07
Chapter 7: Annoying
Tak terasa, hari demi hari berlalu begitu saja. Bahkan, kini Zayn sudah sangat terbiasa dengan kehadiran sosok asistennya yang bahkan jauh lebih cerewet dan mengatur daripada dia. Sudah seminggu berlalu sejak hari pertama Taylor datang dan mengaku sebagai asisten baru Zayn. Meskipun itu pengakuan yang berdasarkan fakta.
"Hari ini, kau meeting dengan CEO dari Dianne's Group pukul 12 siang, sambil makan siang membahas tentang proyek kerjasama membangun jembatan penyebrangan di Manchester." Taylor menjelaskan kepada Zayn yang bahkan baru saja menginjakkan kaki di ruangannya.
Zayn menghela nafas. "Aku tahu. Kalau begitu, kau ikut denganku. Menjadi notulis lagi." Pemuda itu melangkah menuju ke bangku kerjanya dan langsung menjatuhkan bokongnya di sana.
Sementara Taylor yang berdiri menatapnya mengerucutkan bibir. "Tidak, tidak. Aku tidak mau jadi notulis lagi. Membosankan hanya mendengarkan pembicaraan kalian, tanpa dilibatkan sama sekali. Jadi, tidak dan terima kasih."
Siapa karyawan yang berani memprotes perintah yang diberikan atasannya? Hanya seorang Taylor Swift, yang terlihat jelas.
Zayn memutar bola matanya. "Sebenarnya, yang atasan di sini kau atau aku?"
"Kau." Taylor menjawab polos.
"Kalau begitu turuti perintahku!" Zayn menggebrak meja, membuat Taylor terlonjak terkejut.
Zayn menatap gadis itu tajam dan Taylor masih diam hingga beberapa saat kemudian, gadis pirang itu terkekeh geli dan ini yang membuat Zayn tak mengerti. Kenapa dia tertawa saat sedang dibentak?
"Kau pasti tidak mau jauh-jauhan dariku, kan? Baiklah, aku mengerti. Aku akan ikut dan menjadi notulis untukmu, my Zaynie." Taylor berkata sambil mencoba tersenyum semanis-manisnya.
Zayn memejamkan mata dengan tangan yang mengepal. Sungguh, gadis ini selalu berhasil membuat tekanan darah Zayn meningkat dengan ucapan anehnya yang kelewat percaya diri itu.
"Kau bisa ke luar sekarang. Aku sibuk." Zayn kembali memberi perintah, berusaha menahan emosi.
Taylor terkekeh geli. "Baiklah, Mr. Malik. Aku ke luar. Sampai bertemu nanti, Zaynie."
Bahkan, Taylor masih sempat mengedipkan mata kepada Zayn sebelum melangkah ke luar dari ruangan. Zayn akan terus bertanya, apa yang ada di otak gadis itu.
*****
Pertemuan dengan CEO Dianne's Group memakan waktu yang cukup lama. Ditambah lagi, Zayn harus melakukan penawaran mati-matian mengenai biaya yang akan dikeluarkan selama proyek nanti. CEO Dianne's Group benar-benar orang yang cerdas dan perhitungan. Zayn tak menyangka, dia hampir menghabiskan empat jam hanya untuk melakukan negosiasi dengan CEO tersebut.
Tentu saja Zayn tak sendiri. Selama Zayn melakukan negosiasi, yang Taylor lakukan adalah mencoba untuk mendengar dengan baik, mata terbuka dan mencatat hal-hal penting yang menjadi kesepakatan keduanya. Ini adalah hal paling membosankan yang pernah Taylor lakukan, menjadi notulis.
"Apa kau ingin langsung pulang atau kembali ke kantor? Karena kau sudah menjadi anak baik hari ini, aku akan mengantarmu."
Zayn menawarkan sambil berjalan ke luar dengan Taylor yang berjalan di sampingnya. Taylor nyengir lebar. "Kau benar-benar menawarkanku tumpangan?"
Mendengar respon itu, Zayn memutar bola matanya dan mengalihkan pandangan ke langit yang tampak mulai menggelap. Tanpa balik menatap Taylor, pemuda tampan itu berkata, "Nah, kau baru saja menghancurkan niat baikku. Kau naik taksi saja. Aku ingin langsung pulang."
"Hei! Apa-apaan itu?!"
Taylor memprotes namun, Zayn mengabaikan gadis itu dan melangkah menuju tempat di mana mobilnya terparkir. Zayn langsung masuk ke dalam mobil, menyalakan mesin dan melajukan mobil menuju pintu ke luar restoran, mencoba mengabaikan fakta jika dia baru saja meninggalkan seorang gadis di restoran saat malam mulai datang.
Butuh waktu nyaris satu jam sampai mobil yang Zayn kendarai tiba di jalan dekat rumahnya. Zayn benar-benar ingin beristirahat saat ponselnya bergetar, menandakan adanya pesan masuk. Zayn menepikan mobilnya baru membaca pesan tersebut.
