Shots - 14
Yuhuu update🫶🏻
Yuk yang mau double update, coba komen sampai 40 yaaa. Nanti aku double update deh hehe
#Playlist: Toni Gonzaga - I've Fallen For You
•
•
Selama beberapa hari belakang, Milky dan Belva berangkat dan pulang bersama. Hal ini menjadi perbincangan hangat di kantor. Tapi kalau ada Milky, obrolan itu pura-pura tidak ada. Ujung-ujungnya Milky tahu digosipkan pegawai kantor dari mulut Partikel, Casya, atau Oceana. Pokoknya tiga orang itu yang rajin memberi tahu. Lucunya, Milky tidak menolak dijemput dan diantar Belva.
Seperti halnya hari ini saja. Mereka berangkat bersama lagi. Belva rajin membawakan bekal makanan untuk Milky, sedangkan Milky memberikan buku-buku terbitan Labyrinth Books sebagai balasan untuk dibaca oleh Belva. Keduanya turun dari mobil bersama.
"Pak Belva," mulai Milky.
Belva menarik Milky dengan pelan untuk bergeser ke sisi kiri supaya Belva berada di sisi kanan dekat jalan. Setelah sudah berpindah posisi, barulah Belva menjawab, "Iya, Bu?"
Milky sudah tidak heran dengan tindakan Belva. Selama mereka jalan bersama, dia semakin sering mendapatkan perlakuan-perlakuan yang tidak pernah didapat dari mana pun. Jadi, lama-lama Milky mulai terbiasa.
"Soal bisnis yang saya bahas beberapa hari lalu gimana? Orang yang mau pakai tempatnya jadi nggak, Pak?" tanya Milky.
"Saya baru aja mau bahas hari ini. Orangnya jadi pakai kedai kopi, tapi sehari setelah acara meet and greet Labyrinth Books. Jadi, bisa dipakai, kok. Kalau ada yang mau Bu Milky bahas bilang aja. Nanti biar kita diskusikan. Acaranya bentar lagi, kan, Bu?"
"Iya. Kalau gitu nanti saya bahas sama Casya dan Oceana, deh."
"Oke, Bu."
"Oh, ya, Bu. Seandainya ada teman lagi cari apartemen tolong kabari saya, ya."
"Pak Belva jadi makelar apartemen sekarang?"
Belva terkekeh. "Nggak, Bu. Saya mau sewain apartemen saya. Lebih tepatnya mau cari room mate, sih, sebelum saya pindah sepenuhnya."
"Pindah ke mana?"
"Bu Milky khawatir, ya? Takut saya ngemper?" canda Belva.
"Ada lagi gila-gilanya pagi ini." Milky geleng-geleng kepala.
Belva tertawa pelan. Semakin hari, dia jadi lebih senang ketemu Milky. Sejak kejadian waktu itu, dia merasakan kenyamanan yang sulit dijabarkan. Hanya saja Belva tahu, dia semakin terbiasa dengan kehadiran Milky di sisinya. Walau sikap Milky sering jutek dan ketus, dia tidak masalah dan tetap terhibur dengan beberapa hal yang dirasa lucu olehnya.
"Bu, saya punya tiket konser dua. Manis, kan, tunangan sama salah satu personel beken di Indonesia. Bu Milky mau ikut nonton konsernya nggak? Sayang kalau tiketnya nggak dipakai," tawar Belva.
"Siapa boybandnya? Bukan Your Lover, kan?"
"Bukan, Bu. Ini HotShot. Kalau Your Lover takut ketemu sama Sunday, ya, Bu?"
Milky tidak menjawab dan mempercepat langkahnya. Belva mengejar dari belakang, segera paham kalau Milky berusaha menghindari pertanyaan darinya.
"Saya cemburu, nih, Bu. Masa kentara masih cinta sama mantan di depan calon suami," goda Belva pura-pura merajuk.
