19

Chapter 19 : Tracking

Zayn Malik memejamkan mata dan terus mengelus punggung gadis yang tengah menangis keras di pelukannya tersebut. Taylor menangis sejak tadi dan Zayn tak dapat berbuat banyak.

Ketika mobil yang Zayn kendarai berhenti di depan apartemen sederhana tempat Harry tinggal, Zayn dan Taylor segera masuk dan mendapati apartemen Harry yang sudah kosong melompong. Keduanya bertanya pada petugas keamanan dan petugas itu mengatakan jika Harry sudah pindah sejak kemarin. Petugas itu tak tahu ke mana pemuda itu pindah.

Taylor mencoba menghubungi pemuda itu dan tak ada jawaban sama sekali dari Harry. Taylor bahkan mengirimi banyak pesan dan lagi-lagi tak ada balasan dari Harry. Pemuda itu pergi tanpa meninggalkan jejak atau memang sengaja ingin menghilang.

"Apa yang harus kulakukan sekarang? Kenapa aku sebodoh ini?"

Zayn membuka mata dan menghela napas. Tangannya yang semula melingkar di punggung gadis itu beralih menuju ke kepala Taylor dan mengelus bagian belakang kepalanya dengan lembut.

"Tenanglah. Jangan panik, mengerti?"

Taylor hendak mendorong Zayn dan Zayn menahan tubuh gadis itu agar tetap berada di pelukannya. Taylor masih menangis dan dia benar-benar tak tahu harus berbuat apa.

"Aku akan mengantarmu pulang."

Taylor menggeleng. "Aku tak mau pulang sekarang."

Zayn menghela napas. "Kalau begitu, aku akan memesan kamar hotel untukmu. Aku akan bilang ke orangtuamu jika kau bersamaku."

Taylor mengangguk dan Zayn sama sekali tak melepaskan pelukannya.

"Err... Zayn?"

"Ya?"

"Kau memelukku terlalu erat, membuatku kesulitan untuk bernafas."

Mendengar perkataan Taylor, Zayn melepaskan pelukannya dan Taylor terkekeh geli, mengusap air mata di pipinya. Gadis itu menyeringai melihat Zayn yang diam, seperti salah tingkah.

"Aku suka dipeluk olehmu. Sangat hangat dan aroma tubuhmu sangat membuatku merasa senang."

Zayn memutar bola matanya. "Sudahlah. Berhenti menggodaku di keadaan seperti ini."

"Aku jujur, tahu!"

*****

Zayn menatap gadis yang tampak tertidur pulas di ranjang, terlihat sangat tenang dan damai. Zayn melipat tangan di depan dada, matanya tak beralih dari wajah tertidur Taylor. Gadis itu hampir menangis seharian hanya karena pria bernama Harry Styles tersebut.

Mengingat nama pria itu, Zayn melangkah ke luar dari kamar dan mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Zayn menghubungi seseorang dan menunggu, sampai balasan dari seseorang itu terdengar.

"Selamat malam, Mr. Malik."

Zayn menyandarkan punggung pada dinding sebelum memejamkan mata. "Bagaimana tentang pria itu?"

"Dia sudah pergi dari apartemennya kemarin."

"Aku tahu. Tapi bagaimana bisa dia pergi? Kau sudah menyelidiki semuanya? Seperti latar belakang dan lain-lain? Apa kau tak mengawasinya dengan baik?" Tanya Zayn.

"Dia juga mengajukan surat pengunduran diri ke tempat kerjanya. Besar kemungkinan, dia tak lagi berada di London."

"Kalau begitu, aku ingin informasi tentang alamat pria itu besok." Zayn memerintah.

"Akan kuusahakan, Mr. Malik."

Tanpa mengucapkan apa-apa lagi, Zayn mengakhiri panggilan dan mendongakkan kepala dengan mata terpejam. Kepalanya pusing memikirkan hal-hal seperti ini. Seperti bukan sesuatu yang dapat diselesaikan.

Zayn membuka mata dan menegakkan tubuhnya. Pemuda itu melangkah masuk kembali ke dalam kamar dan sedikit terkejut saat mendapati Taylor yang nyatanya sudah terbangun dengan mata sayu. Gadis itu menyadari keberadaan Zayn dan tersenyum tipis.

"Hei, sudah berapa lama aku tertidur?" Tanya Taylor yang sudah berada dalam posisi duduk.

