prosesnya terjadi secara perlahan, memberi Melissa waktu untuk bernapas dan merasa bebas, tapi pada akhirnya dirinya akan tetap direnggut seutuhnya.
Mematikan, sama seperti Julian.
Meski begitu, Melissa sendiri tak jauh beda.
Belakangan ini, Melissa sering mendapati dirinya mengamati dan membuat catatan mental tentang Julian. Hal yang biasanya Melissa lakukan kalau sedang mengumpulkan informasi soal musuhnya, sebelum akhirnya menyerang kelemahan mereka.
Bedanya, Julian bukan musuh. Cowok itu memang berbahaya dan jelas punya banyak isu serius tapi dia bukan musuh, bukan, lebih seperti ... objek pengamatan? Rival? Birds of the same feather? Apapun itu, intinya Julian tidak membuat Melissa merasa waswas atau terancam terlepas dari analoginya soal lumpur hisap.
***
Fakta #1 - Julian suka makanan manis.
Alasan: k̶e̶m̶u̶n̶g̶k̶i̶n̶a̶n̶ ̶b̶e̶s̶a̶r̶ ̶k̶a̶r̶e̶n̶a̶ ̶d̶i̶a̶ ̶M̶K̶K̶B̶ ̶a̶l̶i̶a̶s̶ ̶m̶a̶s̶a̶ ̶k̶e̶c̶i̶l̶ ̶k̶u̶r̶a̶n̶g̶ ̶b̶a̶h̶a̶g̶i̶a̶ ̶j̶a̶d̶i̶n̶y̶a̶ ̶m̶a̶k̶a̶n̶ ̶m̶a̶n̶i̶s̶a̶n̶ ̶b̶e̶g̶i̶n̶i̶ ̶b̶i̶k̶i̶n̶ ̶s̶e̶n̶e̶n̶g̶ ̶i̶n̶n̶e̶r̶ ̶c̶h̶i̶l̶d̶n̶y̶a̶ siapa yang tidak suka manisan?
Tambahan: dia kira aku suka manisan
"Melissa, es krim?"
Melissa menoleh ke arah yang ditunjuk julian; kios es krim kecil dengan beragam warna dan rasa es krim dipamerkan yang tampak ramai oleh anak-anak kecil dan beberapa orang dewasa. Memang, cuaca hari ini panas sekali sehingga tak heran es krim jadi laku keras lebih dari biasanya. Tapi bukan itu yang menangkap perhatian Melissa.
Dengan cepat, cewek itu memutar otak. Ia menyadari kalau Julian selalu begini tiap menemukan sesuatu yang manis-manis; memanggil Melissa dengan nada bertanya. Julian seperti sedang menawarkan Melissa dan tidak pernah Yin, padahal cowok yang dirasuki evil god itu lebih terkenal dengan sweet toothnya dibanding Melissa.
Selain itu, kalau Melissa menolak, Julian juga tidak akan makan. Kalau Melissa mengiyakan, tanpa diajak sekalipun Julian ikut beli jatah manisannya sendiri. Poin pertama itu yang merepotkan.
"Boleh deh, lagian ini panas banget." Melissa merogoh kantong berisi kepingan-kepingan koin dari Xavier dan menyerahkan beberapa keping pada Julian. "Aku mau yang warna hijau itu, yang pistachio dan mint chocolate. Aku tunggu di sini."
Tanpa mengeluarkan protes sedikit pun, Julian menganggukkan kepalanya dan berjalan menuju kios es krim tersebut. Kalau Xavier ada di sini dia pasti akan protes karena Melissa menghabiskan uangnya untuk es krim. Tapi toh dia sendiri yang menyuruh Melissa dan Julian pergi ke pemukiman terdekat untuk belanja, dia tidak berhak protes di sini.
Melissa menyilangkan kakinya dan berpangku tangan. Inilah fakta lainnya yang ditemukan Melissa, yaitu:
Fakta #2 - Julian gampang disuruh-suruh.
Alasan: berkaitan dengan masa lalunya di monastery of light, traumatis.
Tambahan: jangan pernah bicara soal ini ke xavier, bisa mati.
Cowok itu benar-benar tidak pernah protes disuruh ini-itu, Melissa paling tahu soal hal ini. Hal lainnya yang disadari Melissa adalah; daripada tidak pernah protes ketika disuruh, lebih ke Julian terbiasa tidak membantah saat diberi perintah. Ia tidak tahu caranya.
