CHAPTER 5 - Pernyataan yang Tak Sempat Terucap (1)
Maaf merepotkanmu, Min-Suk Ahjumma.
Terima kasih mau menemani Eun-Yong selama aku bekerja.
Pesan itu Eun-Ji kirim untuk Min-Suk Ahjumma, ibunya Seo-Hyeon, saat gadis itu baru mendapatkan kursi di bus. Karena menemani Eun-Yong dulu, dia jadi agak terlambat pergi ke kantor pagi ini. Semalaman, Eun-Yong demam, suhunya sampai mencapai tiga puluh sembilan derajat Celcius. Eun-Ji sempat berpikiran untuk membawa adiknya itu ke rumah sakit bila panasnya tetap tinggi.
Semalam, Min-Suk Ahjumma pulang sangat larut. Rupanya ada drama favoritnya yang sedang diputar di TV. Tanggung dan karena penasaran dengan jalan ceritanya, dia tidak pulang pukul delapan malam seperti biasanya. Saat Eun-Ji pulang—gadis itu baru saja mampir ke toko Min-Suk Ahjumma, lalu dibuatkan makanan oleh Seo-Hyeon—Eun-Ji menemukan wanita itu duduk dengan wajah serius menghadap ke TV.
"Kau sudah makan?" tanya Min-Suk Ahjumma tadi malam.
Eun-Ji sudah siap mengatakan dengan penuh rasa antusias: Anakmu memasak manduguk untukku! Kurasa dia menyukaiku! Bagaimana kalau kita menjadi keluarga saja?
Namun, yang terjadi adalah Eun-Ji yang mengangguk sambil susah-payah menahan tawa karena kekonyolan isi kepalanya barusan. "Sudah. Seo-Hyeon membuatkanku manduguk."
Min-Suk Ahjumma yang mengenakan sweater cokelat tua, lantas beranjak berdiri—kebetulan, drama yang ditontonnya juga sudah selesai. "Baguslah kalau kau sudah makan," katanya. "Oh ya, tadi Eun-Yong agak batuk-batuk. Mungkin karena udara dingin di luar. Tapi, anak itu malah sering membuka jendela kamarnya. Dia suka salju, kau tahu sendiri. Aku kesulitan untuk melarangnya."
Eun-Ji kaget waktu mendengar ucapan Min-Suk Ahjumma. Gadis itu memang jadi agak sensitif soal kesehatan Eun-Yong sejak adiknya itu mengalami kecelakaan. Sedikit-banyak, Eun-Ji didera rasa bersalah, walaupun dia tahu, dia tidak berperan langsung hingga sebuah kecelakaan menimpa adiknya. Tapi, tetap saja, kalau Eun-Yong sakit walau hanya gejala penyakit ringan biasa, Eun-Ji bisa panik bukan main!
"Dia baik-baik saja? Apa kita perlu membawanya ke dokter, Ahjumma?!"
Min-Suk Ahjumma berjalan mendekati Eun-Ji. "Aku sudah memberinya obat sebelum dia tidur. Kita lihat saja dulu kondisinya bagaimana."
Eun-Ji mengangguk sopan walau ekspresi panik di wajahnya tak bisa luntur. Tergesa, dia berjalan menuju kamar Eun-Yong yang terletak di sudut paling barat tempat tinggalnya itu.
Kamar Eun-Yong tidak dikunci. Pintunya bahkan setengah terbuka. Dari balik pintu, Eun-Ji melihat Eun-Yong yang sedang tidur. Tubuh pemuda itu ditutupi selimut dari kaki sampai kepala.
"Bagaimana bisa dia tidur dengan nyaman dengan posisi seperti itu?!" Eun-Ji mendecak heran. "Bisa-bisa dia kehabisan napas karena mukanya tertutup selimut dan bantal!"
Sementara Eun-Ji bergumam kesal, Min-Suk Ahjumma malah tertawa kecil mendengar ocehan gadis muda yang tengah berdiri di sampingnya itu.
"Eun-Yong kelelahan. Menjelang matahari tenggelam tadi, dia memotret cukup lama di taman. Banyak anak-anak yang sedang bermain. Eun-Yong senang karena dia bisa memotret banyak hal...."
"Ah, benar. Aku jadi ingat. Aku masih berhutang kamera padanya, Ahjumma," sesal Eun-Ji kemudian. Kesibukannya di kantor benar-benar menyedot waktu dan perhatiannya. Dia perlu waktu luang untuk mencari kado buat adik kesayangannya itu. "Eun-Yong pasti ingin memotret pakai kamera, bukan hanya pakai ponsel seperti yang dia lakukan."
