Shots - 31
Yuhuu update lagi❤️❤️
Yuk yuk banyakin komen biar aku rajin update🤗🤗
Lagu apa yang cocok buat Milky - Belva? Yuk tulis😍😍😍
•
•
Milky berlari tergesa-gesa melewati lorong rumah sakit. Seusai pulang kerja Milky mendapat kabar dari Partikel, yang mengatakan Belva dirawat di rumah sakit gara-gara keracunan makanan. Milky panik dan langsung melesat pergi tanpa pikir panjang.
Setelah mengetahui kamar yang dituju, Milky mengetuk pintu sebentar sebelum akhirnya masuk ke dalam kamar inap dengan cepat. Belva tidak sendirian, ada perempuan berambut panjang duduk menemani. Perempuan itu menoleh. Dan Milky tahu kalau perempuan itu adalah Miawly.
"Hei, Milky," sapa Miawly ramah.
"Hai, Kak Mi," balasnya kikuk.
Ini pertama kalinya Milky berpapasan langsung dengan Miawly. Dulu waktu pernikahan Heaven, dia bertemu Miawly saat bersama Pangeran. Cukup aneh menyapa Miawly yang tidak begitu dia kenal seperti ini.
"Mau jenguk Belva, ya?"
"Iya, Kak."
"Anaknya masih tidur, nih. Mukanya masih pucat."
Milky berdiri di sisi lain tempat tidur Belva, memandangi sang kekasih dengan prihatin. Seperti yang diungkapkan barusan wajah Belva pucat pasi. Belva sedang tertidur lelap.
"Partikel nggak ada di sini, Kak?" tanya Milky.
"Partikel lagi pulang ambilin pakaian Belva. Aku tadi yang antar Belva ke rumah sakit. Dia mendadak muntah-muntah setelah kita makan di luar. Pas dibawa ke rumah sakit Belva keracunan makanan." Miawly menjelaskan sambil melihat Belva dengan menggeleng pelan.
"Kasihan juga kalau lagi begini. Tapi katanya Belva udah punya pacar. Kamu tahu nggak pacarnya siapa, Milk? Belva belum cerita sama aku, sih, cuma katanya dia susah payah bisa sama pacarnya. Tumben banget ini anak pacaran nggak bilang-bilang. Masa dia dirawat gini pacarnya nggak datang, sih? Pacar macam apa. Kalah sama mantan gebetan Belva yang udah jenguk duluan," cerocos Miawly.
Mendengar mantan gebetan, Milky spontan bertanya, "Mantan gebetan yang mana, Kak? Kissy, Elektika, atau Candy?"
"Eh? Kamu tahu semua mantan gebetan Belva? Tapi tahu nggak dulu Belva sempat dikenalin sama sepupu suamiku? Mereka pernah jalan sekali, deh."
"Berisik, Ann, berisik," serobot Belva.
Belva terganggu dengan suara nyaring Miawly. Belum lagi soal hal-hal yang dibicarakan. Sudah mengganggu tidur, membeberkan hal yang belum diceritakan pada Milky. Memang ada saja, ya.
"Ye ... kenapa? Milky, kan, bukan pacar lo. Jadi gue nggak perlu tutup mulut. Lagian itu fakta lo sempat kencan buta sama Sekar," ujar Miawly secara blak-blakan.
"Sekar? Sekar Tanujaya, Kak?" tanya Milky.
"Iya, betul. Aktris yang sering main film itu."
Belva berdeham guna memanggil Milky. Saat kekasihnya menoleh, dia tahu Milky ingin mengamuk saat itu juga karena dia belum cerita.
"Kalau Milky ngamuk, lo tanggung jawab, sih, Ann. Nggak mau tahu kudu tanggung jawab," celetuk Belva.
"Milky ngamuk kenapa? Kok––eh, bentar." Miawly melirik Belva. Sahabatnya itu mengangguk seakan paham maksud lirikannya. "Aduh, ternyata kamu pacarnya Belva, ya, Milk? Ya, ampun ... mulutku."
