02

•••

Yeji mempercepat langkahnya berharap dapat lebih cepat sampai ke dalam kelas. Sementara itu yeonjun setia mengikuti yeji dari belakang, memastikan anaknya sampai ke kelas dengan selamat. Agak berlebihan memang.

"Jangan cepat-cepat." Seru yeonjun yang berjalan lebih santai ketimbang yeji.

"Apa kau tuli? bel sudah berbunyi sedari tadi. Aku harus cepat."

"Daripada kau berisik, lebih baik kau tak usah mengantarku sampai ke kelas." Lanjutnya kesal.

"Daddy mau memastikan ada yang nakal padamu atau tidak." Balas yeonjun mengelus kepala yeji pelan.

"Ih jangan memperlakukan aku seperti an-

"Yeji? Heh bukankah hari ini kau masuk pelajaran saya? malah asik pacaran disini!"

Seorang pria berusia 30-an menyela ucapan yeji ketika berpapasan di persimpangan lorong. Sambil menenteng tas hitam dan berbagai macam berkas di tangan, dapat dipastikan pria itu adalah salah satu guru di sekolah yeji, SMA Jeonju.

"Pa-pak seokjin, aduh bikin kaget saja." Ucap yeji sambil membungkuk dihadapan sang guru, memberi tanda hormat.

"Ayo masuk ke kelas, waktunya belajar bukan berpacaran." Titah pak jin membuat yeji kebingungan.

"Pak, tapi pak..."

"Ayo masuk kelas, tinggalkan dulu pacarmu. Mentang-mentang pacarmu tampan, maunya bareng terus."

Yeonjun terkekeh pelan mendengar penuturan guru bahasa tersebut.

"Pak, ini ayah saya pak aduuuh."

"Hus ngawur saja kamu hwang yeji." Sentak pak jin memandang yeji dan yeonjun bergantian lalu menurunkan kacamatanya sedikit.

"Mana ada bapakmu semuda ini, pagi-pagi sudah ngawur."

Yeonjun mengulurkan tangannya pada pak jin, dengan ekspresi kebingungan sedikit kesal pak jin membalas jabatan tangan yeonjun.

"Apa?" Tanya pak jin dengan polosnya.

"Perkenalkan saya Choi yeonjun, ayah tiri dari murid bapak yang bernama hwang yeji."

Pak jin menepuk jidatnya, "eh begitu kah? tadinya saya kira ayah kandung." Jawab pak jin sedikit malu.

"Yasudah kalau begitu pak, anaknya saya suruh masuk kelas dulu ya. Bapak boleh pulang." Sambung pak jin, yeonjun mengangguk lalu menepuk pundak yeji.

"Jaga anak kesayangan saya pak!"

Mendengar ucapan yeonjun, yeji hanya mendengus. Lalu melangkah bersama pak jin menuju kelasnya yang berjarak beberapa meter lagi.

"Bu yujin pintar juga cari brondong ya ji."

Yeji hanya menatap dengan ekspresi malas kearah pak jin.

•••

Tiga jam telah berlalu, kini saatnya istirahat dimulai. Yeji dan kedua sahabatnya keluar dari kelas dan menuju kantin dengan bersemangat, kecuali yeji.

Bagaimana bisa semangat, sementara sejak yeji masuk ke kelas pagi tadi, minju dan karina terus saja melontarkan banyak pertanyaan padanya yang membuat yeji pusing untuk menjawab itu.

Itu semua berawal dari karina yang memergoki yeji dan yeonjun di parkiran sehingga jiwa kepo dalam dirinya bangkit. Memang sebelumnya yeji tidak pernah diantar yeonjun kesekolah, jadi tidak ada yang tahu apa hubungan yang terjalin antara yeji dan yeonjun.

"Yeji ayo jelaskan semuanyaaaa." Karina merengek sambil bergelayutan di lengan yeji.

"Iya kau sudah janji akan menjelaskan itu ketika istirahat." Timpal minju menarik-narik kunciran yeji pelan.

"Ih iya-iya aku akan menjelaskannya tapi lepaskan aku dulu, kalian seperti anak kecil saja."

Merasa tersiksa dengan tingkah teman-temannya itu, yeji mempercepat langkahnya menuju kantin dan mencoba untuk tak menghiraukan ocehan karina dan minju.

Setelah sampai di kantin, mereka bertiga memesan makanan kemudian yeji menceritakan semua pada teman-temannya. Awalnya minju dan karina tidak percaya, namun setelah yeji menunjukkan foto pernikahan ibunya dengan yeonjun, mereka berdua hanya bisa terdiam menatap satu sama lain.

"Jadi ini alasan kau tak mau mengundang kami ke acara pernikahan ibumu, huh?" Tanya minju cemberut sambil menguyah nasi gorengnya.

"Aku kira ayah tirimu tidak akan semuda itu,"

Karina terdiam sejenak. "waktu kau menginap di rumahku, kau hanya bilang ayahmu pengacara saja." Timpalnya.

"Ck, sudahlah itu tidak penting tahu. Yang penting sekarang kalian tau suami baru ibuku." Jawab yeji enggan menyebut yeonjun sebagai ayahnya.

"Ish, keren sekali masih muda sudah jadi pengacara sukses."

"Oh rina, jangan terlalu memujinya, ayah yeonjun bahkan seorang anggota hakim agung, pasti ia dapat bantuan orang dalam."