Zayn melirik jam yang tergantung di dinding. "Baru satu jam."

"Kau membawaku ke sini? Aku berat, tahu!"

Perkataan gadis itu membuat Zayn tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Zayn berjalan mendekat dan tiba-tiba mengacak rambut pirang Taylor, membuatnya meringis kesal.

"Aku sudah menghubungi orangtuamu dan orangtuaku. Kau bisa tidur nyenyak di sini, di kamar hotel ini tanpa perlu berbohong lagi membawa namaku."

Taylor mengerucutkan bibir. "Kenapa harus diingatkan?"

"Sudahlah. Tidur dan beristirahatlah. Aku sudah mengambil cuti sampai pertunangan kita selesai. Jadi, mungkin besok kita akan membantu orangtua kita mempersiapkan segalanya." Zayn duduk di tepi ranjang, matanya tak beralih dari gadis berambut pirang dengan iris bak batu safir itu.

"Kita?" Taylor mengangkat satu alis dan memasang senyuman menggoda.

Zayn memutar bola matanya dan bangkit berdiri. "Istirahat, mengerti?" Zayn memberi perintah tegas yang membuat Taylor terkekeh geli.

"Lalu, kau tidur di mana?" Taylor mencoba mengalihkan pembicaraan.

Zayn membungkuk dan menarik bed cover yang ada di bawah ranjang Taylor. "Aku tidur di sini." Zayn berkata sebelum menjatuhkan tubuhnya di bed cover tersebut.

Pemuda itu menatap lurus ke langit-langit sampai Taylor menatap ke arahnya dari atas ranjang. "Akhir-akhir ini kau sangat baik padaku."

Zayn menoleh. "Benarkah?"

Taylor mengangguk. "Jika kau terus seperti ini, aku bisa benar-benar jatuh cinta padamu, Zaynie. Oh my God, no!" Taylor beralih dan telentang di atas ranjang dengan tangan menutupi wajahnya.

Zayn hanya terkekeh dan menggeleng-gelengkan kepala sebelum melipat tangan di belakang kepala, menjadikan tangan itu sebagai bantalan.

Baru ingin memejamkan mata, tiba-tiba saja Zayn harus bangkit karena terkejut saat Taylor melempari wajahnya dengan bantal, guling dan selimut. Zayn ingin memprotes gadis itu, tapi dia sudah memasang wajah polos sambil tersenyum manis.

"Have a nice dream, Zaynie."

Kemudian, gadis itu kembali ke ranjang dan mulai mencari posisi nyaman untuk tidur. Zayn menghela napas dan memposisikan bantal, guling dan selimut yang Taylor lemparkan kepadanya tadi.

Pemuda berambut hitam pekat itu baru saja benar-benar ingin tertidur saat ponselnya bergetar menandakan adanya pesan masuk sekaligus pengganggu kedua yang menghalanginya untuk tidur. Pengganggu pertama tentu saja seorang gadis yang memang sangat senang mengganggunya bernama Taylor Swift.

Zayn membuka locksreen ponselnya dan mendapati pesan masuk baru dari salah satu pria kepercayaannya yang saat ini Zayn berikan tugas untuk mencari tahu tentang seorang Harry Styles.

Dia terbang ke Los Angeles tadi pagi, pukul 7.

Zayn melotot. Los Angeles? Apa yang dilakukan pemuda itu di Los Angeles?

Dengan cepat, Zayn mengirim balasan kepada pria kepercayaannya tersebut: Pesan tiket ke Los Angeles dan terus selidiki dia. Informasi sekecil apapun, sampaikan kepadaku.

Zayn tak mengenal pria bernama Harry Styles itu dan tak ada niat sedikitpun untuk mengenalnya. Tapi saat ini, pria itu sangat dibutuhkan. Setidaknya, Taylor yang membutuhkan pria itu. Ditambah lagi dengan janin yang ada dalam rahim Taylor. Hei, apa dia mau sembunyi tangan dan lari dari kecerobohannya sendiri? Apa dia tak pernah menggunakan kondom saat berhubungan seks? Apa dia juga tak sadar jika hubungannya dan Taylor benar-benar tak aman?

Jangan katakan dia tak mau bertanggungjawab atas hal ini karena Zayn akan terus mencari pemuda itu sampai pemuda itu buka suara dan tahu apa yang harus dia lakukan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top