Illegirl

[...]

Dan Bi menatap sinis pria di depan nya. Siapa lagi kalau bukan Namjoon? Gara-gara pria itu, ibunya jadi salah paham.

Ibunya kira Namjoon adalah pacar Dan Bi. Itu semua karena Namjoon yang ketiduran di rumah nya.

Masalahnya makin liar karena ibunya mengajak Namjoon untuk makan malam keluarga. Keluarga kecil tak masalah, ini keluarga besar.

Bahkan kakek dan neneknya juga ikut. Kakak sepupu yang tinggal di London juga begitu, ia rela pulang.

Sekarang, mereka berdua sedang keluar rumah. Tentu saja, untuk memarahi Namjoon.

Mereka berhenti di pusat perbelanjaan di daerah Myeondeong.

Namjoon bahkan lelah mengikuti Dan Bi yang berjalan nya sangat cepat. Wanita itu tak tau ingin kemana.

"Gara-gara kau, ibu jadi salah sangka," Kesal Dan Bi.

"Aku kan sudah minta maaf."

Dan Bi hanya menghela nafas, setelahnya ia kembali berbicara.

"Aku akan memaafkan mu untuk hal ini, jika kau ingin menjadi partner ku untuk lomba itu."

Dan Bi menunjukkan sebuah restoran ayam di sebrang jalan. Terlihat ramai dan menarik.

Lomba makan dengan hadiah album 7boys. Ia tak fans, hanya saja hadiah itu untuk Ki Ra. Wanita itu sebentar lagi ulangtahun.

Sekarang, mereka sudah duduk di depan tumpukan ayam berbumbu. Sekitaran lima puluh paha ayam disetiap meja. Waktu menghabiskan nya, lima belas menit. Cukup mudah bagi Dan Bi, tapi tak mudah bagi Namjoon.

Bagaimana jika ia menjadi gendut? Mana ada polisi muda yang gendut? Aneh dan malah bisa di tertawakan. Berlari menangkap penjahat dengan perut buncit adalah hal yang paling menggelikan.

Dia sudah berusaha menolak, tetapi Dan Bi malah membesarkan matanya seolah mengancam kehidupan pria itu. akhirnya, dengan terpaksa, ia duduk di depan tumpukan ayam yang siap disantapnya.

Saat seseorang memberi aba-aba mulai, Dan Bi melahap ayamnya tak tanggung-tanggung. Dari semua kontestan, hanya ia yang perempuan.

Dan Bi tak pernah berpikir, bagaimana jika ia gendut? Ayolah, hidup hanya satu kali, tak perlu dipikirkan.

Sedangkan Namjoon masih ragu-ragu. Karena kesal, Dan Bi pun menyumpali mulut pria itu dengan ayam sambil menatap garang.

Namjoon pun hanya bisa pasrah dan memakan ayam berbumbu itu dengan cepat.

Lima belas menit sudah, dan mereka memenangkan perlombaan. Dominan nya, Dan Bi. Hampir memakan tiga puluh potong ayam, sedangkan Namjoon hanya mengelus perutnya yang kenyang.

Namjoon melihat Dan Bi yang menenteng sepaket ayam dan album 7boys. Wajah gadis itu berseri menatap ayam yang dibeli Namjoon.

"Kau suka makan?" Tanya Namjoon saat mereka tiba di halte bus dan duduk.

"Aku suka apapun yang bisa kulakukan."

"Kau sangat menyayangi teman mu ya?"

"Mereka lebih seperti keluarga. Kenapa kau banyak tanya sih? Pikirkan besok bagaimana kau bertemu dengan orangtuaku. Aku tak mau ada kesalahpahaman."

Namjoon berfikir sejenak. Apa yang harus dilakukan nya, ia tidak tau? Bagusnya bagaimana pun, ia tak tau. Jadi benar-benar, apa yang harus dilakukan pria itu?

"Kau masih berhubungan dengan Na Ri? Ku dengar, ia sudah menikah." Dan Bi bertanya sambil menatap sepatu merahnya.

