Fanta

[...]

Dua kali sudah Hyoji menghela nafas di depan gedung BigHit. Sudah lelah kemarin ia dimarahi ibunya habis-habisan karena tidak mau mengambil tempat makan yang tertinggal di ruang kerja Yoongi.

Hyoji benar-benar akan mengutuk kakak nya. ia juga tidak akan datang ke acara pernikahan kakaknya,  jika kakaknya menikah nanti.

Ia menghentak-kan kakinya membuat bunyi nyaring yang berasal sepatu Oxford nya. rambut panjang nya bahkan bergoyang ke kiri dan kanan karena gerakan nya. cukup sudah ia mengumpat.

Ia memasuki gedung tersebut. Resepsionis nya tersenyum kepada Hyoji, dan wanita itu tentu saja membalasnya. Setidaknya, resepsionisnya sudah tau kalau ia adik dari Jin Young.

Ia menekan bel ruangan Yoongi dengan cepat. setelah bel berbunyi sebanyak tiga kali, ia pun muncul dengan wajah khas bangun tidur.

“Bisa kembalikan tempat makan ku?”

Hyoji tak perlu basa-basi lagi. Ia harus cepat-cepat kembali menjauh dari Yoongi. Ia masih menganggap Yoongi tak suka dengan nya.

“Ambil saja sendiri, disana.” Yoongi menunjuk ke arah lemari dekat ruangan nya.

Hyoji pun langsung masuk dan mengambil tempat makan nya di lemari tranparan yang ditunjuk pria itu.

Dengan cepat pula, ia berjalan ke arah Yoongi yang sedang menutup pintu. Dahi Hyoji mengkerut saat melihat Yoongi mengunci pintu nya.

“Aku sudah selesai, bisa buka kan pintu nya?” Tanya Hyoji.

“Kenapa kita tidak bicara dulu? Kita sudah lama tidak bertemu,” Ucap nya kemudian menguap. Bisa Hyoji lihat kalau Yoongi masih mengantuk.

“Kau mengantuk, tidur sana.”

“Tidak. Aku tidak bisa tidur. Aku mau mendengar kau bercerita, karena aku merindukan mu.” Sungguh, ini bukan tipikal Yoongi. Dasar sok romantis.

Tapi, perkataan Yoongi membuat sisi terdalam nya lemah. Seakan semua mantra, ia menuruti perintah pria itu. ia duduk di sofa kemudian disusuli oleh manusia es itu.

Mereka sempat terdiam. Tentu saja, Hyoji tak tau harus bercerita tentang apa. kenapa juga Yoongi menahan nya?

“Kenapa diam? Ayo bercerita.”

“Cerita apa? aneh.”

“Cerita, kenapa kau dulu menyukai ku.” Nafas Hyoji tercekat begitu saja. Ia tidak tau, bagaimana Yoongi bisa tau.

“Hah?”

“Hahaha. Tidak-tidak, maksudku, ceritakan apa saja, biar aku tertidur.”

Hyoji setidaknya bisa bernafas lega. Aneh rasanya, jika Yoongi tau bahwa ia menyukai nya. atau jangan-jangan Jin Young yang memberitahu?

“Kenapa aku harus membuat mu tidur?” ia tak mengerti kenapa Yoongi berusaha menahan nya.

“Aku tidak bisa tidur.”

Hyoji menghela nafasnya. Pria itu pasti sudah berusaha dengan keras. Yoongi berebahkan tubuhnya di sofa berwarna grey itu, dan menjadikan paha Hyoji sebagai bantal. Sial, detak jantung nya bahkan berkinerja dua kali lebih cepat.

“Tapi, apa kau benar-benar tidak merindukan ku?” Tanya pria itu sambil memejamkan matanya.

“Tidak. Salah sendiri kenapa kau memarahi ku waktu itu.”

“Emosi ku tak bisa dikontrol. Tak ada remote untuk itu.”

Hyoji sedikit memahami pria itu. ya, walaupun separuhnya, ia sangat tidak mengerti.

“Kau tidak tidur berapa hari?” Tanya Hyoji sambil mengusap rambut Yoongi yang berwarna hitam legam itu.

“Hampir dua hari.” Jawaban nya membuat Hyoji kaget. Bagaimana bisa, pria itu bekerja sangat keras?

“Kau boleh tidur sepuasnya sekarang.”