Milky berhenti melangkah, memelototi Belva dengan galak. "Siapa yang masih cinta, sih? Udah, deh, nggak usah aneh-aneh."
Belva spontan mengusap kepala Milky. "Canda, Bu, canda. Sabar. Jangan penuh emosi, Bu."
Milky tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia paling lemah kalau sudah diusap-usap begitu. Sialnya, Belva semakin natural mengusap kepalanya tanpa minta maaf seperti waktu itu. Dia memalingkan wajah ke arah lain dan langsung terlonjak kaget waktu melihat Oceana sudah berdiri di samping kanan sambil tersenyum penuh arti.
"Aduh, pantes langit biru banget hari ini. Ternyata banyak yang uwu-uwu," ucap Oceana pelan.
Milky tidak menggubris.
"Pagi, Pak Belva," sapa Oceana.
"Pagi, Bu Oceana. Udah ngopi, Bu?" balas Belva sambil tersenyum.
"Belum, nih. Apakah ini pertanda ada kopi gratis dari Pak Belva?"
"Bu Oceana mau kopi apa? Nanti saya kasih gratis, deh."
"Beli. Bikin bangkrut aja lo," celetuk Milky.
"Gue baru tahu pemiliknya ada dua." Oceana menutupi mulutnya pura-pura kaget. "Duh, bayar aja kalau gitu. Pemilik satunya galak."
"Minta disambit, ya," decak Milky. "Lagian uang lo banyak minta gratisan. Malu, tuh, sama tas Gucci lo."
"Iya-iya, kalau gratisannya mah boleh buat lo doang. Biar spesial, kan?" ledek Oceana.
Sebelum Milky sempat membalas, pintu lift terbuka lebar. Oceana masuk lebih dahulu sambil menekan tombol buka pintu lift. Lantas, satu tangannya sengaja menarik tangan Belva guna memancing reaksi sahabatnya. Benar saja, Milky terpancing dan memukul tangan Oceana secepat kilat sampai terlepas.
"Jangan asal narik tangan orang. Lo pikir barang," ketus Milky.
"Waduh! Ada macannya yang cemburu." Oceana menahan tawa. "Hati-hati, Pak Belva. Milky suka gigit orang. Jangan mau deket-deket dia."
Milky mengabaikan Oceana dan menarik Belva masuk ke dalam lift. Seakan menjadi tameng Belva untuk tidak digoda yang lain, Milky berdiri di depan Belva dengan tetap menggenggam tangan Belva. Tentunya Oceana senyam-senyum dan bersiap menjadikan kejadian hari ini gosip dengan Casya.
Belva menurunkan pandangan memperhatikan tangannya yang digenggam. Ada perasaan senang yang mampir di hatinya. Kedua sudut bibir Belva tertarik sempurna.
"Bu, tangan saya nggak usah digenggam terus. Saya nggak lari ke pelukan yang lain, kok. Bu Milky udah lebih dari cukup," bisik Belva jahil.
Sadar akan bisikan itu, Milky buru-buru melepas tangannya. Pantas Oceana tampak senyam-senyum tapi tidak mengatakan apa-apa. Dia tidak sadar sudah bertindak seenaknya.
Tepat saat bunyi 'ting!' pertanda pintu lift terbuka, Milky segera keluar tanpa melihat angka yang dituju.
"Bu, bukannya lantai empat? Saya yang turun di sini," ujar Belva, yang segera keluar dari lift.
"Oh, iya!" Milky pengin buru-buru turun sampai tidak melihat tujuan. Lantas, dia masuk kembali ke dalam lift.
"Bekalnya jangan ketinggalan, Bu." Belva menggamit tangan Milky dan menggantungkan tali tas tote di telapak tangan Milky. Sambil bergerak mundur supaya tidak tergencet pintu lift, dia tersenyum. "Semangat kerjanya, Bu. Jangan lupa istirahat. Spaghettinya juga dimakan, ya. Sampai ketemu nanti."
