⊱┊7. Topeng
Yuuji dan Yuuna
Siapa yang tak kenal? Mereka adalah pengantin baru pegawai istana. Kisah romansa mereka tak kalah dengan sastra-sastra karya para pujangga. Penuh hal manis, menggelitik, dan menggemaskan.
Itadori Yuuji adalah seorang pemuda periang yang tahu kapan saatnya serius, kapan waktunya bercanda. Altruistis sejati yang menjunjung tinggi keadilan. Mudah bergaul dan memiliki tekad yang tinggi. Hampir semua kalangan istana mengenal pemuda ini.
Harada Yuuna adalah seorang gadis pendiam lemah lembut, ramah, dan keanggunan menjadi ciri khasnya. Sifatnya yang kadang-kadang pemalu jika bertatap muka dengan orang asing membuat dirinya tampak manis. Gadis cantik yang diidam-idamkan oleh seluruh pria.
Lalu, bagaimana keduanya bertemu?
Sederhana, semua berawal dari Yuuji yang menjadi penggemar rahasia. Banyak dayang istana berparas cantik yang layak untuk dijadikan pendamping. Begitu pula Yuuji memandang Yuuna. Awalnya, Yuuji diperintahkan untuk mengantar Yuuna menuju kebun istana guna mengambil rempah-rempah. Kala itu marak terjadi tindakan kriminal yang menyasar pegawai dapur istana demi mencuri bahan makanan. Ya, dari pertemuan sederhana itu panah asmara menancap relung hati Yuuji.
Kisah romansa mereka manis. Yuuji yang kikuk dengan perempuan yang disukai. Yuuna yang pemalu terhadap orang baru dikenal. Perjuangan Yuuji untuk mendapatkan Yuuna tentunya dibantu oleh campur tangan banyak orang.
Setelah melewati berbagai rintangan berbabak, akhirnya Yuuji pun mampu mempersunting Yuuna. Kini mereka menjadi pasangan suami istri yang serasi. Kadang kala mereka jadi bahan godaan oleh sesepuh pegawai istana yang memang sekali bergurai dengan anak muda. Seperti saat ini.
"Jadi, kapan kalian akan mempunyai anak?"
Yuuna yang mendengar pertanyaan itu dari ibu kepala dapur hanya tertawa canggung karena belum terbiasa dengan topik tersebut. Saat ini dapur istana sibuk untuk menyiapkan makan malam. Asap berasal dari tungku membumbung tinggi. Aroma rempah-rempah dan kaldu yang matang menusuk hidung para pegawai dapur. Suara pisau yang beradu dengan papan kayu menggema seantero ruangan. Tak lupa sutil kayu raksasa yang terus beradu dengan pinggiran kuali. Yuuna harus menyiapkan suara lantang untuk ibu kepala yang sibuk mencicipi kaldu satu-persatu.
"Saya ... belum membicarakan hal itu dengan Yuuji."
"Jangan sampai menunda-nunda, ya. Tidak baik."
Yuuna hanya mengangguk paham lalu kembali fokus untuk memotong sayuran. Soal anak, sebenarnya mereka sudah berdiskusi soal itu. Mereka sepakat untuk menunda kehamilan sampai kondisi keuangan mereka membaik. Pekerjaan mereka hanyalah menjadi pegawai istana dengan gaji tak seberapa. Setidaknya sampai keduanya mempunyai tabungan yang cukup untuk mampu membesarkan anak. Sengaja Yuuna tak memberitahu ibu kepala. Masalah pribadi suami istri jangan terlalu diumbar-umbar.
"Masih tidak menyangka Yuuna si manis ini sudah jadi istri orang saja. Padahal aku ingin sekali menjodohkannya dengan putraku."
"Jangan mengada-ngada, putramu masih pengangguran. Yuuna tidak berhak menerima nasib menjadi istri seorang pengangguran."
"Kau ini, mulutnya kenapa tajam sekali, sih!"
"Aku hanya mengatakan kenyataan. Lagipula ajari dahulu putramu itu hidup dengan baik dan benar. Sudah pengangguran, suka judi dan mabuk-mabukan pula."
"Makanya aku ingin menjodohkannya dengan Yuuna agar dia bisa berubah."
"Kasihan Yuuna jikalau begitu."
Yuuna hanya bisa melipat senyum saat dua wanita pegawai dapur yang berdebat mengenai dirinya. Jangan heran, dua wanita tua tersebut sudah bersahabat lama sehingga topik pembicaraan tadi yang agak menyinggung ditanggapi biasa saja. Yuuna saja yang tak bisa terbiasa. Masalahnya dia yang jadi bahan pembicaraan. Ia juga tahu betul putra dari wanita rekan kerjanya itu. Yuuna tidak ingin menikah dengannya jika perjodohan itu benar-benar terjadi. Mungkin ia akan kabur kalau berani.
*********
"Hei bocah, jam berapa sekarang?"