"Iya, Kak." Milky tersenyum kecil. Pandangannya beralih pada Belva yang memperlihatkan senyum meskipun wajah masih pucat. "Dasar, ya, diam-diam banyak gebetan."
Belva nyengir. "Tapi, kan, pacar cuma satu. Kamu aja, nih, Sayangku."
Milky mencibir, "Halah. Alasan."
"Tuh, kan. Lo, sih, Ann. Tanggung jawab," omel Belva.
Miawly nyengir, lalu bangun dari tempat duduknya. "Aduh, gue harus ketemu suami. Sampai ketemu lagi, ya, Milk. Semoga, sih, mantan gebetan Belva nggak jenguk. Soalnya kumpulan mantan gebetan Belva masih suka perhatian sama Belva."
Belva nyeletuk, "Parah banget lo, Ann. Kabur gitu aja. Gue aduin Dan, ya. Lihat aja."
Miawly melambaikan tangan, lalu berlalu dengan cepat dengan senyum meledek. Tidak mau tersangkut masalah dan biarlah Belva yang menjelaskan.
Sepeninggal Miawly, pandangan Milky tertuju pada sang pujaan hati. Laki-laki itu tersenyum tipis.
"Ann bohong, Milk. Yang dia bahas, tuh––"
"Jahat," potong Milky. Tangannya gatal ingin memukul dada Belva, tapi melihat kekasihnya terbaring lemah, dia mengurungkan niat. "Kenapa nggak bilang dari siang kamu masuk rumah sakit? Kenapa baru bilang pas jam pulang kerja?"
Belum sempat Belva membalas, Milky menurunkan siderail, duduk di pinggir ranjang, dan memeluk Belva tanpa aba-aba. Belva terkesiap, cukup kaget. Belva pikir Milky akan marah mendengar candaan Miawly, ternyata malah memeluknya semanis ini.
"Aku khawatir," bisik Milky.
Belva mengusap punggung Milky dengan lembut. "Maaf, ya. Aku nggak mau ganggu kamu biar bisa fokus urus kerjaan. Lagian bisa jenguk aku sekarang. Iya, kan?"
Milky mendesah kasar. "Iya, tapi tetap aja khawatir. Bikin panik aja. Lain kali hati-hati jangan sampai sakit lagi."
Senyum di wajah Belva tertarik sempurna. Senangnya dikhawatirkan seperti ini oleh orang yang dia cintai. "Iya, Sayang."
☕️☕️☕️
Belva tidak bisa berhenti tersenyum saat Milky menyuapi makanan. Kapan terakhir kali dia merasa sebahagia ini? Entahlah. Belva harap semua ini tidak akan segera berakhir. Belva ingin semua baik-baik saja dan mencapai bahagia selamanya.
"Sayang," panggil Belva.
"Hm?"
"Kapan mau aku kenalin sama kakakku?"
"Kakak kamu yang cantik itu? Mantan Miss Indonesia dan Miss World, kan?"
"Betul. Kamu nonton kakakku waktu join beauty pageant?"
"Nonton secara langsung. Kebetulan Cloud suka banget nonton beauty pageant. Biasanya dia sekalian cari gebetan baru."
"Oh, ya? Nemu nggak?"
"Nemu. Habis ketemu, pas acara selesai, aku balik sendiri gara-gara dia ngobrol sama targetnya. Nyebelin banget, deh, kalau ingat kelakuan buaya daratnya," gerutu Milky. Dengan mata memicing, dia melihat pada sang kekasih. "Kamu nggak gitu, kan? Datang ke suatu acara buat cari gebetan?"
"Menurut kamu?"
"Nggak. Kamu nggak jauh-jauh jatuh cinta sama orang sekitar. Di situ aja ngubeknya."