Min-Suk Ahjumma melingkarkan tangannya di sebelah lengan Eun-Ji. "Aku senang mengetahui kau sangat menyayangi Eun-Yong, Eun-Ji~ya."
Eun-Ji melirik pada Min-Suk Ahjumma, lalu tertawa kecil. "Ya, mau bagaimana lagi? Aku cuma punya satu orang adik. Terpaksa aku harus sayang padanya," candanya.
Setelah mengatakan itu, Eun-Ji berjalan agak berjinjit agar tidak membangunkan Eun-Yong. Dibukanya selimut adiknya itu hingga tak lagi menutupi wajah. Namun, yang Eun-Ji lihat berikutnya, membuatnya sangat kaget! Wajah Eun-Yong memerah, ritme napasnya tidak beraturan! Refleks, Eun-Ji lantas memegang dahi Eun-Yong dan dahinya sendiri. Membandingkan suhu tubuh mereka. Tak lama kemudian....
"Ahjumma! Eun-Yong demam tinggi!" pekik Eun-Ji panik.
Tergesa, Min-Suk Ahjumma berlari mendekat ke arah tempat tidur Eun-Yong. Reaksinya sama seperti reaksi Eun-Ji barusan, langsung menempelkan telapak tangannya di dahi pemuda itu. "Tadi dia tidak demam seperti ini. Aku ambilkan obat yang ada di rumahku, Eun-Ji~ya," tutupnya, lalu tanpa aba-aba lagi menghambur keluar dari kamar Eun-Yong.
Lima menit kemudian, Min-Suk Ahjumma dan Seo-Hyeon datang, membawakan Eun-Yong termometer dan obat penurun demam. Eun-Ji khawatir Eun-Yong perlu dibawa ke rumah sakit, namun Seo-Hyeon meyakinkan gadis itu bahwa demam Eun-Yong tidak terlalu parah hingga harus dibawa ke rumah sakit saat itu juga. Tinggal menunggu reaksi obatnya saja sampai pagi, karena tidak ada tanda alergi atau bintik merah atau semacamnya di badan Eun-Yong. Eun-Ji yang mudah panik, agak tenang setelah Seo-Hyeon berkata demikian.
"Hubungi kami kalau ada apa-apa," pesan pria itu sebelum berpamitan bersama ibunya, sekitar pukul dua pagi.
"Ne... Kamsahamnida...," tutur Eun-Ji, kecemasan masih sangat dia rasakan.
Setelah Seo-Hyeon dan Min-Suk Ahjumma pulang, Eun-Ji merebahkan diri di sofa yang ada di kamar Eun-Yong. Tubuhnya lelah sekali. Matanya juga berat. Walaupun demikian, dia tidak bisa tidur nyenyak karena khawatir suhu tubuh Eun-Yong naik lagi.
Pukul setengah enam pagi, Eun-Ji terbangun dan langsung mengecek suhu tubuh Eun-Yong. Tiga puluh enam koma lima derajat Celcius. Syukurlah, gumam Eun-Ji. Adiknya itu juga bangun sebentar, mengatakan kalau dia tidak apa-apa, hanya demam biasa.
Dua jam kemudian, Eun-Ji bersiap-siap pergi ke kantor, bertepatan dengan Min-Suk Ahjumma yang datang sambil membawakan bubur. Di saat-saat seperti itu, Eun-Ji bersyukur Min-Suk Ahjumma dan Seo-Hyeon selalu hadir untuknya dan Eun-Yong.
Pukul setengah sembilan kurang, Eun-Ji sudah duduk di bus, baru saja mengirimkan pesan untuk Min-Suk Ahjumma. Tadinya dia ingin memejamkan mata selama beberapa menit. Dia perlu istirahat lagi. Sisa kantuknya karena tidak lelap tidur, masih tersisa. Namun, belum juga mata Eun-Ji terpejam, sebuah pesan muncul di grup percakapan kantornya. Han Seonsaengnim menulis:
RAPAT PUKUL SEMBILAN. JANGAN ADA YANG TERLAMBAT!
BEKERJALAH DENGAN BENAR!!!
Membaca 'teriakan' bosnya itu, Eun-Ji langsung membuang napas panjang. Hari ini pasti akan jadi hari yang panjang dan berat di kantornya. Bagaimana tidak? Han Seonsaengnim memulai hari dengan teror seperti itu!
