⊱┊3. Mentari
Ufuk timur telah memancarkan cahaya hangat. Gelapnya malam telah bergulir menjadi cerahnya fajar. Ayam-ayam berkokok meramaikan suasana pagi. Para wanita rumah telah bangun untuk memulai aktivitas. Begitu juga dengan Itadori Yuuna.
Yuuna yang telah berganti marga selama dua bulan ini mulai terbiasa menjalani kesehariannya yang baru, yakni menjalankan kewajibannya sebagai istri. Pergi ke pasar untuk membeli bahan masakan lalu membersihkan rumah.
"Nyonya Itadori ingin belanja apa?"
Pertanyaan dengan nada menggoda seperti itu acapkali ia dapatkan dari para pedagang pasar ketika dirinya sedang memilih-milih bahan belanjaan. Pengantin baru memang tiada habisnya untuk digoda. Yuuna hanya merespon dengan senyuman malu-malu setiap godaan dilontarkan. Wanita muda itu juga belum terbiasa dengan panggilan barunya, Nyonya Itadori.
Setelah semua bahan masakan dibeli, Yuuna kembali ke rumah untuk memulai kegiatannya. Pertama yang ia lakukan adalah membersihkan rumah kecilnya yang ditinggali bersama sang suami. Mereka akan meninggalkan rumah seharian penuh lantaran keduanya harus bekerja di istana. Rumah harus ditinggalkan dalam keadaan bersih.
Ketika memasuki kamar, futon telah dilipat rapi di pojok kamar dan keadaan kamar kosong. Sepertinya Yuuji yang membereskannya. Mungkin sekarang pria itu sedang berada di sungai untuk membersihkan diri. Yuuna pun memutuskan untuk menyapu lantai dan membersihkan debu-debu yang ada di perabotan sekitar.
Setelah membersihkan seisi rumah, Yuuna pun beralih ke halaman. Rumah mereka memang kecil, namun halamannya sangatlah luas dengan pepohonan dan berbagai tumbuhan. Daun-daun kering berserakan di halaman dan rumput-rumput yang mulai meninggi. Yuuna pun mengambil sapu lidi untuk membersihkan daun-daun kering. Sesekali disela kegiatan menyapunya, ia berjongkok untuk mencabut rumput-rumput.
Setelah membutuhkan waktu yang lama untuk menyapu dedaunan kering menjadi satu, Yuuna pun mengambil korek api lalu membakar dedaunan itu. Selepasnya, Yuuna kembali masuk ke dalam rumah untuk memasak.
Tungku api menyala, panci berisi beras di atasnya mulai memasak. Di sisi lain Yuuna sibuk memotong sayuran. Sarapan dengan sup hangat adalah rencananya untuk pagi ini. Bagian dapur ini terletak di belakang rumah, dindingnya setengah terbuka. Pemandangan dan belakang rumahnya berupa hutan terpampang sangat jelas. Di ujung hutan terdapat sungai yang biasanya digunakan untuk kegiatan bersih-bersih dan lainnya.
Dari kejauhan tampak Yuuji berjalan menuju ke rumah sambil membawa keranjang pakaian. Rambutnya setengah basah tanda ia telah membersihkan badan. Pria itu tersenyum kala menangkap pemandangan sang istri yang sibuk memasak.
"Yuuna memasak apa hari ini?" tanya Yuuji setibanya di sana. Yuuna menoleh sambil memberikan senyuman,"Sup hangat. Yuuji-kun suka, kan?"
Yuuji hanya mengangguk sebagai jawaban. Kemudian Yuuna beralih lagi ke masakan, memasukkan semua potongan sayur ke dalam panci yang mendidih lalu mengecek tungku di sebelahnya yang digunakan untuk menanak nasi.
"Yuuji-kun, boleh minta tolong untuk melanjutkan masakanku? Aku ingin bersih-bersih sekarang. Yuuji-kun bisa, kan?" pinta Yuuna sambil menatap penuh harap pada sang suami.