Converse high nya lebih menarik sekarang, ketimbang wajah Namjoon.

"Sudah lama tidak berhubungan."

Dan Bi hanya ber-oh ria. Mereka kembali diam, bergelut dengan pikiran masing-masing.

"Aku selalu penasaran dengan sesuatu," Ucap Dan Bi membuat Namjoon penasaran.

"Apa?" Tanya Namjoon.

"Waktu itu, kau bilang apa ke Yugyeom?"

Awalnya Namjoon diam, tetapi selang beberapa menit ia kembali berbicara.

"Tak banyak. Hanya bilang kalau dia harus meninggalkan mu. Karena, aku menyukaimu."

Dan Bi heran? Bagaimana bisa pernyataan Namjoon membuat mereka berdua putus. Mungkin masih ada yang disembunyikan.

"Tidak ada lagi?"

"Tidak. Aku bahkan masih menyukaimu, sekarang."

Dan Bi tidak mengerti perkataan Namjoon. Abu-abu alih-alih hitam. Tak jelas, hingga membuat hatinya berdetak kencang. ia sudah tak berharap dengan Namjoon, jadi bagaimana bisa hati nya berdetak kencang?

"Tapi, aku tidak."

"Maka dari itu, aku mendekatimu."

Dan Bi diam, mirip dengan tertegun.

"Alasan apa kau menyukaiku?" Tanya Dan Bi.

Namjoon tak tau kenapa ia bisa menyukai Dan Bi, jadi ia hanya diam tanpa berbicara apapun.

"Sudah kuduga. Perasaanmu salah."

Bersamaan dengan ucapan Dan Bi, bus pun datang dan wanita itu meninggalkan Namjoon sendirian di halte bus.

[...]


Hyoji berjalan dengan tergesa-gesa. Sepatu boots coklatnya bahkan bersuara, memenuhi lorong rumah sakit yang sepi.

Ia baru saja mendapat telepon dari kakaknya, ia bilang kalau Yoongi masuk rumah sakit.

Tentu saja Hyoji khawatir dengan pria itu. Akhir-akhir ini, Yoongi bekerja dengan keras. Ia bahkan sampai lupa untuk makan.

Mata Hyoji mengarah ke setiap papan ruangan yang tertempel di atas pintu. Kakinya berhenti di nomor 87 vvip.

Dari balik pintu, ia bisa melihat Yoongi yang tidur. Disana juga ada ibu dan ayahnya yang sedang berbincang.

Hyoji mengetuk pintu membuat ibu Yoongi berjalan membukakan pintu. Wanita paruh baya itu tersenyum kemudian menyuruh Hyoji untuk duduk bersama nya.

"Aku membawakan buah untuk Yoongi, bi."

Hyoji menyerahkan parsel yang berisi macam-macam buah.

"Banyak sekali. Terimakasih, Hyoji."

Hyoji tersenyum. Canggung sekali, apalagi mengingat mereka sudah lima tahun tak bertemu.

"Ibu akan datang besok. Dia tidak apa-apa kan?"

"Katanya dokter demam tinggi. Anak itu susah sekali diatur. Dibawa ke rumah sakit saja tak mau."

Hyoji menatap Yoongi yang terbaring disana, wajah nya pucat, begitu juga dengan bibirnya.

"Bibi dan Paman sudah lama disini? Aku bisa menunggu Yoongi, Bibi harus istirahat."

"Kau tau kan, ji. Ibu Yoongi tak rela meninggalkan anaknya. Ia bahkan rela tak mandi. Paman bahkan tak tahan mencium bau nya."

Hyoji terkekeh pelan. Gurauan Ayah Yoongi membuatnya mendapatkan cubitan di perut.

"Aku percayakan kepadamu. Sebentar lagi jadwal nya makan malam. Jangan lupa paksa dia untuk makan."

Hyoji mengangguk. Kali ini, ia benar-benar akan memaksa Yoongi untuk menghabiskan makanan nya.