Pemuda itu menelan saliva. Sial. Pesan masuk itu berasal dari Andrea Swift atau adalah ibu dari Taylor Swift yang merupakan gadis yang dijodohkan dengannya.
Zayn, Taylor bersamamu, kan? Hanya ingin memastikan meski aku percaya 100% kepadamu.
Zayn memejamkan mata dan menghela nafas. Aku meninggalkannya di restoran yang berjarak cukup jauh dari ini dan bagaimana mungkin Andrea percaya padaku saat dia bahkan tak mengenalku? Sialan.
Buru-buru, pria itu mencari kontak nama Taylor di ponselnya, tapi dia teringat jika dia bahkan tak menyimpan nomor ponsel gadis itu, meski Taylor sudah beberapa kali menghubunginya langsung dari ponsel.
Zayn membuka riwayat panggilan dan mencoba mengingat-ingat mana yang merupakan nomor ponsel Taylor, sampai akhirnya Zayn menghubungi nomor yang diingatnya tersebut.
Pria tampan itu menunggu beberapa saat namun, tak kunjung ada balasan dari sana. Zayn berdecak. Kenapa gadis ini sangat menyusahkan, sih?!
Nomor ponsel Taylor benar-benar sulit dijangkau. Akhirnya, dengan pasrah Zayn memutuskan untuk memutar balik mobilnya dan melangkah kembali menuju ke restoran, dengan satu tangan yang mencoba membalas pesan dari Andrea.
Dia bersamaku. Kuharap, kau tidak keberatan jika aku akan mengantarnya pulang sedikit lebih malam. Kami ingin bersenang-senang.
Mobil Zayn kembali terparkir di halaman parkir restoran yang ditinggalkannya beberapa jam lalu. Pemuda itu tak langsung ke luar, melainkan langsung mengambil ponsel dan mencoba kembali menghubungi Taylor. Tapi sialnya, gadis pirang itu masih tidak memberi tanggapan sama sekali.
"Come on! Kenapa kau sangat menyusahkanku?!"
Zayn memutuskan untuk langsung mengirimkan pesan kepada Taylor, sebelum melangkah ke luar dari mobil dan bertanya kepada pelayan restoran.
Answer my call, Stupid!
Mata karamel pemuda itu berkeliling mencoba mencari Taylor, tapi tak didapatinya Taylor. Di sudut manapun.
Jangan katakan, dia sudah pulang dengan taksi dan mungkin sekarang sampai di rumahnya? Jika itu benar, sungguh...
Zayn memejamkan mata, menahan amarah sebelum mulai menghubungi Andrea. Zayn menunggu sampai akhirnya, suara ceria Andrea terdengar.
"Zayn! Bukankah sudah kukatakan? Aku sangat percaya padamu, tak usah menghubungiku jika itu akan mengganggu waktu bersama kalian."
Andrea langsung berkata tanpa henti dan Zayn tercengang. Gadis itu benar-benat belum pulang?
Jika dipikir-pikir, seharusnya dia sudah sampai di rumah sejak satu jam lalu, bersamaan dengan sampainya Zayn di daerah rumahnya. Lagipula, jarak rumah Zayn lebih jauh dan jalanan terlihat lenggang.
"Zayn! Kau masih di sana? Aku tidak mendengar suara Taylor. Di mana kalian sekarang?"
Suara Andrea menarik Zayn ke dunia nyata sebelum akhirnya pemuda itu menjawab asal, "Dia sedang di toilet, Andrea. Kami sedang...um, makan malam? Sebentar lagi aku akan mengantarkannya pulang."
"Ah, baiklah. Tak usah terburu-buru juga. Masih pukul 8 dan kalian masih dapat bersenang-senang. Aku tak keberatan."
"Err, baiklah. Maaf sudah mengganggumu, Andrea. Selamat malam."
Tanpa menunggu balasan dari Andrea, Zayn sudah mengakhiri panggilan. Pemuda itu menghela nafas dan menatap sekeliling sebelum kembali mencoba untuk menghubungi Taylor.
Beruntung, kali ini Taylor mengangkat panggilan dari Zayn, dengan nada cerianya.
"Zaynie! Kau benar-benar menghubungiku? Oh my God!"
Zayn memutar bola matanya. "Di mana kau sekarang?!" Zayn bertanya keras.
"Aku? Kenapa? Kau merindukanku? Ah, aku mengerti."
"Aku serius! Di mana kau sekarang?!"
Zayn dapat mendengar kekehan Taylor menjawab, "Hampir sampai rumah."
Pemuda itu menghela nafas lega. "Ibumu menghubungiku tadi. Jika dia bertanya, bilang saja kau makan malam denganku dan aku yang mengantarmu pulang. Mengerti?"
Lagi, Zayn dapat mendengar kekehan Taylor sebelum tergantikan oleh suara gadis itu. "Mengerti, Boss. Ada lagi yang ingin kau sampaikan?"
"Tidak. Sampai jumpa."
Kemudian, Zayn mengakhiri panggilan begitu saja. Menyusahkan saja!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top