Yuuji diam-diam menghela napas pelan tatkala Tuan Ryomen bertanya untuk entah ke berapa kalinya. Saat ini ia ditugaskan untuk menjaga tahanan Tuan Ryomen yang menjadi tersangka kasus penggelapan obat-obatan. Saat ini mereka ada di ruang sel tahanan bawah tanah yang ada di paling pojok dan lumayan dekat dengan pintu keluar.
"Sudah malam. Mungkin sekitar pukul tujuh."
Obor yang menerangi ruang bawah tahanan menari-nari. Hal itu menjadi fokus utama Yuuji saat ini. Ia sungguh kebosanan berjaga di ruang bawah tanah ini sambil ditemani helaan napas berat Tuan Ryomen. Sepertinya bangsawan itu masih tidak diterima kalau dirinya dipenjara.
"Itadori, kini giliranku berjaga."
Wajah Yuuji cerah seketika saat rekannya datang untuk menggantikannya. Itu tandanya ia akan segera pulang.
"Terima kasih. Aku ke atas dahulu," pamit Yuuji sambil menepuk bahu rekannya dua kali sebelum pergi menuju pintu keluar.
"Oi, bocah!"
Baru saja Yuuji hendak menjauh, tiba-tiba saja Tuan Ryomen memanggilnya. Yuuji diam-diam mengembuskan napas pelan. Sudah lelah berurusan dengan bangsawan.
"Ya, Tuan? Ada apa?"
Tuan Ryomen tampak berpikir serius sambil mengerutkan dahi. Yuuji tidak sabaran menunggu dalam hati.
"Tidak, tidak jadi."
Untung saja stok kesabaran Yuuji masih ada. Pria muda itu akhirnya pergi meninggalkan ruang bawah tanah. Jam dinasnya sebentar lagi usai. Saatnya menjemput sang istri lalu pulang.
Yuuji pun melangkah ke gudang peralatan para prajurit. Ia hendak melepas seragam berat serta senjatanya sebelum pulang. Sebuah rutinitas yang biasa. Setelah kembali berpakaian seperti rakyat biasa, kini Yuuji melangkah menuju dapur istana untuk menjemput sang istri. Jam makan malam telah usai. Pasti dapur sudah mulai beres-beres.
"Oh, oh, Nak Yuuji. Menjemput, istri, hm?" goda ibu kepala dapur tatkala melihatnya datang. Yuuji hanya tersenyum canggung sebagai jawaban.
"Yuuna sedang mencuci peralatan di belakang sana. Tunggu saja di sini."
Yuuji pun mengangguk patuh sambil menatap kepergian ibu kepala dapur. Ia pun melongok sedikit ke dalam dan melihat kesibukan para pegawai dapur yang membereskan peralatan. Langit semakin gelap dengan hiasan taburan bintang. Pria itu sedikit bosan untuk menunggu. Ia pun memutuskan untuk masuk ke dalam. Lebih tepatnya mencari Yuuna yang ada di belakang dapur. Setibanya di pintu belakang, Yuuji menangkap Yuuna sedang mencuci peralatan masak di dekat sumur yang tak begitu jauh dari pintu bersama salah seorang rekannya. Mereka memunggunginya. Namanya Mai kalau Yuuji tidak salah ingat.
"Kau pasti terpaksa, kan, menikah dengan Yuuji?"
Yuuji mengernyit saat mendengar ucapan samar-samar Mai yang tak begitu mengenakkan. Pria itu pun memutuskan untuk menguping dibalik dinding dekat pintu.
"Apa maksudmu Mai? Kenapa tiba-tiba berbicara seperti itu?" Yuuna menjawab dengan nada tidak suka.
"Aku tahu betul tabiatmu yang tidak enakan itu, Yuuna. Kita sudah bekerja di dapur ini berapa lama coba? Hampir separuh hidup kita habiskan di sini," tukas Mai tegas.
Yuuna menghela napas sambil menatap lelah pada Mai,"Kenapa tiba-tiba membahas ini setelah sekian lama?"
"Aku ingin memperingatimu sebelum semuanya terlambat. Kau tak bisa terus-terusan memakai topeng di depan Yuuji. Mau sampai kapan, Yuuna? Sebenarnya kau tak mencintainya, kan? Perasaanmu hanya untuk Fushiguro Megumi seorang. Kau menerima lamaran Yuuji karena kasihan dan sebagai alasan agar kau bisa melupakan perasaanmu itu. Aku benar, kan?"
Yuuji menelan ludah kasar saat mendengarnya. Pria itu merasakan sakit di dadanya sekaligus bertanya-tanya. Apakah pernyataan Mai itu benar? Yuuna terpaksa menerima lamarannya karena kasihan? Pikirannya yang berkabut membuat pria itu buru-buru kembali ke depan dapur. Bersikap seolah tak terjadi apa-apa. Bertingkah seolah sudah menunggu lama. Walaupun begitu, pikirannya tetap mengawang ke mana-mana.
"Yuuji-kun, maaf, sudah lama menunggu, ya?"
Yuuji menoleh dan mendapati Yuuna sedang tersenyum lembut padanya. Yuuji pun jadi bertanya-tanya.
Senyum di hadapannya palsu atau bukan?
Bersambung...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top