Gamma
[...]
Ki Ra baru saja selesai memberikan segelas kopi untuk Hoseok. pria itu berkunjung ke cafe milik Ki Ra. Katanya, ia ingin bertemu dengan seseorang.
Setelahnya, Wanita itu menoleh saat seseorang memanggil Hoseok dengan embel embel sayang.
Wanita itu sedikit menyenggol bahu Ki Ra membuat nya hampir berdecak kesal. Ia tidak membaca raut wajah Hoseok, karena sibuk memperhatikan wanita yang baru saja datang itu.
“Hei, bukankah kau Ki Ra? Kau kan wanita yang sudah menyia-nyiakan Hoseok Oppa.”
Wanita itu berbicara dengan Ki Ra. Nada nya seperti mengejek. Kalaupun ada segelas kopi panas lagi, ia pasti sudah menyiramkan nya untuk wanita itu.
“Kau masih mau bertemu dengan nya, Oppa?”
Astaga, melihat raut wajahnya saja membuat Ki Ra jijik. Manja dan terlalu berlebihan. Hoseok tidak mungkin berpacaran dengan wanita seperti dia.
Hoseok hanya diam kemudian sedikit menyuruh wanita itu untuk diam. Kenapa juga dia tau masalah Ki Ra dan Hoseok?
“Bukan hanya Hoseok Oppa yang kau sakiti. Oppa ku juga kau sakiti.” Lagi-lagi gadis itu menatap Ki Ra seolah akan terjadi perang.
Sedetiknya, ia menatap keluar jendela kemudian menghela nafas. Siapa pula, Oppa nya?
“Kau pasti tidak mengingatnya. Wonwoo Oppa. Kau memutuskan nya hanya untuk pria lain kan?”
Wanita itu kini bertanya, membuat Ki Ra sedikit melebarkan matanya. Maksudnya apa lagi, mereka putus memang merasa tidak cocok.
Apa gadis ini berusaha untuk menjelek-jelek-kan nya?
“Jangan sok tau ya, bocah.” Setelah mengucapkan kalimat itu, ia pergi dari hadapan mereka berdua.
Kenapa ia jadi tidak suka melihat Hoseok dengan pacar manja nya itu?
Ia hanya bisa mengintip mereka dari dapur. Celah jendela membuat pengintaian nya berjalan lancar.
Adegan nya sangat melebihi drama. Wanita itu sangat manja. Hoseok bahkan tak bisa menikmati kopi nya. ia memasang wajah sok imutnya membuat Ki Ra hampir memuntahkan seluruh isi perutnya.
Tapi entah kenapa, secara tiba-tiba, ia menyadarkan dirinya sendiri. Kalau sebenarnya, yang dikatakan adik Wonwoo memang benar.
Dia tak pantas lagi bertemu Hoseok. Wanita itu beranggapan kalau ia jadi tak tau malu. Bahkan menurutnya, kata teman itu tak pantas untuknya.
Kenapa bisa ia termakan oleh ejekan adik Wonwoo? Sial
[...]
Han Na duduk di cafe yang terletak di depan kantor SBS. Ia menatap keluar jendela. Pikiran nya bergelut, memenuhi memori nya.
Kenapa bisa Taehyung mengambil naskah drama nya?
Itu yang sedari tadi ia pikirkan. Bukan apa, hanya saja itu terlalu aneh untuk nya.
Ia mengalihkan pandangan ke tiga gelas kosong di depan nya. tidak ada kafein di gelas tersebut. Kosong sudah karena ia sudah menghabiskan nya sejak dua jam yang lalu.
Wanita itu bahkan tidak mendengar suara kursi berderit di depan nya, menandakan seseorang menduduki kursi kosong di depan nya. ia masih terus menatap kosong ke arah gelas tersebut.
Barulah ia sadar, saat orang yang duduk di depan nya itu, mengetuk meja hingga membuat nya tersadar. Ia menatap orang itu ter-pongo.
Kenapa bisa Taehyung berada di depan nya? sejak kapan? Hanya itu yang ada dipikiran nya, saat ia ter-pongo.
“Melamun?” Tanya pria itu membuat Han Na menggeleng.
“Naskah mu bagus. Jadi jangan salah paham,” Ucap Taehyung.
“Arra, kenapa kau duduk disini?”
“Kau hanya mirip dengan seseorang?” Han Na jadi heran sendiri.
“Pardon?”
“Kau mirip dengan seseorang. Dia mantan ku, mantan pertama ku dan aku masih mencintai nya. bahkan marga mu sama dengan mantan ku.”
Taehyung berbicara panjang lebar sambil tersenyum. senyum kotak nya sangat dirindukan Han Na.
Taehyung berbicara seolah-olah ia sedang bercerita tentang isi film Alice in the Wonderland yang ia tonton bersama Taeri.
Han Na pun tak mengubris ucapan Taehyung.
“Taeri bilang ia merindukan mu.”
Han Na jadi teringat dengan adik kecil nya Taehyung. sekarang pasti ia sudah besar. 8 tahun? Mungkin?
Han Na tetap diam. Ia hanya bisa berteriak dalam hati, agar Taehyung berhenti untuk berbicara dengan bau masa lalu.
“Ibu juga. Ia merindukan mu.”
Taehyung masih berbicara. tentu saja, Han Na juga merindukan Taeri dan Ibu Taehyung. Mereka orang baik, tidak mungkin Han Na melupakan mereka begitu saja.
Han Na sama sekali tak menatap Taehyung. ia tak mau jatuh lagi. Ia masih merasakan sakit, saat ia mengetahui kalau Taehyung masih menyukai Byul.
Hei, Byul itu teman nya. siapa yang tidak sakit, jika pacar kita menyukai teman kita?
Gila, jika ada orang yang tak sakit jika diperlakukan seperti itu.
“Aku juga merindukan mu.” Kali ini Taehyung bergumam, tetapi masih di dengar oleh Han Na.
“Sudah cukup. Kalau kau duduk disini hanya untuk berbicara hal yang tak masuk akal, aku pindah saja,” Marah Han Na. Suara nya tak meninggi sih, hanya merasa jengkel saja.
“Tapi itu semua kejujuran.”
“Tapi, aku tidak perlu itu.”
“Bahkan jika aku menjelaskan sesuatu, tentang hatiku sekarang.”
“Berbicara sekali lagi, aku akan pergi,” Ancam Han Na.
Taehyung hanya diam sebentar, “Beri aku satu kali penjelasan, dan aku akan benar-benar pergi.”
Ada rasa aneh saat Taehyung bicara seperti itu. Semudah itu kah ia menyerah. Memang tak benar lelaki satu itu. brengseknya, menurut Han Na sangat akut.
Tapi, Han Na tiba-tiba mengangguk kepala nya pelan. Ia memang tak butuh penjelasan nya. ia hanya perlu Taehyung pergi.
Ya, jika memang ia bisa.
[...]
Vote
.
.
Comment
.
.
Kiy
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top