Belva tertawa kecil. Anggukan setuju menjadi jawaban terbaik. Belva rasa Milky sudah mengenalnya dengan baik. Dia tidak bisa tertarik dengan orang lain pada pandangan pertama. Pasti perlu proses dulu sampai bisa tertarik––harus sudah mengenal minimal seminggu atau dua minggu. Mulai dari Miawly, Sabrina, sampai Kissy. Semua orang-orang terdekatnya. Mereka dekat cukup lama sebelum tertarik dan memutuskan menjalin hubungan. Begitu pula saat akhirnya memutuskan bersama Milky, dia perlu dekat berminggu-minggu sampai jatuh cinta.
"I know my man so well," kata Milky bangga.
Belva mengusap kepala Milky. Sambil terus membuka mulut dan mengunyah makanan yang disuapi, Belva tidak henti-hentinya memandangi kesabaran Milky. Sisi lain yang bisa dia nikmati selain emosi dan kemarahan kekasihnya.
Ketika Belva akan bicara lagi, dia mendengar suara ketukan pintu. Belum sempat disahuti, pintu sudah terbuka lebar. Pandangan Belva tertuju pada pintu yang terbuka, menampilkan sang kakak. Baru saja dibicarakan orangnya datang. Belva cuma mengabari dia sakit dan dirawat di rumah sakit, tidak memberi tahu ruangnya. Kakaknya pasti bertanya pada Miawly.
"Lo makan apa sampai keracunan gitu, sih?" Freya bertanya tanpa basa-basi dengan memasang wajah galak.
"Datang, tuh, jangan langsung nanya, Kak." Belva menepuk pelan pundak Milky. "Nih, kenalin dulu. Ini Milky, pacar gue. Dan Milk, ini kakakku, Freya."
Milky buru-buru meletakkan makanan di atas nakas dan berdiri. Dia mengulurkan tangan diselipi senyum manis. "Halo, Kak. Saya Milky. Salam kenal."
"Oh, udah move on?" Freya menyambut uluran tangan Milky. Memperhatikan dari ujung rambut sampai ujung kaki, dia membalas senyum perempuan yang disebut-sebut sebagai kekasih sang adik. "Hai, Milky. Saya Freya. Salam kenal juga, ya."
Jabatan tangan mereka berakhir setelah dirasa cukup. Freya berpindah posisi sampai berada di sisi lain ranjang Belva.
"Bokap khawatir. Katanya kenapa lo nggak cerita masuk rumah sakit," ucap Freya.
Belva mencium bau-bau masalah. "Gue belum sempat bilang. Nyokap aja nggak tahu gue masuk rumah sakit."
"Harusnya lo bisa bilang sama orang tua atau pacar lo inisiatif lah buat chat mereka," ketus Freya.
Milky tersentak kaget mendengarnya. Belva tidak kalah kaget dengan respons sang kakak.
"Kak!" Belva memelototi sang kakak. Benar, kan, kakaknya pasti mau cari masalah. Ada saja yang dijadikan bahan debat mereka. "Gue bilang sama mereka setelah makan. Nggak perlu nyuruh orang untuk bilang."
Tanpa aba-aba Freya memeluk adiknya. "Lo satu-satunya adik yang gue punya, Bel. Kalau sakit, tuh, kasih tahu detailnya. Ini gue perlu nanya Miawly dulu nomor kamar lo. Orang tua kita juga khawatir. Mau gimana pun Papa, dia pengin tahu keadaan lo. Jangan terlalu jahat sama diri sendiri nggak ngabarin orang tua. Mereka bisa nyesal seumur hidup kalau lo kenapa-kenapa dan mereka nggak tahu."
"Iya, Kak. Habis makan gue bilang sama mereka, kok," bisik Belva.
"Janji, ya?"
"Iya, Kak."
