CHAPTER 8 - Tentang Sebuah Mitos (2)
"Kau benar-benar membelikanku sebuah kamera!" Eun-Yong berkata. Matanya berkilat senang.
Di hadapan pemuda itu, Eun-Ji tersenyum bangga. "Kau kira aku akan berbohong padamu? Enak saja! Aku ini orang yang bisa dipercaya, kau tahu? Jangan berani-berani meremehkanku, Dongsaeng!"
Melihat kelakuan kakaknya, Eun-Yong terbahak. "Kau sudah tua, Noona. Masa kau masih suka membanggakan diri sendiri begitu?"
"Memangnya tidak boleh? Kalau begitu, biar kukembalikan lagi kamera itu ke toko!"
Eun-Yong langsung menarik kedua tanganya yang memegang kamera yang baru Eun-Ji belikan untuknya. Kamera analog itu terlihat masih mulus untuk ukuran kamera lama.
"Memangnya tidak susah ya, kau pake kamera analog seperti itu?" tanya Eun-Ji kemudian setelah duduk di sofa ruang tamu. Tubuhnya letih sekali setelah seharian berjalan mengitari Insadong. Tapi, setidaknya perasaannya agak lebih baik sekarang. Mencari udara—walaupun cuaca sangat dingin dan salju terus turun—pikirannya tidak seberantakan semalam, atau tadi pagi. Apalagi melihat reaksi Eun-Yong yang sangat antusias dengan kado pemberian darinya, membantu mood Eun-Ji jadi lebih baik. Urusan pekerjaan, besok lagi saja dia pikirkan lagi. Toh, dia sudah minta izin untuk tidak masuk kerja hari ini karena alasan sakit.
"Kau kan tahu, di dekat sini ada tempat mencetak foto dari kamera analog. Tidak sulit, kok. Tenang saja!" sahut Eun-Yong penuh semangat sambil mengangkat bahu. Senyumnya masih lekat tergambar di wajah, matanya kembali fokus memperhatikan detil kamera 'baru'nya.
"Baiklah, aku sudah memberimu kado. Jaga baik-baik. Dan, jadilah fotografer yang andal, jangan asal-asalan mengambil gambar!" ucap Eun-Ji pura-pura galak, lalu bangkit berdiri. Dia ingin segera mandi air hangat, lalu merebahkan diri di tempat tidur. Kakinya sangat pegal, rasanya sudah mau copot saja.
"Arasso. Gomawo, Noona. Saranghae!" Eun-Yong meletakkan kameranya di atas kedua paha, lalu mengangkat kedua tangan ke atas kepalanya saat berkata 'saranghae' pada noona-nya.
Eun-Ji terbahak melihat sikap manis yang dibuat-buat oleh adiknya. "Nado saranghae!" balasnya, lalu mengibaskan tangan ke udara asal-asalan, kemudian masuk ke dalam kamarnya.
***
Saat sedang memakai krim di wajah dan memandangi bayangannya di cermin, Eun-Ji teringat kata-kata nenek pemilik Seonmul Gage pagi tadi:
"Mereka bilang, kalau kau membeli sesuatu dari tokoku ini, seseorang yang kau benci dari masa lalumu akan kembali ke dalam hidupmu."
Apa yang dikatakan nenek pemilik toko itu membuat Eun-Ji menghentikan pergerakan tangannya. Tiga detik kemudian, dia bergumam sendiri, "Apa sih yang kau pikikan, Song Eun-Ji? Jangan memikirkan hal-hal tidak masuk akal seperti itu!"
Setelah selesai dengan krim wajahnya, dia beranjak menuju tempat tidur. Lelah menyergapnya, membuat matanya lantas terpejam tanpa perlu waktu lama. Dia kira malam ini dia akan tidur nyenyak. Tapi, ternyata dia salah besar. Karena lewat tengah malam, Eun-Ji bermimpi.
Di mimpi itu, Eun-Ji melihat seorang dokter yang sedang berbicara dengan dirinya dan ibunya di sebuah lorong rumah sakit. "Anakmu kehilangan fungsi kakinya, Han Ha-Yun~ssi. Maaf aku harus memberitahumu tentang hal ini...."
Eun-Ji terentak. Dia seperti seorang sutradara yang sedang menonton sebuah adegan di film. Menyaksikan bagaimana tubuh ibunya terduduk jatuh ke lantai dan terisak. Di dekat ibunya, ada Eun-Ji 'lainnya' yang berjongkok sambil mengeratkan pelukannya pada ibunya itu. Di sana, Eun-Ji mencoba menenangkan Han Ha-Yun, walaupun sesungguhnya dunia gadis itu tak kalah remuk mendengar berita tentang adiknya.
Melihat adegan itu selama beberapa saat, membuat dada Eun-Ji menjadi berat. Dia ingin meraih sosok ibu dan dirinya sendiri di kejauhan, tapi kakinya seakan dipaku ke benda entah apa yang membuatnya susah bergerak. Hingga kemudian, Eun-Ji menyadari sesuatu. Di dekat Han Ha-Yun, Eun-Ji, dan dokter pria yang berdiri di lorong sana, dia melihat seorang pria baru saja muncul.
Eun-Ji 'sang sutradara' lantas berteriak nyalang, menangis sekeras-kerasnya! Namun, pria itu tidak melihatnya. Pria itu berjalan perlahan mendekati tiga orang yang ada di dekat pria itu....
"Mianhae...." ucap pria itu pelan, namun masih bisa terdengar oleh Eun-Ji yang sedang menonton semuanya dengan dada sesak.
"PERGI!!! PERGI DARI HIDUP KAMI!!!" Eun-Ji yang terduduk di lantai rumah sakit, berteriak keras di antara tangis derasnya!
"EOMMAAA!!!" Eun-Ji berteriak, terbangun dari tidurnya. Air mata dan keringat membasahi wajahnya. Jantungnya lantas berdentam keras. Darah terpompa hebat di tubuhnya.
Mimpi Eun-Ji barusan sekali lagi membuat gadis itu teringat pada pria itu.
Orang yang telah menghancurkan dunia Eun-Yong, Ha-Yun, juga Eun-Ji sekaligus. Orang yang tidak akan pernah bisa Eun-Ji maafkan sampai kapanpun.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top