Shots - 30

Update lagi hehe 

Yuk komen yang banyak ^^

Siapa nih yang rindu Milky - Belva? >_<

Kalau mau lanjut, jangan lupa komen yang banyak yaaa. siapa tahu aku kasih double update hehe

#Playlist: Keith Martin - Because of You

Milky duduk manis menikmati makan siang bersama Belva. Alih-alih mau pergi makan di luar, berujung makan bersama di rumah. Sepupu Belva yang lain datang dan ikut serta makan bersama.

"Gimana makanannya, Milk? Enak?" Baptiste bertanya, sengaja ingin membuat Belva cemburu.

"Nggak usah nanya-nanya, deh. Jelas enak kalau Mbak Asri yang buat," sela Belva sewot.

"Nama lo ganti jadi Milky, Bel? Baba, kan, nanyain Milky bukan lo," sambung Manis.

"Suka-suka gue, dong. Lagian nanya-nanya biar apa?" dengkus Belva.

"Biar dekat, dong. Nggak boleh dekat sama Milky?" Baptiste membalas lebih jahil, yang mana sengaja melempar senyum kepada Milky.

"Bu Milky, bukan Milky," koreksi Belva.

"Milky Sayang aja kalau gitu," lanjut Baptiste.

Milky menahan tawa. Melirik Belva yang cemburu buta, dia mencubit paha laki-laki itu, yang berhasil membuat Belva menoleh sekaligus meringis sakit.

"Duh, jadi senang dipanggil Sayang. Kalau gitu saya panggil Baptiste Sayang juga, dong?" sahut Milky, sengaja mengubah intonasi bicaranya menjadi genit-genit manja. Bahkan dia sengaja melempar kerlingan genit demi mendukung aktingnya.

Belva memperhatikan, terkaget-kaget melihat tingkah laku Milky yang baru kali ini dia lihat. Kalau sama dia galak banget, eh, ada Baptiste mendadak berubah jadi kucing Anggora yang kelihatan anggun dan kalem.

"Saya minta nomornya Sunday sama Kissy, ah. Biar saya aduin Milky genit," celetuk Belva.

Milky menahan diri untuk tidak tertawa. Lebih tepatnya dia sedang menahan gemas setengah mati sama Belva. Laki-laki itu tampak jauh lebih imut kalau lagi cemburu, apalagi sewot-sewotnya juga jelas sekali.

Manis nyeletuk, "Bilang aja lo terbakar api cemburu lihat Milky godain Baptiste."

Belva tidak mau mengakui, masih ada Partikel di sana. Soalnya dia belum cerita, takut Partikel buat gosip yang tidak-tidak dan tersebar di kantor. Mulut Partikel bisa jadi ember pecah belah dan bisa membuat sedunia tahu. Belva cuma berdeham, berusaha mengalihkan pertanyaan Manis. Tidak lupa Belva memelototi Manis untuk diam. Sepupunya menahan tawa dan akhirnya tertawa terbahak-bahak.

"Anyway, Milky." Baptiste iseng mengulurkan ponselnya kepada Milky. "Boleh, dong, kita tukeran nomor? Siapa tahu saya mau minta dibuatin novel sama kamu."

Belva langsung merampas ponsel Baptiste dan meletakkan di sampingnya. "Nggak boleh. Nomornya bukan konsumsi publik."

Milky geleng-geleng kepala menyaksikan respons Belva barusan. Sementara itu, para sepupu yang lain tampak menahan tawa. Milky kembali melihat Belva yang tengah mencoba membuka penutup botol air mineral yang ada di atas meja. Belva kesulitan. Biasanya Belva bisa langsung membuka, tapi hari ini tidak. Milky pun mengambil alih dan membantu Belva membuka penutup botolnya.

"Nih, makanya jangan pakai emosi," ucap Milky seraya meletakkan botol beling milik Belva di atas meja.

Belva nyengir. "Makasih, Milk."

Manis nyeletuk, "Belva kalau punya pasangan posesif banget, lho, Milk. Cemburunya menembus langit tertinggi, deh. Parah. Kalau cemburu Belva nggak mandang bulu. Mau sepupu sendiri pun bisa dicemburuin."

"Heh, nggak gitu, ya," protes Belva.

"Memang gitu, sih. Tapi bedanya lo nggak pernah ngekang pasangan lo untuk melakukan yang mereka mau. Lo membebaskan mereka bekerja atau nggak, mau liburan ke mana, pokoknya lo nggak membatasi itu. Dan tentunya lo menjunjung tinggi kesetiaan. Jeleknya itu aja kalau cemburuan," jelas Manis.