Yeji selalu membatah minju dan karina ketika mereka memuji ayah tirinya. Di mata yeji, yeonjun hanya pemuda kemarin sore yang masuk dalam kehidupan keluarganya tanpa persetujuan darinya. Pemaksa.

"Yeji apa kau tidak takut jatuh cinta pada ayah tirimu sendiri?"

"Uhuk-"

"Benar kata minju, hati-hati jangan sampai kau tergoda pesona seorang papah muda."

"Kalian berdua, dasar gila!"

Bentakan yeji dibalas dengan tawa oleh minju dan karina, menggoda sahabatnya adalah hal terseru sewaktu di sekolah.

"Cepat habiskan semua, setelah ini akan ada ulangan biologi bukan?"

•••

Sekitar pukul 12 siang kelas yeji telah usai. Kini tak aneh lagi jika melihat sekolah-sekolah dari mulai SD sampai SMA dipulangkan lebih cepat ketimbang tahun-tahun sebelumnya.

Dampak dari virus corona rupanya masih terasa sampai sekarang di kota jeonju, sehingga membuat banyak aktivitas publik dibatasi dan harus disesuaikan dengan peraturan setempat.

"My sweet little kiry,"

"Kau pulang sendirian?"

Sapaan karina membuat yeji yang tengah menunggu bus menoleh kebelakang. Yeji mendengus "Apa kau lihat tanda-tanda kehadiran hyunjin?"

Karina terkekeh mendengar jawaban dari yeji yang malah berbalik tanya kepadanya. Bodohnya karina sudah mengetahui jawaban tetapi masih bertanya pada yeji.

"Jangan naik bus, kata pak jin hindari keramaian." Ucap karina sembari menepuk-nepuk jok belakang motor ungunya.

"Hais, kau terlalu cerewet hari ini."

Tanpa banyak bicara, yeji langsung menaiki motor karina sebagai penumpang belakang. "Jeno bagaimana?" Tanya yeji.

"Dia sedang ekskul, lagi pula aku bawa motor sendiri hari ini."

Akhirnya yeji pun pulang bersama dengan karina, sementara itu minju sudah pulang duluan bersama calon pacarnya, na jaemin yang setia menunggu di depan pintu kelas minju sejak bel pulang berbunyi.

•••

Karina tidak mengantarkan yeji kerumahnya, melainkan ke restoran milik choi yujin yang terletak tak jauh dari sekolah mereka.

Setiap pulang sekolah, yeji selalu pergi ke restoran yujin untuk makan siang. Bila dia pulang ke rumah, maka yang ada hanyalah rasa lapar karena setiap siang ibunya ada di restoran, pulangnya sore ataupun malam. Jadi tak ada yang memasak di rumah.

"Apa kau mau makan juga di restoran ibuku?"

"Wah gratis?"

"Tentu saja, aku kan teman yang baik."

"Tidak, lain waktu saja. Aku ingin segera tidur ih, ngantuk sekali."

"Baiklah kalau begitu, hati-hati dijalan. Terimakasih bestie."

Yeji melambaikan tangannya ketika melihat motor karina yang melaju terus menjauh dari tempatnya berpijak. Setelah itu yeji masuk ke dalam restoran untuk makan.

Ketika masuk, yeji sudah disambut dengan keramaian para pelanggan dan lalu lalang pelayan yang sibuk dengan pesanan. Hari ini restoran terlihat lebih ramai dari biasanya.

Yeji langsung pergi ke dapur untuk mencari yujin. Sudah jadi kebiasaan yujin untuk membantu para koki memasak di dapur, meskipun dirinya adalah pemilik tunggal restoran ini.

"Mommy, aku lap-"

"Sayang bisa kau antarkan ini ke kantor ayahmu?"

Yujin menghampiri yeji dengan sekotak makanan di tangan kanan dan kirinya.

"Aku?"

"Ya, hari ini mommy sedang tak enak badan. Malas menyetir mobil."

"Mommy kenapa tidak suruh yang lain saja, lagipula aku lapar ingin makan siang."

"Kau lihat sendiri kan, restoran hari ini ramai dan semua orang sibuk dengan tugasnya masing-masing."

Yeji menoleh ke kanan dan kiri memperhatikan setiap orang yang dia rasa dapat disuruh untuk mengantarkan makan siang ke kantor ayahnya. Tapi hasilnya nihil, semua orang terlihat sibuk.

Dengan terpaksa akhirnya yeji pun mengiyakan perintah ibunya.

Yujin memberikan 2 kotak makanan pada yeji. Satu untuk yeji, satunya untuk yeonjun. Kemudian dia berangkat menuju kantor ayah tirinya menggunakan mobil yang yujin pakai untuk berangkat ke restoran pagi tadi.

•••

Mendengar deru mobil yang tak asing singgah di dekat kantornya, yeonjun berhenti sejenak dari aktivitasnya. Bersamaan dengan itu, sebuah pesan singkat masuk ke ponselnya.

'Hari ini aku tak enak badan, jadi yeji yang mengantar makan siang mu. enjoy your lunch dad<3!'

Yeonjun membaca pesan tersebut tanpa berniat untuk membalasnya.
Dia mematikan ponsel, mengintip dari jendela, lalu tersenyum kecil, ralat maksudnya menyeringai kecil.

Dengan sigap yeonjun merapikan meja kerjanya untuk menyambut kedatangan yeji, yang pertama kalinya singgah di kantor independen milik choi yeonjun, pengacara muda kebanggaan ayahnya.

•••

Next?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top