Milky tidak menjawab apa-apa sampai pintu lift tertutup. Senyum pun cuma tipis-tipis. Oceana berdeham berulang kali, yang ujungnya mengeluarkan ledekan.
"Pantes, ya, kalian digosipin ada something. Rumor lo rajin dikasih bekal sama Belva juga ternyata bukan isapan jempol semata. Ternyata Belva seperhatian itu," ledek Oceana.
"Diem lo."
"Ululu ... galak banget. Padahal senang, kan, dapat perhatian sebanyak itu?"
Milky tidak mau menggubris. Oceana tetap senyam-senyum seperti sebelumnya.
Kalau boleh jujur, Milky bukan senang lagi. Dia mulai menikmati perhatian demi perhatian yang diberikan oleh Belva. Dia merasa seperti tuan putri, yang sebelumnya melakukan apa-apa sendiri. Bohong juga kalau Milky tidak suka dihujani perhatian. Namun, lebih baik diam supaya Oceana menyimpulkan sendiri saja.
☕️☕️☕️
Milky menghela napas berulang kali saat para sepupunya sibuk berkaraoke. Dia meletakkan botol bir di atas meja. Baru saja dia selesai meneguk satu botol. Pada kesempatan kali ini, dia mengajak Belva untuk menemaninya supaya tidak mati bosan. Jujur saja, Milky paling benci menyanyi. Soalnya suara Milky terdengar sumbang dan tidak semerdu sepupunya yang lain. Selain itu para sepupunya mengajak pasangan masing-masing. Kalau dia datang sendiri sama saja cosplay jadi nyamuk.
"Bu Milky nggak mau nyanyi?" bisik Belva sedikit lebih mengeraskan suaranya, takut kalah dengan suara musik yang mengalun keras.
"Nggak. Saya benci nyanyi. Suara saya mirip kaleng diseret."
Belva terkekeh. "Masa, sih? Saya jadi penasaran."
Milky berdecak. Dia melihat sang adik di pojok ruangan yang tengah bercumbu dengan pasangannya. Tidak cuma adiknya, ada pula Heaven yang lagi pangku-pangkuan sama suaminya. Sungguh, dia pengin pulang.
"Pulang aja, yuk, Pak. Saya bosan," ajak Milky.
"Bukannya ulang tahun Nera, Bu? Nanti dia marah nggak kalau pulang duluan?"
"Bodo amat."
Milky bangun dari tempat duduknya. Tangannya terulur kepada Belva.
"Heeeeeeh! Mau ke mana, Susu Basiiiii? Jangan kabur dulu!" teriak Heaven kencang, berhasil membuat sepupu yang lain menoleh ke arah Milky. Suara nyaring Heaven jelas bisa mengalahkan nyanyian dan musik yang ada di ruangan.
"Duduk yang manis!" Nerakasara datang mendekat dan langsung mendorong Milky sampai terduduk di atas pangkuan Belva. "Nah, cakeeeep! Pokoknya nggak boleh pulang sebelum lo nyanyiiiiii!"
"Bodo! Gue mau pulang!" sahut Milky kencang. Sepupunya menjulurkan lidah seakan menunjukkan kalau dia tidak mungkin pulang cepat.
Milky jadi dongkol sendiri. Di tengah kekesalannya, dia baru sadar sedang duduk di atas pangkuan Belva. Laki-laki itu tidak menyentuh pinggangnya sama sekali dan tampaknya ingin membiarkan dia nyungsep sekalian.
"Pak Belva beneran nggak suka perempuan, ya?" bisik Milky.
Belva tertawa geli. "Iya, Bu. Saya sukanya yang ganteng seperti kata Bu Milky."
"Saya serius." Milky memandangi wajah Belva. Laki-laki itu masih tertawa. "Kenapa nolak banyak perempuan? Kenapa nggak coba pendekatan dulu?"