"Tapi Mas Belva sering banget dekat sama perempuan, ya? Apa karena dia seramah itu?" tanya Milky penasaran.

"Salah satunya karena itu, sih. Tapi kalau udah punya pacar, Belva membatasi, kok. Kalau single mah dia sesuka hati. Mepet mulu bahkan sama istri orang," jawab Manis setengah mengejek, sambil menjulurkan lidah pada Belva.

"Nggak, yang terakhir lo ngarang. Jangan bikin gosip, ya," koreksi Belva.

"Itu benar, kok. Kamu akrab banget sama Kissy. Bahkan dipeluk aja mau. Dia, kan, udah punya suami. Memang ganjen, sih," timpal Milky.

Belva tidak mau melawan. Kalau melawan sama saja dengan mencari pembelaan diri. Saat itu dia memang salah, membiarkan Kissy memeluknya. Belva tidak berani membalas, diam menyantap daging steak dilumuri bumbu black pepper.

"Nah, itu. Hati-hati aja kalau sama Belva. Kudu banyak sabar. Dulu waktu sama Miawly aja, Miawly sering banget ngambek perkara Belva sering ladenin perempuan yang nanya jalan. Padahal mah cuekin bisa aja," beber Manis dengan santai, tidak peduli Belva memelototinya untuk tidak membeberkan.

"Oh, ya? Jadi memang udah habit selalu nolong orang, ya. Tapi nggak lihat sikon." 

Milky melirik Belva sekilas sebelum memutuskan memandangi laki-laki itu dengan gemas. Menyadari ada sisa bumbu yang menempel di ujung bibir Belva, dia mengambil tisu dan menangkup wajah Belva, menariknya mendekat dan membersihkan jejak bumbu tersebut.

"Kalau cemburu kamu jadi lebih selebor, ya?" goda Milky setengah berbisik.

Belva terkesiap. Kaget tiba-tiba Milky menyeka dekat bibirnya. Ditatapnya Milky yang dengan sabar membantunya. Biasanya, dialah yang melakukan hal ini. Gara-gara Baptiste, gara-gara cemburu, dia jadi seperti anak kecil. Namun, hal ini membuat Belva semakin mengerti bahwa Milky bisa membuatnya jauh lebih tenang kalau cemburu. Ah, sial! Dia jadi ingin menikung calon istri orang.

"Udah selesai. Makannya jangan lupa dilap." Milky mengingatkan setelah menarik tangannya dan kembali melahap makanannya.

"Thanks, Milk," balas Belva pelan.

Dengan Belva sedikit lebih tenang, mengontrol kecemburuannya, Milky tidak menggoda Baptiste lagi. Juga, suasana mulai tenang. Obrolan lain pun dilancarkan, membahas perihal lain seputar pekerjaan dan beberapa hal yang perlu dibahas.

Sesekali Belva memperhatikan Milky, menatap dengan penuh harap agar Milky bisa melihatnya. Begitu pula Milky, yang juga menangkap basah Belva memperhatikan sehingga dia melempar senyum pada Belva. Senyum lebar.

Milky ingin segera membahas perasaannya dengan Belva. Mungkin setelah dia memberi jawaban untuk Sunday, dia akan memberi tahu Belva bahwa dia ingin laki-laki itu berada di sisinya.

☕☕☕

Di halaman belakang rumah Belva terdapat danau yang luas. Mobil SUV hitam dilajukan tepat di depan danau lewat jalan pintas menuju danau agar mobil bisa masuk dan terparkir di depan danau. Bukan untuk duduk-duduk manis saja melainkan menyaksikan matahari terbenam. Berhubung Belva bilang matahari terbenam kelihatan indah saat duduk di belakang danau, Milky setuju untuk melihatnya lebih dahulu sebelum pulang.

Milky merebahkan tubuhnya setelah Belva merapikan bagasi mobil SUV milik Baptiste untuk dijadikan tempat santai menyaksikan matahari terbenam. Berhubung Belva hanya bawa motor dan tidak meninggalkan mobil satu pun di rumah ini jadinya terpaksa meminjam mobil Baptiste.

