15

Chapter 15: Edward Twist

"Taylor?"

Pemuda berdarah Pakistan-Eropa itu berdiri tegap, dengan satu alis yang terangkat mendapati seorang gadis pirang yang kini berdiri di hadapannya, tampak tersenyum lebar seperti biasa.

Taylor melambaikan tangan. "Selamat malam, Zayn."

Zayn berpikir sejenak sebelum menatap ke lain arah, berusaha memastikan apa yang dilihatnya tadi dan kembali menatap Taylor dengan kening berkerut.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Zayn langsung bertanya, tanpa basa-basi.

Taylor menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal dan menjawab, "Mencari udara segar?"

"Sendirian?" Zayn kembali bertanya dan Taylor mengangguk.

Zayn menggelengkan kepala. "Jangan berbohong padaku. Dengan siapa kau tadi? Aku bersumpah, aku melihatmu berjalan dengan seseorang. Makanya aku berada di sini sekarang."

Tatapan penuh intimidasi Zayn arahkan kepada Taylor. Taylor diam sejenak sebelum kembali tersenyum penuh keceriaan. "Kenapa kau ingin tahu? Sejak kapan kau peduli?"

"Aku serius, Swift! Siapa yang tadi bersamamu?!" Kali ini, Zayn membentak dan Taylor menundukkan kepala.

"Temanku! Aku akan mengaku, baiklah! Dia tinggal di sekitar sini dan aku sering menginap di rumahnya karena...karena aku tak betah di rumah! Kau tak tahu seberapa sering orangtuaku memintaku untuk melakukan apa yang mereka inginkan!" Gadis pirang itu mengangkat wajah dan menatap Zayn tajam.

Zayn mengangkat satu alisnya. "Temanmu seorang pria? Kau menginap di rumah seorang pria? Kau pasti bercanda."

Taylor mengatupkan bibirnya. Gadis itu menatap Zayn dengan tatapan yang Zayn tak pernah lihat sebelumnya. Terlihat sangat dingin dan mengintimidasi.

"Kenapa kau bertanya? Apa pedulimu? Bukankah kau yang mengatakan terus-menerus jika kau tak akan menyukaiku?"

Zayn tersenyum sinis. "Ya, memang. Tapi apa kau tak sadar? Selama kau berbohong, kau terus melibatkanku ketika memberi penjelasan kepada orangtuamu. Aku tak tahu bagaimana reaksi mereka jika tahu putri kesayangan mereka nyatanya tidak bersama seorang pria yang sangat mereka percayai?"

"Zaynie, kau mengancamku?"

"Don't Zaynie me! Beritahu aku siapa pria itu?!" Zayn membentak lagi, penuh penekanan.

Taylor menggelengkan kepala. "Aku tak ak—,"

Perkataan Taylor terpotong saat tangan Zayn secara tiba-tiba mencengkram pergelangan tangan Taylor. Taylor meringis dan Zayn berteriak cukup keras kepadanya, "Beritahu aku siapa yang bersamamu tadi?!"

"You're hurting her, Bastard!"

Taylor menganga saat tiba-tiba tubuh Zayn terdorong ke depan hingga jatuh begitu saja. Yang membuat Taylor tambah terkejut adalah saat tubuhnya ditarik mendekat dan Taylor baru menyadari siapa yang baru saja memukul Zayn itu.

Harry Styles.

"Har—Harry.."

Zayn menyentuh rahangnya dan mencoba bangkit berdiri. Tatapannya tajam terarah kepada pemuda bertubuh tegap yang berdiri tepat di samping Taylor, merengkuhnya.

"Aku tak mengenalmu." Kalimat itu diucapkan oleh Zayn sambil bangkit berdiri. "Apa itu etikamu untuk memukul seseorang yang bahkan tak kau kenal ataupun mengenalmu?"

Harry memejamkan mata dan Taylor mencengkram lengan jaket yang dikenakannya. "Kau bersikap kasar padanya! Apa kau tak lihat dia kesakitan saat kau mencengkram pergelangan tangannya?!"

"Dia tunanganku. Kau punya masalah dengan itu?" Zayn memasukkan tangannya ke dalam kantung celana, berusaha tenang meskipun dia benar-benar tak tenang dengan pemandangan di hadapannya.

Harry terdiam dan menundukkan kepala. Pemuda itu menarik nafas dan menghelanya perlahan. "Maafkan aku. Aku hanya...dia seperti adik perempuanku. Kau pasti mengerti mengapa aku sangat marah saat kau berlaku kasar padanya."