"Kenapa Bu Milky mau tahu? Apa pengin coba pendekatan sama saya?" goda Belva dengan menaik-turunkan kedua alisnya.
"Pak Belva bukan tipe saya."
"Kalau gitu tipenya Bu Milky seperti apa?"
Milky mendekati telinga Belva, berbisik dengan jelas. "Saya pernah bilang, saya suka laki-laki yang bisa memuaskan saya di ranjang." Lalu, dia menarik diri dan memainkan alisnya balas menggoda Belva.
Belva tertawa lagi. "Duh, berat amat, Bu. Saya mah bisanya cuma masak. Gimana, nih?"
"Ya udah, bye."
Milky bangun dari pangkuan Belva menyudahi candaan tidak jelas, lantas duduk kembali di tempatnya semula. Dia semakin bosan. Berjoget ria seperti para sepupunya bukanlah kebiasaan Milky. Urat malunya untuk yang satu itu belum putus. Milky malu kalau harus menari tidak jelas di depan orang-orang. Apalagi ada adik iparnya.
"Susu! Awas lo, ya, balik!" Nerakasara memelototi Milky. Memberi peringatan khusus.
Milky berdecak. Dia ingin pulang dan mengistirahatkan tubuhnya di ranjang empuk. Dia memikirkan sebuah cara agar bisa keluar dari tempat karaoke. Selagi berpikir, dia melihat Heaven berciuman. Milky jadi punya ide agar bisa keluar dari tempat sialan ini.
"Pak Belva, waktu saya mabuk, saya udah cium Pak Belva, kan?" tanya Milky tiba-tiba.
"Iya," jawab Belva cepat. Sadar jawabannya terlalu blak-blakan, dia pun meralat, "Eh, nggak, Bu. Maksud saya--"
Milky memotong kalimat Belva yang belum selesai dengan mendaratkan jari telunjuknya di bibir laki-laki itu. "Sssst ... sekarang Pak Belva tinggal terima lagi. Oke?"
Belum ada satu menit setelah ucapan Milky, tiba-tiba Milky duduk di atas pangkuan Belva. Tanpa permisi, Milky mencium bibir Belva. Entah bagaimana saat dia mabuk mencium Belva, yang penting dia harus memberikan ciuman mesra agar sepupunya tahu dia ingin segera pergi dari sana untuk melakukan kegilaan lainnya yang tidak bisa dilakukan di ruang karaoke. Para sepupunya pasti langsung mengerti. Terakhir kali Heaven melakukan kegilaan ini sampai sepupunya menyuruh pulang daripada pamer cumbu-cumbuan.
Belva kaget dibuatnya. Lebih kaget lagi waktu Milky semakin intens mencium bibirnya lebih dari kejadian mabuk waktu itu. Bahkan Milky mengalungkan tangan di lehernya, meloloskan lidahnya dengan seenak hati. Belva ingin menolak, sialnya, bibir Milky semakin menyedotnya kuat seakan-akan dia tidak boleh menolak permainan bibir yang sedang berlangsung.
"Woi, Susu! Kalau mau anu-anu mending keluar. Jangan sampai gue sambit lo!" seru Nerakasara.
"Tahu, nih. Jangan nggak tahu tempat kayak Heaven," sambung Tiffany.
"Heh! Gue masih tahu tempat, ya, makanya waktu itu keluar. Jangan ngomong yang nggak-nggak, dong," protes Heaven.
Mendengar hal itu, Milky semakin ganas mencium bibir Belva. Tidak cuma sebatas mencium bibir, Milky menarik diri dan mendekati leher Belva. Dia berpura-pura akan mencumbu leher laki-laki itu. Namun, dia tidak benar-benar melakukannya. Hanya mengembuskan napas untuk tidak tertawa gara-gara semua sepupunya percaya. Bicara soal leher, aroma kulit Belva sangat wangi. Wanginya cukup memabukkan sampai Milky merasa perlu menjauhi bagian leher laki-laki itu. Takut dia mengendusnya beneran.