Yuuji yang sedari kecil sudah berpengalaman di dapur langsung mengangguk tak masalah,"Tentu saja aku bisa. Serahkan semuanya padaku!"
Yuuna tertawa kecil saat melihat lagak Yuuji yang menepuk dadanya. Setelah itu ia pun berjalan ke dalam untuk mengambil pakaian.
"Astaga, pakaian kotor kita sudah menumpuk ternyata. Aku akan mencucinya setelah pulang kerja nanti."
Samar-samar Yuuji mendengar keluhan Yuuna dari dalam. Pria itu segera berseru sambil memasukkan kayu bakar ke dalam tungku penanak nasi agar apinya tak padam,"Kalau nanti malam telanjur kelelahan, jangan memaksakan diri, ya, untuk mencuci pakaian!"
Begitulah kegiatan di pagi hari pasangan suami istri Itadori. Kedatangan Yuuna setelah ia membersihkan di sungai bertepatan masakan yang telah matang. Mereka sarapan di kamar dengan meletakkan meja di tengah. Ruangan di rumah mereka hanya terdiri kamar, ruang tamu, dan dapur sehingga kamar mereka sering beralih fungsi menjadi ruang makan.
Sarapan kali itu dipenuhi obrolan hangat seperti biasa. Pekerjaan, rencana-rencana, juga tetangga menjadi topik obrolan. Setelah selesai, mereka pun berangkat bersama menuju istana untuk menunaikan kewajiban mereka. Itadori Yuuji sebagai prajurit istana, sedangkan Itadori Yuuna sebagai pegawai dapur istana. Tak perlu heran mengapa Yuuna masih bekerja padahal sudah menikah. Hal itu dikarenakan pegawai istana harus melayani kerajaan sampai ajal mereka tiba. Tak peduli sudah menikah dan mempunyai anak, mereka harus tetap melayani kerajaan sampai keturunan mereka.
Setiba di depan kerajaan, mereka pun berpisah untuk ke tempat masing-masing.
"Semangat bekerja, Yuuna!"
"Semangat bekerja juga, Yuuji-kun!"
Salam bahagia untukmu, Nyonya Itadori!
Cais telah mengikat Anda dengan sang mentari, Itadori Yuuji. Kalian layaknya bunga matahari yang selalu serasi dengan sang surya di langit. Berhati-hatilah dengan kebahagiaan di awal karena kisah kalian masihlah sangat panjang ...
.
.
.
.
.
.
.
.
"Fushiguro, kau dipanggil Panglima sekarang."
Fushiguro Megumi menoleh pada sumber suara. Rekannya, Itadori Yuuji, menghampirinya dengan nada terengah. Seingat Fushiguro, rekannya ini ditugaskan di gerbang timur. Tentunya berjalan menuju gerbang barat, tempatnya berjaga, membuatnya kelelahan.
"Dalam rangka apa aku dipanggil Panglima?" tanya Fushiguro.
Itadori mengendikkan bahu tanda tak tahu,"Entahlah, aku tidak tahu."
Fushiguro hanya mengembuskan napas pelan. "Tolong gantikan aku kalau begitu," ucapnya lantaran saat ini Fushiguro berjaga sendiri.
"Tentu."
Fushiguro pun beranjak pergi menuju ruangan panglima. Selama menuju ke sana, pikiran pria muda itu penuh dengan tanda tanya. Dalam rangka apa ia dipanggil? Apakah ia pernah membuat masalah tanpa diketahuinya? Tetapi, hal itu rasanya tak mungkin. Fushiguro akui bahwa dirinya adalah prajurit yang berkompeten. Masalah tentunya sangat dihindari olehnya.
"Kau akan dipindahtugaskan ke Pelabuhan Barat, menjadi pengawal putri bangsawan barat di sana."
Begitulah perintah yang Fushiguro dapat setibanya di sana. Sebagai prajurit teladan, Fushiguro tak protes. Ia mengangguk patuh tanpa mengeluarkan banyak pertanyaan. Toh, tugasnya hanya mengawal. Pasti tidak akan ada masalah.
Seharusnya
Bersambung ...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top