⊱┊8. Orang Asing
"Ayo Fushiguro! Sekarang kita akan pergi ke tukang tenun."
Fushiguro diam-diam mengembuskan napas pelan saat ia harus melangkahkan kakinya kembali setelah diam dalam waktu yang sebentar. Ia kira tugasnya sebagai pengawal akan mudah. Ternyata lebih berat dari bertugas menjaga istana. Jauh lebih melelahkan.
Pasalnya Charlotte ini dalam sehari bisa berpindah-pindah tempat lebih dari empat kali. Dari pasar terus ke pelabuhan kemudian ke rumah teh lalu kembali ke kastil kemudian pergi lagi. Gadis ini benar-benar sibuk melakukan banyak hal dalam sehari. Terlalu dinamis dan Fushiguro serasa diajak lari cepat oleh gadis cantik itu.
Saat ini mereka telah keluar dari tempat pelelangan ikan. Matahari begitu terik. Sudah waktunya makan siang. "Nona, sebaiknya kita pergi makan siang terlebih dahulu sebelum pergi ke tempat tenun."
Charlotte mendongak dengan mata menyipit. Ia tak sadar jika hari sudah semakin siang. Juga perutnya terasa keroncongan. "Baiklah, ayo makan siang!"
Fushiguro hanya mengangguk sambil tersenyum tipis. Senang lantaran sarannya diambil. Ia akhirnya bisa mengisi ulang energinya yang hampir habis gara-gara Charlotte.
**********
Ini adalah hari keempat bagi Fushiguro bekerja sebagai pengawal Charlotte. Gadis bangsawan itu benar-benar memiliki banyak kegiatan di luar kastil. Gadis itu juga terpantau sering berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Walau logat berbicaranya agak aneh, ia sangat fasih dengan bahasa asli sini. Tergambar jelas bahwa ia adalah pribadi yang ramah dan mudah beradaptasi.
Putri yang sempurna.
Hal itu pun membuat benak Fushiguro bertanya. Bukankah kehidupan di benua barat katanya lebih baik daripada di sini yang masih kuno dari berbagai aspek? Apa yang membuat gadis itu betah tinggal di sini, tempat yang sangat jauh dari tempat kelahirannya?
"Fushiguro, kau, kan, datang dari ibukota. Bisa diceritakan bagaimana kehidupan di sana? Aku selalu ingin berkunjung ke ibukota, tetapi tidak pernah ada kesempatan," tutur Charlotte tanpa mengalihkan pandangannya dari lukisannya. Saat ini Fushiguro sedang menemani Charlotte yang sedang melukis matahari terbenam di pinggir pantai. Senja memang sudah menyapa sedari tadi. Bahkan langit hampir menggelap separuhnya.
Fushiguro yang tiba-tiba ditanyai seperti itu pun mengerjap. Ia terdiam sejenak untuk menyusun kata-kata. "Emm ... sama saja seperti di sini, Nona," jawabnya sejujur-jujurnya.
Charlotte yang mendengar itu hanya mendesah kecewa sambil melirik Fushiguro sekilas. "Kau ini membosankan sekali, ya, reaksinya."
Fushiguro tak menjawab. Lebih tepatnya tidak tahu mau menanggapi apa. Mata secara acak menatap sekitar lalu terpaku pada lukisan Charlotte. Cantik. Lukisannya. Charlotte yang disinari senja pun tak kalah cantiknya.
"Fushiguro, kau ini masih mudah. Cobalah lebih ekspresif sedikit. Kalau wajahmu datar-datar terus, kau bisa cepat tua tahu!"
Fushiguro hanya mengernyit saat mendengar ucapan Charlotte yang masih sibuk melukis. "Maaf, lain kali saya akan lebih sering tersenyum," timpalnya agar percakapan antara keduanya berakhir. Jujur, Fushiguro bukanlah teman mengobrol yang baik karena ia tipikal orang yang tidak suka berbicara. Akan tetapi, mendapat majikan yang banyak bicara sepertinya akan melelahkan bagi Fushiguro.