Freya menghela napas berulang kali selagi mengeratkan pelukan. Walau sering menyusahkan sang adik, sering berdebat, dia sangat menyayangi Belva. Satu-satunya yang dia miliki dan tidak pernah lelah menghadapi segala tingkah lakunya.
"Meskipun banyak hal yang bikin kita sering beda pemikiran, gue tetap sayang lo. Pokoknya sehat-sehat. Lekas sembuh, Dik." Freya menarik diri, lalu mengecup kening Belva. Tidak lupa dia mengusap kepala sang adik. "Awas aja nggak kabarin gue kalau lo sakit begini."
"Iya, Kak, iya."
Milky memperhatikan cara Freya memperlakukan Belva. Dia bisa mengerti kekhawatiran Freya dan sempat ketus tadi.
"Milk, tolong kalau Belva nggak laporan sama orang tua atau saya, kamu aja yang kabarin saya, ya," pesan Freya.
Milky tersentak lagi. "Ah, iya, Kak."
"Coba kasih tahu nomor kamu. Biar saya save jadi tahu harus hubungin ke mana kalau Belva hilang." Freya berjalan mendekati Milky, lalu menyodorkan ponselnya.
Milky mengambil ponsel Freya. Wajah yang dia lihat dalam wallpaper ponsel Freya adalah wajah Freya bersama suami dan dua anaknya. Tidak mau ketahuan memperhatikan, dia buru-buru menekan kontak dan menambahkan nomor ponselnya.
"Ampun, deh. Takut banget gue nggak bisa dihubungi," celetuk Belva.
"Takut lo nggak mau cerita. Waktu patah hati sama Kissy aja kabur ke luar negeri nggak mau cerita apa-apa. Gue harus dikasih tahu sama Miawly dulu lo pergi untuk menenangkan hati," beber Freya.
"Berisik, deh." Belva menatap sang kakak dengan wajah memohon agar tidak membeberkan apa-apa lagi. Kalau mau Milky tahu, dia ingin cerita sendiri, bukan dengan cara dibeberkan.
Milky melirik Belva. Kekasihnya melempar senyum. Dia jadi tahu kalau Belva sampai ke luar negeri untuk menenangkan hati. Ternyata cinta Belva untuk Kissy sebesar itu. "Kak, ini nomor saya, ya," ucapnya seraya menyerahkan ponsel kepada Freya.
"Thank you, Milk." Freya menyimpan ponselnya setelah memastikan nomor Milky sudah tersimpan. "Btw, Milk. Kamu nggak ada niatan nyakitin Belva, kan?"
"Astaga, Kak! Ngapain, sih?" protes Belva kesal.
"Memastikan. Takutnya mau main-main sama lo. Kalau buat main-main atau ujungnya malah pilih yang lain macam Kissy mending nggak usah dilanjut. Kalau nggak ada keinginan nikah sama lo, kan, lebih mudah kalau diselesaikan sekarang mumpung belum cinta-cinta banget," ucap Freya penuh ketegasan dan penekanan.
"Mau nanti ujungnya nggak nikah sama gue, mau gimana, itu urusan kami berdua. Milky punya hak sendiri untuk hidupnya, seperti halnya Kissy. Jangan bahas Kissy mulu," sela Belva tidak kalah tegas.
Freya menatap adiknya dengan penuh keseriusan, begitu pula Belva. Milky melihat keduanya bergantian–—seperti ada listrik yang bersahut-sahutan di antara dua orang itu. Sebelum semakin parah, Milky perlu berbuat sesuatu.
"Kak, saya tahu kekhawatiran Kak Freya sama hubungan kami. Tapi saya nggak pernah berniat main-main sama Belva. Hubungan kami masih baru cuma saya berharap hubungan ini bisa berlanjut ke tahap lebih serius," ucap Milky.
Belva terharu mendengarnya. Kedua sudut bibirnya tertarik sempurna. Tidak perlu diminta serius pun, dia akan meminta Milky menjadi istrinya. Belva serius dengan perasaan dan niatnya.