Pikirannya secara tidak sadar menerjemahkan permintaan sedikit apapun sebagai perintah.
Sangat menyedihkan dan malang, masa lalu Julian itu. Tetapi bukan berarti Melissa tidak akan memanfaatkannya, itu sih bukan Melissa banget.
Di antara mereka bertiga, Melissa lah yang paling sering menggunakan 'jasa' Julian dan menyuruhnya melakukan sesuatu. Xavier sebisa mungkin menghindari memberi perintah langsung pada Julian dan Yin sendiri lebih suka melakukan sesuatu bersama-sama. Awalnya Xavier tidak setuju dan menegur Melissa, tetapi setelah melihat kalau permintaan Melissa sebagian besar tidak berbahaya dan Julian malah kelihatan senang-senang saja disuruh-suruh, ia membiarkannya.
Untuk seseorang seperti Melissa yang sangat suka mendapat princess treatment, cowok seperti Julian sangat sempurna untuknya.
Di saat Melissa sibuk mengipasi diri sendiri dan menghalangi sinar matahari yang terik, Julian datang tanpa suara dan berdiri di hadapan Melissa, membuat gadis itu berada dalam bayang-bayangnya. Menyadari tindakan Julian, Melissa menurunkan tangannya yang tadinya digunakan untuk menghalau sinar matahari. Tanpa ragu, ia meraih cone dengan tiga scoop besar es krim rasa pistachio di tangan Julian.
"Makasih~" Tanpa menawarkan Julian untuk duduk, Melissa langsung menggigit kecil es krim pistachio miliknya. Julian sendiri tampak tak keberatan makan sambil berdiri sebab ia langsung menjilat es krim pink di tangannya. "Punyamu stroberi?"
Julian mengangguk. "Melissa mau?"
Gerakan Melissa terhenti sejenak. Gadis itu mendongak menatap kedua mata semerah darah yang balik memandangnya tanpa kedip. "Bagian sampingnya sudah kau jilat?"
Julian menggeleng, lalu setelah berdiam beberapa detik ia kembali bersua, "Punya Melissa juga ..."
Melissa menggigit bibir bawahnya mendengar perkataan Julian yang ambigu. Setelah cepat-cepat memutar otak, Melissa menyimpulkan bahwa maksudnya Julian juga ingin mencoba rasa es krim pistachio miliknya.
"Nih." Melissa menyodorkan es krimnya dan beralih menggenggam es krim Julian. "Rasanya nggak terlalu manis kayak punyamu sih, tapi aku suka."
Usai menggigit bagian kecil pistachio di scoop tengah, Melissa mendapati kernyitan di dahi Julian dan tertawa. "Bukan seleramu, ya? Nih. Makan yang stroberi saja kalau gitu."
Alih-alih menerima kembali es krim miliknya, Julian malah menundukkan kepalanya, menatap es krim pistachio di tangannya. "Melissa suka?"
"Apa? Pistachio? Iya, aku suka. Aku juga lebih suka pistachio daripada strawberry, maaf saja."
"Pistachio," Julian mengulangi kata itu dengan perlahan. Kemudian, ia tersenyum lebar seperti anak kecil yang mendapatkan mainan kesukaannya. Terlihat begitu bahagia, begitu senang, dan sangat menghangatkan. Seperti senyuman Julian yang dilihat Melissa pertama kali, di tengah lautan darah dan mayat. "Aku ingat."
Akan kuingat. Kenapa Julian mengatakannya seolah ia berhasil menemukan kelemahan besar Melissa dan Melissa berada dalam perangkapnya? Kenapa kata-kata biasa itu terdengar seperti janji?
Fakta #3 - Julian punya senyuman yang memabukkan.
Alasan: tidak diketahui.
Tambahan: it gives me butterflies (bukan senyuman canggungnya, but his smile in pure unadulterated child's joy.)
Tambahan #2: i'm out of breath inside his quicksand.
===
tau nggak sih, tiap aku nulis cerita itu pasti akhirnya plot sama endingnya selalu kemana-mana, alias di luar perkiraanku
jadi sebenernya selama ini yang nulis cerita itu lebih ke tanganku, bukan aku sendiri, soalnya aku juga bingung kenapa hasilnya sering beda sama pikiranku :((
anyway, thank you for reading this story!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top