Belva menyiapkan selimut, bantal, dan thai tea untuk dinikmati selagi menunggu senja. Kaki-kaki panjang Milky dan Belva keluar dari batas belakang bagasi yang pintunya dibiarkan terbuka lebar. Mereka menyaksikan keindahan danau buatan dan pohon-pohon yang mengisi di sekelilingnya. Cahaya dari lampu mulai menerangi seiring bertambahnya waktu.

"Ayang Baptiste masih single, ya? Mobilnya rapi dan wangi banget. Wangi-wangi cinta yang gemesin," mulai Milky penuh canda.

"Nggak suka perempuan dia," sahut Belva setengah sewot.

"Masa, sih? Sepertinya saya perlu memastikan sendiri apa dia suka perempuan atau laki-laki, deh," lanjut Milky dengan menahan tawa.

"Bahas Baptis mulu, deh. Saya aduin Sunday, nih. Saya aduin calon istrinya naksir sepupu saya. Mana godainnya getol banget lagi." Belva tambah sewot.

Milky tertawa terbahak-bahak. Belva sampai mengerutkan keningnya, mempertanyakan alasan Milky melakukan itu.

Belva sedikit menyamping. Kebetulan dia tidak tiduran seperti Milky, hanya duduk manis dengan posisi yang sedikit berjarak dengan posisi Milky. "Kenapa kamu ketawa? Ada yang lucu? Saya serius, lho. Kamu nggak takut saya aduin Sunday, nih?"

Milky mengubah posisinya hingga berhasil duduk. Dia sedikit menggeser posisinya hingga bersampingan dengan Belva, lantas menangkup wajah laki-laki itu sambil tersenyum. "Saya cinta sama kamu, Belva."

Belva terperanjat. "What? Bentar, bentar." Menurunkan tangan Milky dari wajahnya, dia mengernyit. "Kamu nggak beneran serius mau jadiin saya selingkuhan, kan? Kamu bilang gitu biar saya nggak ngadu sama Sunday masalah yang tadi, ya?"

Lagi, Milky tertawa. Berhasil menambah kebingungan Belva.

"Nggak gitu konsepnya." Cubitan kecil mampir di wajah Belva segera setelah Milky menjawab. "Saya belum jawab Sunday soal pernikahan. Hari ini ajak kamu ketemu untuk memastikan perasaan saya. Tapi nggak perlu dipastikan, saya udah jatuh cinta sama kamu entah sejak kapan. Jadi yang kamu dengar sekarang adalah pengakuan tulus. Saya cinta sama kamu, Belva."

Wajah kaget Belva terlihat dengan jelas. Belva tertegun. Masih tidak percaya. Milky tahu Belva belum percaya. Guna meyakinkan ucapannya, Milky menangkup wajah Belva dan mendaratkan kecupan singkat di bibir Belva.

"I love you, Bel. I really do." Ucapan itu disampaikan setelah Milky menarik diri dan melempar senyum pada Belva. "Mau nggak jadi pacar saya?"

Kali ini Belva percaya. Senyum di wajahnya mengembang sempurna. Seiring senyum yang kian besar, satu tangan Belva menarik Milky hingga jarak di antara mereka hilang.

"Jangankan pacar. Jadi suami kamu pun, saya mau," balas Belva.

"Beneran? Kamu nggak akan menyerah di tengah jalan?" goda Milky.

"Kenapa harus menyerah? Saya udah menunggu momen ini. Saya cuma menginginkan kamu."

"Beneran? Nggak kepincut perempuan lain nantinya?" 

"Nggak tahu diri namanya kalau udah bisa bersama kamu terus masih godain yang lain." 

Milky terkekeh. "Saya keras kepala, egois, tempramen, dan nggak mudah dibuat terkesima. Apa kamu tetap mau sama saya?" 

"Tentu aja. Saya bersedia menerima kamu sebagaimana kamu. Jangan berubah demi siapa pun termasuk saya, karena saya suka kamu yang seperti ini. I love you unconditionally, Milk."

Jawaban Belva menjadi akhir percakapan singkat mereka. Berbeda dari sebelumnya, Milky mengalungkan kedua tangan di leher Belva dan mendekatkan diri. Sementara itu, Belva menarik Milky mendekat padanya, mendekapnya tanpa jarak dan berakhir mencium bibir Milky. Ciuman manis yang berlangsung menjadi jawaban dari penyatuan perasaan yang selama ini tertunda dalam kebimbangan. 

Setelah ciuman berakhir, mereka saling menatap dan tersenyum. Mereka memeluk satu sama lain dengan erat, mendekap sosok yang selama ini berhasil menghapus luka secara perlahan. Berakhirnya pelukan memaksa mereka melihat matahari yang mulai terbenam. Mereka sama-sama menyaksikan keindahan itu berdua dengan tangan saling menggenggam. 

