Epsilon

[...]

Ye Ji menenteng plastik berisi bahan makanan yang ia beli di supermarket dekat apartemen nya. Apartemen nya tinggal beberapa pintu lagi. Tetapi, ia berhenti saat melihat Jimin berjalan dengan wajah kesakitan nya.

Ya, entah takdir atau apalah, apartemen Jimin berhadapan dengan apartemen Ye Ji. Wanita itu baru saja tau kemarin malam, saat ia diantar pulang oleh Jimin sesudah berkunjung ke rumah orangtua mereka.

“Kau gangguan pencernaan?” Tanya Ye Ji. Pasalnya, pria itu berjalan sambil memegang perutnya.

Jimin menggelengkan kepala nya pelan. bukan gangguan pencernaan. Ia tadi sedikit terkena pisau saat ingin menangkap penjahat. Sial sekali.

Wanita itu mengangkat paksa tangan Jimin dari perutnya. Bisa Ye Ji lihat, baju putih Jimin terdapat darah. Ya, walaupun tak banyak tetapi cukup membuat Ye Ji keheranan.

“Perutmu kenapa?” Tanya wanita itu.

“Tadi ada sedikit kecelakaan,” Jelas Jimin sambil menekan kombinasi passwordnya.

“Kenapa tidak pergi ke rumah sakit?”

“Kan ada Noona.”

“Aku dokter anak dan kau bukan lagi anak kecil.” Ye Ji masuk ke apartemen Jimin. Baru saja tadi dia ingin minum soju dan Jangjorim.

Jimin duduk di sofa, sedangkan Ye Ji masih mengambil alkohol dan obat merah. Wanita itu meringis saat melihat luka Jimin. Luka nya sedikit mengangga. Bisa Ye Ji tebak, kalau luka nya berasal dari sebilah pisau.

“Kenapa bisa seperti ini?” Tanya Ye Ji sambil mengobati luka Jimin. Sial, kenapa Ye Ji tak bisa fokus? Abs pria itu benar-benar menggiurkan.

“Tadi mengejar perampok, ternyata ia punya senjata tajam. Jadilah, perut indahku diukir seperti ini.” Ia meringis saat Ye Ji menaruh sedikit obat merah ke luka nya.

“Jangan sering membahayakan diri sendiri. Kenapa seorang detektif menangkap penjahat?”

“Woah.. Noona baru saja mengkhawatirkan aku. Aku sedikit terharu.”

“Seharusnya, aku tak bicara seperti itu, chikuso.” Ye Ji sedikit menekan luka Jimin, membuat si empu meringis.

“Noona bicara apa?”

“Apa?”

“Yang tadi, Noona seperti bicara dengan bahasa jepang.”

“Aku mengumpat,” Ucap nya jelas kemudian membersihkan kapas yang berserakan di meja, dan pergi ke dapur.

“Kau sudah makan belum?” Tanya Ye Ji.

“Tadi tak sempat makan,” Ucap Jimin sambil melepas kaos putihnya. Sial, Ye Ji semakin tak kuat melihat perut kotak-kotak Jimin.

“Kenapa kau membuka baju mu? kau tidak menganggap ku disini ya?”
Marah Ye Ji.

Ayolah, perut Jimin memang sungguh menggoda. Bagaimana, jika Ye Ji kalap? Bisa malu dia nanti nya.

“Aku membiarkan luka ku bernafas. Memangnya kenapa? Noona terpesona dengan perut  ku? Noona mau merasakan nya?” Ingin rasanya wanita itu menghajar Jimin. Kenapa bisa ia mengucapkan kalimat mesum seperti itu.

“Dasar mesum, detektif mesum. Akan ku biarkan karena ini apartemen mu, Jim. Jika ini tempat ku, sudah ku tendang kau dari hadapanku.”

Ye Ji kembali ke sosis yang ia potong. Rencana nya, ia akan memakan jangjorim bersama dengan Jimin, malam ini. Ya, hanya untuk malam ini. Setidaknya, ia harus sedikit membantu tetangga nya itu.

[...]

Byul datang sedikit tergesa-gesa ke kedai jajangmyeong yang dulu sering mereka kunjungi. Ia sudah membuat Jungkook menunggu sekitar setengah jam. ia tadi harus memilih beberapa model dalam peragaan busana di Busan nanti.

Ia melihat beberapa interior dari kedai tersebut yang berubah. Tentu saja, Byul sudah tak datang kesini selama lima tahun, wajar jika wanita itu sedikit asing dengan tempatnya.

Dari pintu, ia bisa melihat Jungkook sedang memakan tangsuyuk. Langsung saja, ia menghampiri Jungkook.

“Maaf, aku sedikit telat.” Byul duduk sambil memesan dua jajangmyeong.

“Tidak apa-apa, sunbae. Oh ya, sunbae mau tangsuyuk?” Tawar Jungkook yang dijawab dengan gelengan.

Bisa naik berat badan nya jika makan tangsuyuk dan jajangmyeong dalam waktu bersamaan.

“Sunbae sudah tau, pelaku nya sudah tertangkap. Terimakasih karena telah memberikan rekaman cctv nya.”

“Aneh jika kau berterimakasih kepadaku. padahal, aku tak  melakukan apapun.”

Bersamaan dengan itu, jajangmyeong mereka pun datang. Byul akui, walaupun interior nya berubah, rasa dari mie saus pasta kedelai hitam ini tak pernah berubah. Bahkan rasanya semakin enak saja.

Setelah makan, ia sedikit meneguk air minum nya nya kasar. Rasanya, ia ingin menambah satu porsi lagi. Sayang sekali, karena ia harus menjaga berat badan nya.

“Sunbae, aku ingin bicara sesuatu,” Ucap Jungkook sesudah ia meletakan sumpitnya.

“Bicaralah?”

Jungkook menarik nafasnya dalam, kemudian menghembuskan nya.

“Sunbae, sebenarnya aku-

Meori buteo palkkeutkkaji Hot Issue Ho!🎶
Naemodeungeot hanahana Hot Issue🎶
Moduda Take control...🎶

Ucapan Jungkook terpotong karena ponsel Byul berbunyi. wanita itu mengisyaratkan Jungkook untuk menunggu sebentar dan mengangkat telepon nya.

Seperti yang Jungkook lihat, mereka seperti terlibat percakapan serius dan itu semakin membuatnya gugup dan mengurungkan niatnya.

“Maaf. Tadi kau mau bicara apa, Jung?” Tanya Byul sambil memasukan ponselnya di dalam tas.

“Nanti saja, sebaiknya kita pulang. Angin malam tak bagus untuk wanita,” Ucapnya mengajak Byul pulang.

Sial, kenapa ia selalu gagal dalam menyatakan perasaan nya. padahal tadi timing yang bagus, karena perkataan nya tak tersangkut di tenggorokan.

[...]

Vomment juseyo..

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top