Selama sejam, wanita itu hanya menghabiskan waktunya dengan membaca novel dan menonton televisi. Sungguh, Hyoji rasa nya ingin mati-karena bosan--

Hyoji menghampiri Yoongi yang sudah terbangun. Mata pria itu bahkan kembali memejam.

"Kau sejak kapan disini? Sudah lama?" Tanya Yoongi.

"Sejam yang lalu. Ayo makan."

"Aku tidak mau makan. Makanan rumah sakit tak enak."

Hyoji menatap kesal Yoongi. Sejak kapan pria itu jadi pemilih.

"Kau tidak lapar? Nanti kau makin sakit."

"Aku tidak suka makanan rumah sakit. Pahit."

Hyoji meletakan kembali buburnya, is mengacak pinggang.

"Siapa yang bilang, makanan rumah sakit tak enak?"

"Eh.." Yoongi tampak berfikir. Tentu saja makanan rumah sakit tetap enak. Ia sudah beberapa kali makan di rumah sakit. Tetap saja rasanya enak, yah kecuali jika kalian makan bubur saja.

"Cepat habiskan. Kau tidak kasihan dengan sup ayam mu? Mereka tampak enak, Yoong."

Hyoji kembali membawa nampan silver tersebut, kemudian duduk di pinggiran bangsal.

"Hanya beberapa suap ya?" Tawar Yoongi yang dijawab dengan gelengan oleh Hyoji.

"Tidak. Makan ini sampai habis, atau aku benar-benar tak akan melihatmu lagi. Eh, salah.. Maksudku, kau tidak bisa melihatku lagi."

Yoongi mendengus kesal, kemudian dengan berat hati ia mengangguk.

Hyoji menyuapi sesendok nasi bersama dengan daging ayam dab sepotong kecil kentang.

"Blek, sumpah tak enak." Yoongi hampir saja memuntahkan nya. Untung saja, Hyoji cepat-cepat memberinya air putih.

Hyoji mengkerutkan dahinya. Benarkah, sup nya tak enak? Ia jadi penasaran kemudian mencoba nya sedikit.

"Kau bohong. Enak begini, kau bilang tak ada rasa."

"Aku tidak mau makan itu. Untuk mu saja."

Baru kali ini Hyoji sangat kesal dengan Yoongi. Menyebalkan sekali saat ia tak mau makan.

"Kalau begitu makan buah saja? Kau mau buah apa?"

"Apel." Ia berbicara sambil menunjuk apel tersebut.

Yoongi memperhatikan wajah Hyoji. Entah kenapa, belakangan ini, ia selalu membayangkan wajah Hyoji.

Wajah mungilnya, matanya yang tak besar-tak kecil juga-- kemudian bibir yang tipis.

Sial- Yoongi langsung membuang arah pandangan ke lain. Kenapa ia harus melihat bibir Hyoji.

Tok.. Tok

Seseorang mengetuk pintu, dengan cepat Hyoji membukakan nya. Dari balik pintu, ia bisa melihat seorang wanita.

Wanita itu sangat cantik. Tampak seperti artis--atau memang artis? Entahlah, Hyoji bahkan sampai kebingungan.

"Yoongi dimana?" Wanita itu langsung menerbos masuk, bahu wanita itu menabrak keras bahu Hyoji.

Hyoji bisa melihat bagaimana centilnya wanita itu. Ia bahkan mencium pipi Yoongi. Yang membuat Hyoji kesal adalah, Yoongi sama sekali tak marah-risih--

Apa dia pacarnya?"

Hyoji bertanya-tanya. Bahkan pertanyaan nya, membuat hati nya sakit. Melihat mereka, lama-kelamaan bisa membuat mata dan hati sakit.

Yoongi-pria itu-- bahkan melupakan Hyoji. Apel yang sebelumnya di kupas oleh Hyoji, diambil alih oleh wanita itu. Bahkan, Yoongi rela menghabiskan buburnya.

Hyoji merasa, ia seperti tak ada. Ia seperti tak berharga, bagi pria itu.

[...]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top