Chi

[...]


Han Na mempoleskan wajahnya dengan makeup, tak mencolok, hanya berguna untuk menutupi wajahnya yang pucat.

Beberapa hari ini, kepala nya jadi pusing memikirkan naskahnya. Kenapa bisa ia bingung dengan ending nya?

Walaupun ia tengah tak enak badan, wanita itu tetap saja ingin ikut kencan buta yang ditawarkan teman se-profesi nya.

Katanya, nanti ada tiga pria. Ia juga mengajak teman satu nya lagi.

Sebenarnya, Han Na malas betul ikut hal yang seperti itu. Tetapi, teman nya memaksa, dan Han Na tak bisa menolak. Teman nya sudah membantu pekerjaan nya.

Setelah siap, ia langsung mengecek lokasinya kemudian berjalan ke arah halte bus. Cafe Mulberry itu sangat jauh dari daerah Namsan-dong.

Kenapa teman nya bisa menyarankan tempat yang sangat jauh dari rumah Han Na?

Han Na pun sampai di cafe tersebut, tepat jam tujuh malam. semuanya sudah menunggu, ia bisa melihat tiga pria dan dua wanita, yang salah satunya teman Han Na.

Wanita itu membungkuk-kan tubuhnya, memberi salam. Kemudian ia duduk di samping teman nya. ia juga meminta maaf karena telat datang.

Han Na tersentak kaget saat melihat pria yang duduk di depan nya. dia—Kim Taehyung—Mantan wanita itu. Lucu sekali bukan? partner kencan buta Han Na adalah mantan nya sendiri.

Takdir apalagi ini? Tidak mungkin Tuhan sejahat ini.

Mereka hanya bisa diam, tidak bisa bicara apapun. Senyum pun tidak ada di wajah mereka. Bahkan sampai mereka keluar dari cafe pun, mereka tak melirik sama sekali.

Lalu, Han Na berjalan ke arah halte dan duduk sendirian—menunggu bus.

Kenapa bisa mereka duduk selama dua jam lebih disana? Bahkan bokong Han Na sudah mati rasa karena terlalu lama duduk.

Han Na membuang arah pandang saat melihat mobil Taehyung yang berhenti di depan nya. dia turun kemudian berdiri tepat di depan Han Na.

“Ayo, pulang,” Ajak Taehyung.

“Tidak mau.” Han Na menggelengkan kepalanya.

“Aku memaksa.” Taehyung memegang pergelangan tangan Han Na, kemudian mengajak nya masuk ke dalam mobil.

“Pasang seatbelt mu,” Perintah Taehyung yang membuat Han Na mendecak kesal kemudian memasangkan sabuk pengaman nya.

“Kau tinggal dimana?” Tanya Taehyung.

“Kau bisa turunkan aku di mana pun.” Han Na memandang keluar jendela. Jawaban Han Na membuat Taehyung menoleh ke arahnya.

“Kalau gitu, aku bawa kau ke apartemen ku saja.” Sontak Han Na menoleh ke arah Taehyung. ia salah bicara lagi.

“Namsan-dong,” Ucap Han Na pelan membuat Taehyung mengangguk.

“Kenapa kau ikut kencan buta?” Tanya Taehyung.

“Tidak apa-apa. hanya dipaksa.”

“Kau tau kenapa aku ikut kencan buta?” Tanya Taehyung dan Han Na hanya menggeleng.

“Karena ingin melupakan Byul?” Jawab Han Na asal dan ragu.

“Aish, bukan. karena aku merindukan mu.”

Han Na hanya pura-pura tak mendengar. Tapi, jujur, jantung nya berdetak dua kali lebih cepat. tidak mungkin perasaan nya kembali lagi.

[...]

Hyoji menghela nafasnya berat saat sampai di gedung BigHit. Kenapa juga ia selalu diperintahkan ibunya untuk mengantarkan sesuatu.

Padahal umurnya sudah menginjak dua puluh tiga tahun. Benar-benar menjengkelkan.

Ia benar-benar malas datang ke kantor kakak laki-laki nya itu. disuruh mengantar makanan pula. Kenapa kakak nya tidak langsung pulang ke rumah saja?

Tidak bermaksud apapun, ia hanya takut bertemu dengan Yoongi. Pria itu, benar-benar sudah membuat hati Hyoji cacat.

Akhirnya, setelah mengatur nafasnya, ia masuk ke dalam gedung BigHit. Ini pertama kalinya Hyoji masuk ke kantor kakaknya. Selama ini, dia selalu menolak untuk datang ke BigHit.

Sekarang saja, ia tak bisa menolak.

Ia menanyakan ke resepsionis kemudian mengikuti wanita yang di depan nya berjalan ke suatu tempat.

Mereka menaiki lift dan berhenti di lantai ketiga. Setelahnya, wanita itu menekan bel di sebuah ruangan dengan label Genius Lab.

Beberapa detik, pintu itu terbuka. Bukan kakaknya yang ia dapati, itu Yoongi. Baru saja ia percaya, kalau ia tak akan bertemu dengan  Yoongi.

“Hyung. Adikmu datang,” Teriak Yoongi.

“Suruh saja dia masuk. Biasa nya, dia juga langsung masuk.” Itu kakak nya yang berbicara, membuat Hyoji mendengus kesal.