"Ini pertama kalinya saya lihat sunset seindah ini," ucap Milky dengan senyum lebarnya. 

Belva mengangguk setuju, kemudian pandangannya beralih pada Milky, memandangi perempuan itu yang masih terkagum-kagum melihat keindahan matahari terbenam dari belakang rumah. "Iya, sangat indah."

Milky pun menoleh, menangkap basah Belva yang tetap memandanginya dengan senyum khas laki-laki itu. "Saya jauh lebih indah maksudnya, ya?" 

Belva terkekeh. "Iya. Ini bukan gombalan." 

Hanya sepersekian detik setelah kata-kata itu diucapkan, mereka menyatukan bibir lagi. Kali ini jauh lebih lama dan dalam. Mereka saling mencuri kesempatan untuk mendominasi permainan bibir, yang perlahan-lahan kian menguras oksigen. Semakin intens ciuman mereka, semakin tak berjarak tubuh mereka. Akibat ciuman yang memburu, Milky sampai menduduki perut Belva yang mulai merebahkan tubuhnya. Tangan nakal Belva mulai menyentuh punggung Milky, sedangkan Milky mulai sedikit turun, menyapa bagian intim Belva yang mulai tegang. 

Ketika tangan Milky hendak menyentuh milik Belva, secepat kilat Belva menahan tangan Milky dan menyudahi ciuman mereka. Milky pun menatap heran. 

"Jangan aneh-aneh. Saya nggak bawa kondom. Baptiste juga nggak pernah aneh-aneh jadi nggak punya kondom di mobilnya," larang Belva. 

"Kalau gitu pakai sistem pull and pray." 

Kening Belva berkerut. "Pull and pray?" 

"Kamu pasti ngerti maksud pull dalam bahasa Inggris terus pray yang artinya berdoa biar nggak jadi. Paham, kan?" 

Belva tercengang. "Nggak, nggak. Saya nggak mau coba-coba. Kalau ternyata udah berdoa biar nggak berhasil ternyata malah berhasil, bisa-bisa saya digantung Oma. Dia udah berbaik hati nggak maki-maki saya pas ketahuan bohongin dia. Gimana kalau kamu hamil anak saya sebelum nikah? Bisa-bisa dimusuhin tujuh turunan dan nggak direstuin. Jadi, jangan godain saya dulu."

Milky tergelak. "Haha ... kenapa nggak coba dulu? Belum tentu saya subur." 

"Ini bukan judi. Kalau judi cuma kalah uang, ini bisa kehilangan restu seumur hidup. Saya nggak mau."

Milky masih tertawa geli, sementara itu Belva mulai menurunkan Milky agar tidak menggodanya. Setelah Milky sudah berada di samping Belva dengan posisi duduk manis, Milky menepuk pahanya agar Belva menidurkan kepalanya di sana. Belva pun melakukan yang diminta Milky dan menjadikan paha Milky sebagai bantalan. 

"Kamu lucu banget, Bel. Saya jadi gemes," ucap Milky pelan. 

Belva mendongak  menatap Milky. Wajahnya merah padam mendengar ucapan itu. Tidak cukup dibuat tersipu malu, Milky mengecup bibir Belva berulang kali sampai bunyi muah terdengar. Dan terakhir, Milky menunjukkan senyum lebar yang hampir tidak pernah terlihat selama mereka dekat.

"You make me so happy, Mas Belva." 

Seakan ada kupu-kupu terbang di perutnya, Belva merasa sangat senang mendengar penuturan itu. Belva ikut menyunggingkan senyum lebar, lantas menyentuh rambut Milky yang panjang terurai hampir mengenai wajahnya. 

"Me tooYou are my dream come true, Milk. I love you so bad." 

Tidak ada tanggapan lain yang terucap, hanya ada kecupan terakhir yang menyatukan bibir keduanya. Di sela ciuman mereka kali ini, senyum tersempil dengan mudahnya. Mereka berhasil menyatukan perasaan. Tidak ada penyesalan. Kini hanya ada babak baru untuk menyambut kelanjutan hubungan mereka. 

☕☕☕

Jangan lupa vote dan komen kalian🤗🥰

Follow IG: anothermissjo

Si Belva sama Milky nih lagi begini XD tapi versi nyaris keterusan wkwkwk

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top