"Hadeh! Orang gila. Keluar sono, Susu. Cari kamar. Banyak hotel di sekitar sini," suruh Nerakasara.
Tidak pakai basa-basi lagi, Milky menarik diri dan berdiri. Dia menarik Belva sampai laki-laki itu bangun dari tempat duduknya. Sambil tersenyum pura-pura gembira, Milky kedip-kedip kepada para sepupunya dan melambaikan tangan. Para sepupunya geleng-geleng kepala. Dan begitulah cara Milky akhirnya bisa keluar dari tempat terkutuk itu.
"Dasar orang-orang edan! Kalau gue mau aneh-aneh aja baru diusir," gerutu Milky.
Tanpa Milky sadari, dia terus menggenggam tangan Belva dan menariknya pergi menuju pelataran parkiran. Milky menggerutu tanpa henti sambil mengumpat kasar mengkritik kelakuan para sepupunya yang agak lain.
"Bu Milky," panggil Belva.
"Apa..." Milky menoleh sekaligus menghentikan langkahnya. Dia melihat Belva yang tak berhenti mengikutinya seperti anak ayam.
Belva berdeham pelan. Sejak tadi dia diam saja karena terlalu kaget. Mungkin lebih tepatnya sedang berusaha untuk tidak berpikir jauh. Apalagi saat Milky mengembuskan napas di lehernya. Bulu kuduk Belva sampai berdiri.
"Lain kali bahas sama saya kalau mau cari cara untuk pamit, Bu."
"Kenapa?"
"Ya..." Belva bingung harus mengatakan apa. Milky sering sesuka hati, dia tahu itu. Namun, yang satu ini benar-benar terlampau sesuka hati. Sambil melihat ke arah lain, dia menambahkan, "Kalau tadi saya balas ciumannya lebih jauh gimana?"
"Nggak mungkin. Pak Belva bukan tipe yang bisa cium perempuan sembarangan, kan?"
"Tapi Bu Milky bukan perempuan sembarangan."
Milky diam memandangi Belva. Iris cokelat laki-laki itu seolah tengah memanggilnya untuk mendekat. Bibir merah ranum yang sempat dia cium seakan memiliki daya pikat yang membuat dia ingin menciumnya lagi.
Tanpa mengatakan apa-apa, Milky memangkas jarak mereka dan sedikit berjinjit. Milky menangkup wajah Belva.
"Kalau Bu Milky macam-macam, saya nggak akan menahan diri lagi, lho," ucap Belva pelan.
"Nggak perlu," balas Milky, yang kemudian menyambar kembali bibir Belva untuk kedua kalinya.
Belva pikir dengan gertakan itu, Milky tidak akan aneh-aneh lagi. Belva salah, Milky malah bertindak sebaliknya. Entah Milky ingin mengetes atau sengaja mancari tahu ketertarikannya. Berkat tindakan yang dilancarkan, Belva tidak diam saja. Belva merespons, memeluk pinggang ramping Milky dengan sedikit membungkuk agar lebih mudah mencium.
Kali ini ciuman berbalas, Belva mulai menanggapi dan mengikuti permainan bibir yang dilancarkan Milky. Dan lambat laun ciuman mereka jauh lebih liar dari dugaan. Mereka menikmatinya tanpa mempedulikan beberapa orang yang berlalu lalang.
☕️☕️☕️
Jangan lupa vote dan komentar kalian🤗❤
Follow IG: anothermissjo
-
Cerita ini merupakan project kolaborasi dengan genre Komedi Romantis. Nama serinya: #BadassLove yang digawangi 3 wanita super badass, namun berhati baik. Berikut judul dan penulisnya:
#1 Lose The Plot oleh sephturnus
#2 Round The Bend oleh azizahazeha
#3 Call The Shots oleh anothermissjo
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top