CHAPTER 7 - Tentang Sebuah Mitos (1)

Pagi ini Eun-Ji mesti bangun dengan susah payah. Inginnya, dia tidur seharian dan tidak usah masuk kerja. Perutnya masih sakit, kepalanya juga masih agak berat. Belum lagi matanya yang bengkak, perlu perjuangan untuk dia tutupi dengan riasan wajah.

"Makanlah sup pereda pengarnya sebelum pergi bekerja," Min-Suk Ahjumma menawarkan. Senyumnya hangat, seperti biasa. Membuat Eun-Ji malu karena wanita itu menemukan dirinya dalam keadaan berantakan seperti sekarang.

"Kamsahamnida. Maaf merepotkanmu, Ahjumma," tutur Eun-Ji sungkan.

Min-Suk Ahjumma mengibaskan tangannya. "Jangan teralu banyak meminta maaf dan berterima kasih padaku. Anggap saja aku ibumu. Santailah sedikit denganku, kita sudah kenal selama bertahun-tahun, Eun-Ji~ya."

Eun-Ji tersenyum senang dan lega. "Baiklah...." Dia pun mulai menyendok supnya. Sebelum memasukkan supnya itu ke dalam mulut, dia bertanya, "Seo-Hyeon yang memberitahu Ahjumma kalau aku mabuk?"

"Dia informan yang keren, kalau kau mau tahu," Min-Suk mengernyitkan dahinya dengan ekspresi serius waktu berbicara, membuat Eun-Ji makin malu. "Sudah, makanlah saja dulu agar sakit kepala dan perutmu mereda. Aku akan merapikan pakaian Eun-Yong dulu."

"Oh ya, Eun-Yong di mana?" Eun-Ji celingukan mencari adiknya itu. Tidak ada tanda-tanda anak itu berada di ruang makan.

"Dia sudah sarapan tadi. Aku mengantarnya ke toko. Dia bilang dia ingin memotret pengunjung dari balik kaca toko. Ada-ada saja," Min-Suk Ahjumma geleng-geleng kepala.

"Dia memang aneh," canda Eun-Ji.

Min-Suk Ahjumma pun kemudian berlalu, meninggalkan Eun-Ji sendirian. Gadis itu melahap supnya sampai habis. Rasanya enak. Lagi-lagi dia bersyukur ada wanita yang sangat berbaik hati pada keluarganya.

Ah, Seo-Hyeon. Bagaimana aku harus menghadapinya kini?

Pertanyaan itu seketika membuat Eun-Ji lunglai. Nafsu makannya langsung surut mengingat semua yang terjadi tadi malam—sekuat tenanga, dia menyingkirkan kehadiran kenangan tentang pria lain yang tiba-tiba muncul lagi dalam benaknya.

Susah payah, Eun-Ji menghabiskan supnya. Setelah selesai dan memastikan dia sudah membawa benda-benda pentingnya ke dalam tas, dia bergegas keluar rumah. Berharap pekerjaannya di kantor tidak membuatnya segila kemarin. Dan, berharap hatinya bisa membaik setelah mengetahui Seo-Hyeon jatuh hati pada gadis berwarna Soo Hana.

***

Menjelang akhir Januari, cuaca makin tidak bersahabat di Seoul. Song Eun-Ji merutuki kesialannya. Hujan salju terus-menerus dan membuat jalanan susah sekali untuk dipijak, juga bus yang ditumpanginya untuk berangkat ke kantor malah mogok di Insadong. Tapi, semua itu belum mengalahkan hal buruk yang menimpanya semalam. Dia patah hati sesaat sebelum sempat menyatakan perasaannya pada Kim Seo-Hyeon.

Berusaha melupakan sejenak hal-hal pahit yang sedang dirasakan, Eun-Ji cuti bekerja dan memilih untuk jalan-jalan sebentar. Sampai kemudian, dia masuk ke dalam toko ini, Seonmul Gage, untuk membeli kamera yang akan dia hadiahkan pada Eun-Yong.

"Aku akan mencobanya... dan aku harap garansi 'tidak akan rusak' itu benar-benar berlaku," ujarnya serius tapi diiringi senyum sopan pada nenek pemilik toko.

"Tapi...." Halmeoni pemilik toko menggantung ucapannya. Dia memperhatikan lekat kamera tua itu. "Ada mitos yang beredar di sekitar sini."

"Mitos?"

"Mereka bilang, kalau kau membeli sesuatu dari tokoku ini, seseorang yang kau benci dari masa lalumu akan kembali ke dalam hidupmu."

Eun-Ji langsung tergelak. Matanya sampai berair karena tertawa, menganggap ucapan nenek pemilik toko sangatlah konyol. "Lucu sekali! Gosip seperti itu ada karena persaingan dagang saja, Halmeoni. Aku tidak percaya hal-hal tidak masuk akal seperti itu."

"Ya, bisa juga."

"Aku akan membelinya, Halmeoni," lanjut Eun-Ji bersemangat setelah selesai mengecek. Kameranya masih bagus dan berfungsi baik. Dia sudah tidak sabar ingin memberikan kamera itu untuk Eun-Yong.

Halmeoni mengangguk, menunggu Eun-Ji mengeluarkan dompet dari tas dan menyodorkan uang padanya, kemudian berbalik badan dan berjalan menuju meja kasir. Dari balik mesin penghitung uang, sambil menyiapkan uang kembalian untuk Eun-Ji, nenek itu memperhatikan Eun-Ji yang masih terkesima dengan kamera 'baru'nya.

"Semoga kau menyukai kejutanmu, Song Eun-Ji~ssi...." 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top