Freya mengulas senyum penuh arti. "Tuh, Bel. Kalau sampai nggak nikah setelah jawaban Milky, berarti salah lo."
Belva menatap heran sang kakak. "Kok, tiba-tiba berubah haluan?"
"Ya udah, pamit, deh." Freya menepuk pundak Milky dengan cukup keras. "See you, Milk. Lain kali kita makan bareng, ya. Ingat, jangan sakiti Belva. Kalau bosan dan pengin selingkuh, putusin dulu aja."
"Kak," Belva berdecak.
"Bye, Bel. Selamat, ya, udah move on dari Kissy. See you again tomorrow," lanjut Freya seraya melambaikan tangan, yang kemudian bergegas pergi dari sana.
Belva geleng-geleng kepala melihat kakaknya. "Ampun, deh."
Milky duduk di pinggir ranjang. Dia mengusap kepala Belva. "Kakak kamu sayang banget sama kamu, ya."
"Maaf, ya, Milk. Kak Freya, tuh, agak berlebihan. Jangan peduliin omongan Kak Freya." Belva menurunkan tangan Milky, menggenggamnya dengan erat, lalu kemudian memeluknya. "Maaf kalau Kak Freya kasar. Dia nggak bermaksud begitu."
Milky mengusap kepala Belva berulang kali. "It's okay. Kak Freya nggak salah. Dia nggak mau kamu terluka lagi. Aku suka Kak Freya. Dia apa adanya."
"Makasih, ya, Milk. Kalau ada yang bikin kamu nggak nyaman dari keluargaku, kamu bisa bilang. Seperti kata kamu tadi, kamu berharap hubungan ini bisa berlanjut ke tahap serius. Aku pun sama. Aku berharap hubungan ini berakhir di altar yang sama."
Milky menarik diri, menatap Belva pura-pura tidak yakin. "Kamu yakin kita sampai nikah? Aku nggak yakin, ah."
"Jangan gitu, dong, Milk. Kamu mah. Doain gitu, kek," sungut Belva cemberut.
Milky dibuat tertawa. Dia terbahak-bahak menyaksikan ekspresi lucu Belva. Sementara itu, Belva menguyel Milky supaya tidak tertawa lagi.
"Amin. Happy nggak?"
Belva menampilkan puppy eyes dibarengi anggukan kecil. "Happy."
"Dasar!" Milky menguyel pipi Belva berulang kali. Gemas sendiri. "Btw, sekarang aku tahu kenapa kamu sabar banget."
"Kenapa?"
"Soalnya kakak kamu ketus dan blak-blakan."
"Aku aduin Kak Freya, ah, dia dikatain ketus sama blak-blakan sama kamu."
"Heh! Tukang ngadu, deh," dengkus Milky.
Belva terkekeh. Dia melihat Milky sedikit cemberut. Kelucuan kekasihnya berhasil membuat Belva gemas bercampur bahagia. Belva bersyukur memiliki Milky dalam hidupnya.
"I love you, Milk." Sebelum dibalas, Belva lebih dulu menangkup wajah Milky, mendekatkan wajahnya dengan wajah Milky dan mendaratkan bibirnya dengan singkat. Setelah itu, Belva menarik diri dan tersenyum memandangi Milky.
"Me too, Mas Belva."
Dan Milky mengakhiri obrolan mereka dengan ciuman yang lebih lama. Meskipun demikian, ciuman mereka tidak mengandung unsur ingin macam-macam. Sebaliknya, mereka hanya ingin menikmati setiap permukaan kulit bibir yang terasa. Jangan lupa rasa stroberi turut menjadi rasa tambahan––yang mana kala itu Milky menambahkan lip balm storberi sebagai pelembab bibirnya.
☕️☕️☕️
Jangan lupa vote dan komen kalian🤗❤️
Follow IG: anothermissjo
Salam dari Freyaaa dan Belva😍😍
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top