Tangan Hyoji masih di rambut Yoongi. Ia mengusapnya, membuat pria itu sedikit mengantuk.

Ini memang kebiasaan nyonya Min saat ingin membuat Yoongi kecil tidur. Ia bisa merasakan sentuhan yang sama seperti ibunya.

[...]

Dan Bi membuka pintu apartemen nya saat ia mendengar bel nya berbunyi sebanyak lima kali. Siapa malam-malam begini datang berkunjung?

Ia bisa melihat Namjoon yang membawa dua plastik yang entah apa isi nya, ia sama sekali tak tertarik.

“Ada apa?” Tanya Dan Bi sedikit mengintip dari balik pintu.

“Mau makan bersama mu,” Ucap pria itu sambil mengangkat plastik putih yang dibawa nya.

“Aku tidak makan malam-malam.”

“Pokoknya, aku mau makan denganmu.” Pria itu membuka pintu nya lebar-lebar, memberikan tubuhnya masuk ke dalam apartemen dengan mudah.

Hampir saja Dan Bi mengumpat karena Namjoon. Bisa ia lihat, pria itu duduk sambil mengeluarkan apa yang ada di plastik itu.

Ia mengelurkan tteokbokki dan tangsuyuk. Ia juga mengelurkan sebotol soju.

“Kau mau mabuk disini?” Tanya Dan Bi sambil duduk di samping Namjoon. Ia hanya bisa pasrah karena ia tidak mungkin bisa mengusir Namjoon.

“Ini soju?” Tanya Namjoon sambil memperhatikan botol berwarna hijau itu.

Jelas-jelas itu adalah soju, merek nya saja sudah terkenal. IU yang membintangi iklan soju ini.

“Kau pikir apa? kecap?” Tanya Dan Bi kesal. Ia memutar bola matanya jengah.

“Bukan, ku pikir sprite.”

“Namjoon, bagaimana bisa kau menjadi profiler? Menyebalkan, sumpah aku tak mengerti denganmu. Itu soju, bukan sprite.”

“Masa sih? Ku kira, sprite mengganti kemasan nya.”

“Terserah. Aku tidak mau pemabuk berada di rumah ku. jangan kau sentuh soju itu.” Dan Bi merampas soju itu kemudian mengisi nya di kulkas.

“Jadi kau memang sengaja kesini, atau apa?” Tanya Dan Bi sambil melihat Namjoon yang memakan Tteokbokki dengan lahap.

Sesekali, pria itu mencuri Tangsuyuk Dan Bi. Wanita itu juga tak segan-segan menampar lengan pria itu.

“Sengaja.” Dan Bi memutar bola matanya malas. Dasar pria tak jelas.

“Kau mau ikut kencan buta tidak? Aku punya beberapa teman wanita yang cantik. mirip dengan Na Ri juga ada,” Goda Dan Bi.

“Tidak mau. Aku mau berkencan dengan mu saja.”

“Tidak mau. Kenapa aku harus berkencan denganmu?” Tanya Dan Bi.

“Karena aku tampan,” Ucap Namjoon kemudian tersenyum memperlihatkan dimple nya.

“Ya, kau tampan. Tetapi, aku lebih tertarik dengan dimple mu.”

“Kalau begitu, mari berkencan dan aku akan memberikan mu dimple ku.”

“Memang dimple itu kue, yang bisa kau bagi. Dasar gila.”

Pria itu cengengesan kemudian kembali fokus ke makanan nya.

“Sudah makan, langsung pulang. Awas jika kau tertidur disini,” Ancam Dan Bi kemudian masuk ke kamar.

Ia ingin membersihkan tubuhnya. Sekitaran tiga puluh menit, ia keluar kamar dengan piyama bergambar koya.

Ia melongo melihat sampah makanan yang berserakan, dan Namjoon yang sedang tertidur pulas. Baru saja ia mengancam pria itu.

Dan Bi ingin membangun kan Namjoon, tapi setelah melihat wajah pria itu yang kelelahan, ia pun kembali ke kamar dan membawakan bantal dan selimut besar.

“Aku berbaik hati sekarang Joon,” Gumam nya sambil meletakan bantal di kepala belakang pria itu.

Ia menyalakan pemanas ruangan dan menyelimuti sebagian tubuh Namjoon. Setidaknya, pria itu tidak boleh sakit.

[...]

Vomment juseyo

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top