"Fushiguro, kenapa kau menjadi prajurit istana?"
Kan, baru saja dibilang.
"Untuk melunasi hutang ayah saya pada istana."
Charlotte menoleh saat mendengar jawaban Fushiguro yang terlampau jujur. Tidak disangka jika ia akan menjawab seperti itu. Sepengetahuan Charlotte, istana memang menyediakan pinjaman bagi rakyatnya. Namun, sebagai bayaran gantinya, mereka harus mengirimkan sanak keluarga laki-laki mereka untuk dijadikan prajurit istana. Fushiguro menjadi salah satunya.
"Apa kau bahagia dengan pekerjaanmu?"
Hanya pertanyaan acak. Charlotte tidak ingin suasananya sunyi-sunyi amat. Fushiguro yang berdiri di belakangnya mengerjap sebentar,"Selama kebutuhan perut terpenuhi, saya baik-baik saja."
Mendengar jawaban tersebut sontak saja Charlotte tertawa. Tawanya begitu merdu. Tawa khas putri bangsawan. Kini irisnya beralih pada Fushiguro yang berdiri tegak di belakangnya. "Aku suka jawabanmu itu."
Fushiguro terdiam dengan wajah datarnya saat iris merah muda itu menatapnya cerah. Fushiguro jarang melihat orang yang memiliki warna bola mata seperti itu di sini. Benar-benar indah.
Charlotte benar-benar sosok yang berbeda.
**********
"Hari ini aku akan pergi ke pasar saja. Jadi, kau bisa bernapas lega karena tidak perlu membuang-buang tenaga," kata Charlotte saat mereka bertemu keesokan paginya. Fushiguro yang mendengarnya menjadi heran. Tumben?
"Besok ayahku akan pulang, jadi aku tidak bisa bebas berkeliaran."
Ah, Fushiguro ingat. Tuan Hodges, gubernur Pelabuhan Barat, sedang ada urusan bisnis di ibukota selama seminggu. Besok adalah kepulangannya. Mendengar perkataan Charlotte barusan mengundang rasa penasaran Fushiguro. Tidak bebas berkeliaran? Apakah Tuan Hodges adalah tipe orang tua yang protektif?
Fushiguro pun mengendikkan bahu. Berusaha tidak peduli pada rasa penasarannya. Bawahan sepertinya tidak perlu tahu. Ia kini hanya perlu fokus menjaga Charlotte dari ramainya pasar.
"Aku ingin mengambil jahitan kimonoku," beritahu Charlotte sembari berusaha melawan keramaian pasar.
Setelah beberapa lama, mereka pun akhirnya tiba di tempat tujuan. Charlotte disambut ramah di sana. Bahkan sampai dijamu teh oleh pemilik. Mereka mengobrol banyak hal. Fushiguro tidak begitu tahu intinya. Ia juga tidak peduli.
Namun, kejadian di toko kimono tadi pun menjadi bahan pemikiran Fushiguro setibanya di mansion prajurit setelah menyelesaikan kewajibannya. Kehidupan Nona Charlotte yang begitu menarik perhatiannya. Bagaimana warga lokal di sini begitu menerima Charlotte yang tak lain tak bukan adalah orang asing. Charlotte yang begitu mudahnya berbaur di lingkungan yang Fushiguro yakini 360° berbeda dari tempat asalnya. Ya, Fushiguro bisa menyimpulkan itu karena dilihat dari cara berpakaian, aktivitas saat di dalam istana, bentuk bangunan, sampai perihal menu makanan di istana keluarga Hodges. Benar-benar asing di mata Fushiguro. Ia bagaikan melihat kehidupan dua dunia yang berputar di atas daratan yang sama.
Charlotte Hodges dan rasa asing yang ia genggam membawa Fushiguro dalam ketakjuban. Ia menjadi saksi singgungan dua kehidupan yang tak terduga.
Bersambung...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top