***
Firasat Eun-Ji memang benar. Saat rapat berlangsung, Eun-Ji menjadi salah seorang korban amukan Han Seonsaengnim. Semuanya berawal dari company profile yang mestinya Eun-Ji perbaiki dan berikan kepada calon klien. Tapi, gadis itu belum sempat menyelesaikannya karena masih membutuhkan beberapa data dari akhir bulan lalu, juga info lain yang bisa menjadi nilai jual perusahaannya. Sayangnya, Han Seonsaengnim menganggap 'keterlambatan satu hari' itu sebagai sebuah kesalahan besar. Jadilah bila ada hal-hal tentang keterlambatan yang dibahas pada saat rapat, tentang apapun itu, Eun-Ji yang kena.
"Dia memang menyebalkan. Kau tahu, kan? Jangan diambil hati," Soo-Ra membesarkan hati Eun-Ji saat mereka baru keluar kantor pukul delapan malam.
Rapat pagi tadi berlangsung lama dan mengerikan. Sampai pukul tiga sore, rapat baru selesai. Semua orang yang hadir—kecuali Han Seonsaengnim dan Park Seonsaengnim—menundukkan kepala dengan lesu.
"Lama-lama aku bisa gila bekerja dengannya," gumam Eun-Ji, cemberut.
"Semua orang bisa jadi gila karenanya, Agasshi," potong Ah-Na yang rona wajahnya kembali ceria setelah barusan ditelepon oleh pacarnya. "Jangan menyerah, ya! Hwaiting!" Ah-Na mengangkat sebelah tangannya yang terkepal ke udara.
Eun-Ji hanya tersenyum tipis. Kedongkolannya membuat dia tak bisa tertawa lepas malam ini.
"Maaf aku tidak bisa menemanimu makan. Suamiku menunggu di rumah. Ini hari ulang tahunnya, jadi... kami akan makan malam romantis," Soo-Ra tersipu. "Bukannya aku tidak peduli padamu Eun-Ji~ya," dia menambahkan.
"Tidak apa-apa kau pulang sendiri? Maaf, aku juga sudah ada janji dengan Nam-Gil," Ah-Na yang hari ini membawa mobil agar bisa pulang lebih cepat, mengerutkan wajah karena merasa tidak enak pada Eun-Ji. Dia merasa bersalah karena harus meninggalkan temannya yang sedang dirundung malang itu. Tapi, bagaimana lagi? Ah-Na memang sudah ada janji dengan kekasihnya untuk merayakan hari jadi mereka yang kelima tahun.
Eun-Ji yang berdiri di antara kedua temannya, menoleh ke kanan dan kiri. "Ya! Aku bukan anak kecil yang perlu dikasihani! Memangnya aku tampak menyedihkan?! Sama sekali tidak!"
"Benar sekali!"
"Sama sekali tidak menyedihkan!"
Saling bergantian, Soo-Ra dan Ah-Na berkata berapi~api. Tingkah mereka membuat kerutan di wajah Eun-Ji makin banyak.
"Kkeojyeo! Kalian pulang saja!" balas Eun-Ji sambil mengibaskan tangan ke udara. "Berisik sekali!"
Ah-Na dan Soo-Ra mengalungkan tangan mereka ke pundak dan punggung Eun-Ji. Kedua gadis itu saling lirik dan menaik-turunkan alis mereka, memberi kode untuk memberi ide cemerlang untuk Eun-Ji.
Ah-Na mulai duluan. Dia berdeham, lalu berkata, "Bagaimana kalau malam ini kau kencan lagi dengan Seo-Hyeon? Minta dia masak makanan enak lagi buatmu! Agar mood-mu membaik!"
"Kau juga bisa menyatakan perasaanmu sekalian! Agar mood-mu jauuuh lebih bagus!" Kali ini Soo-Ra yang berbicara, membuat dia dan Ah-Na lantas cekikikan.
Sementara itu, Eun-Ji menghentikan langkah. Bibirnya mengerucut. "Yaaa! Kalian ini bisa tidak, sih, serius sedikit?! Aku sedang mengalami kesialan, tahu?!" Lalu, dia mempercepat langkahnya menuju mobil Ah-Na yang diparkir di basement, diikuti Ah-Na dan Soo-Ra yang masih tertawa senang karena menganggap ide mereka barusan sangatlah brilian!
*
Catatan Penulis:
Haiii! Selamat malam! Duh, maaf banget ketinggalan beberapa part dari jadwal post seharusnya. Hiks, ngejar DL naskah lain soalnya...
Tapiii, jangan khawatir. Besok saya post dua part yang ketinggalan itu. Semoga suka dan makin penasaran sama kelanjutan kisah Eun-Ji yah, Gengs!
Daaan, jangan lupa ikuti juga kisah-kisah seru di Memento Series lainnya.
Thank you! ;)
Regards,
Pia
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top