Perkataan Harry membuat Zayn menenang. Pikirannya langsung tertuju pada saudara-saudara perempuannya. Zayn di kelilingi oleh wanita dan tentu saja Zayn sangat protektif kepada saudara-saudara perempuannya.

Zayn mengangguk. "Aku mengerti. Maafkan aku. Aku hanya...tak bisa mengontrol emosiku."

Zayn melangkah mendekat dan mengulurkan tangan di hadapan Harry. "Aku Zayn Malik. Tunangan Taylor."

Taylor memberi tatapan kepada Zayn penuh tanda tanya dan Zayn hanya mengangguk kecil. Taylor beralih kepada Harry yang tersenyum tipis dan menjabat tangan Zayn.

"Edward. Edward Twist."

Edward Twist?

"Aku akan sangat senang untuk mengobrol banyak denganmu, Edward. Tapi untuk sekarang, izinkan aku membawa tunanganku kembali ke rumahnya. Sudah malam dan orangtuanya pasti akan mencarinya." Zayn memberi isyarat kepada Taylor untuk mendekat dan Taylor menurut.

Harry mengangguk. "Aku mengerti. Tapi kuharap kau bisa menjaganya dan mungkin memberi tempat bermalam untuknya, sehingga dia tak perlu datang ke tempatku hanya karena dia merasa tak nyaman di rumah."

Zayn mengangguk. "Terima kasih atas bantuanmu, Edward."

Setelah itu, Zayn menggenggam tangan Taylor dan membawanya melangkah menjauhi tempat tersebut, menjauh pria asing yang benar-benar mencurigakan itu.

Zayn membukakan pintu mobil untuk Taylor dan Taylor segera masuk ke dalam. Tak lama kemudian, Zayn masuk dan langsung menyalakan mesin mobil sebelum sempat dia mengenakan sabuk pengamannya.

"Apa kau pikir aku bodoh dan percaya dengan kau dan pria itu?"

Zayn memecah keheningan antaranya dan Taylor yang menatap ke luar kaca, dengan wajah datar yang benar-benar tak seperti dia yang biasanya.

"Aku tahu."

Jawaban Taylor membuat Zayn terkejut. Zayn menekan pedal rem dan membuat mobilnya berhenti di tepi jalan kota London yang untungnya tak ramai.

"Aku akan menyelidiki semuanya, kau tahu?"

Taylor menggeleng, masih tak menatap Zayn. "Tak perlu melakukan penyelidikan. Kau bisa bertanya apapun kepadaku, aku akan menjawab dengan jujur. Setelah itu, kumohon, menjauhlah darinya. Jangan libatkan dia dalam apapun." Taylor beralih menatap Zayn lekat.

Iris biru dan iris cokelat bertemu. Zayn memejamkan mata dan membukanya untuk menghindari tatap mata dengan Taylor.

"Aku akan mengantarmu pulang," Zayn mulai melajukan mobilnya menjauh.

Tak ada lagi percakapan di antara mereka, bahkan sampai tiba di kediaman Swift. Zayn tak mengatakan sepatah katapun kepada Taylor dan benar-benar menghindari tatap mata dengan gadis itu.

Taylor menghela nafas. "Zayn, ak—,"

"Aku tak pernah mempermasalahkan apapun, Taylor. Aku tak pernah peduli siapa pria itu dan apa hubungannya denganmu. Tapi aku benci melihatmu berbohong hanya untuk menyembunyikannya." Zayn menoleh dan menatap Taylor lekat.

Taylor menggigit bibir bawahnya. "Maafkan aku."

Zayn mengangguk dan mengalihkan pandangannya. "Aku mengerti. Lagipula, ini bukan hakku untuk marah. Maaf telah mengatakan padanya jika kau adalah tunanganku. Kau dan aku bahkan sangat jauh dari kata itu."

Taylor menundukkan kepala tak merespon apapun.

"Selamat malam dan tidur yang nyenyak, Taylor. Lupakan apa yang terjadi tadi. Sampai berjumpa besok di kantor dan jangan terlambat lagi,"

Taylor tersenyum tipis dan mengangguk. "Terima kasih, Zaynie. Selamat malam dan tidur yang nyenyak. Sampai berjumpa besok."

Taylor membuka pintu mobil dan melangkah memasuki kediaman Swift. Mata Zayn mengikuti pergerakan gadis itu sebelum menghilang saat pintu gerbang kembali tertutup.

Zayn menundukkan kepala dan memejamkan mata.

How could I get this kind of feeling...again?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top