Kenapa bisa ia punya kakak se-menyebalkan seperti itu?

Pria itu membukakan pintu nya dengan lebar, memberi Hyoji aksen untuk masuk. Wanita itu menunduk sambil berjalan melewati Yoongi.

Ia masih tak berani menatap mata Yoongi. Pertengkaran lima tahun lalu, masih diingat oleh Hyoji.

Ia ingat kalau Yoongi sebenarnya tak suka dengan nya, ia hanya pura-pura, dan atau apalah itu.

“Ini makanan mu,” Ucap Hyoji pelan.

“Lesu sekali. Kau demam?” Tanya Jin Young.

“Tidak. Aku pulang sekarang ya,” Ucap nya yang langsung dicegah oleh Jin Young.

“Kau tunggu sampai aku selesai makan, aku tak bisa membawa tempat makan ini. Kalau hilang, ibu bisa mengamuk.”

Hyoji menatap malas kakaknya. Sudah dibilang kan, kalau kakaknya  itu menyebalkan.

Tiba- tiba Jin Young berangkat dari duduknya kemudian berjalan keluar.

“Yak! Oppa mau kemana?” Tanya Hyoji.

“Beli minum.”

Hyoji hanya bisa menghela nafas. sekarang, studio Yoongi sangat sunyi. Bahkan, pria itu hanya mengotak-ngatik komputernya tak jelas. Sungguh, atmosfer yang tak enak.

Hyoji masih saja menunduk. Helaian rambutnya menutupi wajah sampingnya. ia mengigit bibir bawahnya karena kebiasaan.

Kenapa bisa ia takut dengan Yoongi, melebihi takutnya ia dengan Chanyeol? Ia bahkan tak tau jawaban nya.

Sudah setengah jam kakak nya tak muncul-muncul, membuat Hyoji kesal sendiri.

Ia meraih ponselnya di tas selempang berwarna hitam itu, kemudian mengirimkan pesan untuk kakaknya.

Dengan cepat juga Jin Young membalas pesan nya. balasan nya benar-benar Hyoji naik pitam.

“Aku sedang makan bersama rekan lainnya.”

“Lalu, bagaimana?”

“Suruh saja Yoongi yang makan. Ia belum makan dari pagi.”

“Kau saja yang suruh. Heol.”

“Aku tau kalian sedang berkelahi. Minta maaf sana.”

“Tidak mau.”

“Kalau begitu, akan kupastikan Yoongi yang minta maaf.”

“Mengarang. Dasar mata kuda nil.”

Langsung saja Hyoji memasukan ponselnya ke dalam tas. ia memainkan kuku nya karena bingung.

Apa yang harus ia lakukan?

Masa iya, Yoongi belum makan dari pagi?” Batin Hyoji sambil melirik diam-diam ke arah Yoongi.

Wanita itu berdiri kemudian meremas tangan nya sendiri. Ia memberanikan diri untuk memanggil Yoongi.

“Yoong, kakak ku bilang, makanan ini untukmu. Aku pulang,” Ucapnya sambil berbalik. Bahkan ia sama sekali tak melihat ke arah Yoongi.

“Kau marah denganku?” Tanya Yoongi yang sukses membuat Hyoji diam. Ia tidak marah, hanya saja takut.

Hyoji menggeleng pelan.

“Kalau begitu, berbalik dan lihat aku.” Yoongi memerintahkan Hyoji.

“T-tidak mau. Aku mau pulang sekarang.”

“Sekali saja. Lihat aku,” Ucap Yoongi tetapi Hyoji tak menghiraukan perkataan nya. ia berjalan ke arah pintu.

Buru-buru, Yoongi mencegah wanita itu pergi dengan cara, menahan gagang pintu nya.

“Lihat aku dulu sebelum kau pulang,” Ucap Yoongi penuh dengan penekanan.

Wanita itu tetap tak berbalik menatap Yoongi. Ia tak mau. Ia terlalu takut menatap Yoongi.

“Kalau begitu. Kau tidak bisa pulang. Tidur saja kau bersama ku disini.”

Sial, ancaman nya membuat Hyoji melemah. Ia menetralkan air wajah nya sebelum terpaksa berbalik.

Gadis itu menatap Yoongi yang tersenyum tipis. Ia menang, sialnya Hyoji kalah. Kalah dengan Yoongi adalah kebiasaan nya.

“Maaf. Aku tak bermaksud memarahi mu, saat itu.” Yoongi benar-benar menyesal.

Semua yang ia ucapkan waktu itu hanya kebohongan. Sebenarnya, ia tak muak dengan gadis itu.

Hyoji kembali menunduk. Ia hanya mengangguk-kan kepala pelan.

“Aku sebenarnya-

“Maaf, tapi aku harus pulang,” Potong Hyoji kemudian berbalik menarik gagang pintu.

Dengan cepat ia keluar dari studio itu. sial, jantung nya berdetak dengan kencang.

Sedangkan Yoongi hanya menghela nafas, kemudian tersenyum tipis saat melihat makanan yang tergeletak di atas meja.

“Akan kupastikan kita bertemu lagi.”

Tentu saja pasti Hyoji akan bertemu lagi. Tempat makanan ibunya sedang bersama Yoongi.

[...]

Vote
.
Comment
.
Kiy

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top