⊱┊15. Retak

Dingin

Yuuna masih mengingat betapa dinginnya suasana makan malam semalam. Tidak ada yang berbicara dan Yuuji menguarkan pertanyaan yang membingungkan. Yuuna masih mengingat sorot Yuuji yang menatapnya penuh dengan emosi tak terbaca. Ada sesuatu yang suaminya itu sembunyikan. Tapi, Yuuna tak tahu itu apa. Bahkan ia pun tak ada ide soal pertanyaan Yuuji yang mengakhiri sesi makan malam mereka.

Sesuatu yang belum ia beritahukan kepada Yuuji. Sesuatu yang tak seharusnya Yuuji tahu dari orang lain. Yuuna pun berpikir keras untuk mencari tahu. Ia benar-benar tak mengerti mengapa Yuuji bertanya demikian.

"Yuuna, awas!"

Yuuna tersentak kala salah seorang pegawai dapur menyeretnya menjauhi tungku api. Yuuna hampir saja membakar tangannya. Perempuan itu pun tersadar sepenuhnya.

"Jangan melamun saat bekerja!" bentak rekannya tersebut. Yuuna hanya terdiam. Ia masih syok dengan apa yang terjadi. Tidak disangka jika ia hampir celaka begini.

**********

"Wajahmu kusut sekali, bocah."

Yuuji tak paham sejak kapan ia dan tahanan Ryomen ini menjadi terbiasa bercakap kasual sampai-sampai Tuan Ryomen memperlihatkan kepeduliannya dengan bertanya demikian.

"Tidak apa. Hanya kelelahan."

"Berantem dengan istrimu, ya?"

Padahal Tuan Ryomen hanya asal tebak. Namun, melihat Yuuji yang hanya diam saja tak menjawab, Tuan Ryomen pun dengan cepat mengambil kesimpulan,"Benar, pasti berantem dengan istri."

Yuuji hanya mengembuskan napas panjang sambil bersandar di dinding batu sebelah sel tahanan. Pikirannya melayang ke mana-mana.

"Ryomen-sama—"

"Jika kau ingin minta saran pernikahan padaku, kau salah orang bocah. Pernikahanku bahkan tidak lebih baik darimu," potong Tuan Ryomen yang membuat Yuuji mendesah kecewa.

Keduanya pun terdiam. Tuan Ryomen sibuk merapikan surat-surat dari istrinya di dalam tahanan. Yuuji bisa mendengar gesekan kertas yang saling beradu itu menggema. Karena bosan, ia pun melirik ke dalam tahanan. Tampak Tuan Ryomen menatap surat-surat di tangannya dengan tatapan yang sulit diartikan. Yuuji pun jadi penasaran.

"Ryomen-sama, istri Anda orangnya seperti apa?"

Tuan Ryomen menoleh sekilas. Ia pun kembali menatap surat dan terdiam lama sebelum menjawab.

"Ia ... wanita yang lembut dan perhatian."

Persis sekali dengan Yuuna

"Aku ... tidak memperlakukannya dengan baik."

Yuuji terdiam. Ia tak berkomentar apa-apa.

"Kau harus bicara dengan istrimu dan menyelesaikannya secara baik-baik, bocah. Jangan sepertiku yang bahkan tidak bisa membalas satupun surat dari istrinya untuk memperbaiki semuanya," celetuk Tuan Ryomen seraya terkekeh.

Mendengar itu, Yuuji jadi penasaran lagi. Namun, ia urungkan pertanyaan selanjutnya lantaran seorang prajurit datang dari atas.

"Ryomen-sama, Gojou ouji-sama ingin menginterogasi Anda lagi."

Tuan Ryomen yang mendengar itu hanya menghela napas. "Yang Mulia Kaisar benar-benar menggunakanku untuk menguji calon menantunya, ya."

Yuuji pun membuka sel tahanan Tuan Ryomen. Setelah itu ia pun memasang borgol di tangannya dalam diam.

"Tapi, berkat Gojou ouji-sama, semakin memperlihatkan bahwa Anda tidak bersalah dan semua tuduhan yang ditujukan kepada Anda tidak terbukti benar," tanggap Yuuji sambil menuntun Tuan Ryomen keluar dari lorong sel tahanan.

"Ya, aku tahu. Tapi ... ah sudahlah. Lupakan."

Yuuji tak berkomentar apa-apa. Ia hanya mengernyit heran sambil terus berjalan. Tuan Ryomen tingkahnya benar-benar berbeda hari ini.  Tampak lebih diam dan seperti banyak pikiran. Namun, Yuuji berusaha untuk tidak terlalu penasaran. Toh, ia juga memiliki masalah yang harus diselesaikan.

Ya, Yuuji harus mengumpulkan keberanian untuk berbicara pada Yuuna. Siapa tahu ia cuma terlalu banyak prasangka. Juga jika dikungkung prasangka seperti ini benar-benar membuatnya tidak tenang.

Seharusnya begitu. Seharusnya masalahnya akan selesai setelah mendapat pencerahan dari Tuan Ryomen. Yuuji berencana untuk membicarakannya. Namun, semuanya bertambah rumit ketika Yuuji tak sengaja bertemu dengan Mai ketika hendak menjemput Yuuna.

Sore itu, seperti biasa ia menjemput Yuuna dan menunggu di depan bangunan dapur. Kemudian Mai keluar dari dapur dan mereka bertatapan.

"Oh, Itadori, menunggu Yuuna, ya?"

Yuuji hanya menjawab 'ya' dengan canggung. Pasalnya Mai ini yang menjadi pusat utama masalahnya dengan Yuuna. Lebih tepatnya omongan Mai. Mana ia saat itu dalam posisi menguping. Yuuji yang payah dalam berpura-pura harus bersikap setenang mungkin di hadapan Mai yang tak tahu masalah mereka.

"Itadori, kau sedang berantem, ya, dengan Yuuna?"

Pertanyaan yang tak terduga. Mengapa pertanyaan Mai tepat sasaran?

"Tadi Yuuna cerita padaku."

Ah, begitu rupanya. Sekarang Yuuji bingung hendak menanggapi bagaimana. Di satu sisi ia tidak ingin bercerita banyak, privasi. Di sisi lain ia juga tak ingin terlihat seperti seorang suami yang mencampakkan istrinya di depan temannya. Dilema.

"Kuharap kalian sesegera mungkin berbaikan. Yuuna memang begitu sifatnya. Tidak terbiasa terus terang dan malah memendamnya. Hal itu membuatnya sulit dipahami. Sebenarnya melihatnya menikah saja termasuk hal yang aku sulit pahami."

Yuuji mengernyit bingung saat mendengar kalimat terakhir Mai. "Apa maksudmu?"

"Ya, dia itu terlihat seperti bukan orang yang ingin berkomitmen. Maksudku, dia memiliki banyak sisi yang membuatnya susah digapai. Aku yang tumbuh bersamanya pun sampai sekarang tak bisa menebak jalan pikirannya. Yuuna pandai menyembunyikan banyak hal."

Yuuji terdiam. Ia menyimak dengan pikiran melayang.

"Kuharap keputusannya untuk menikahimu adalah benar-benar keputusan dari hatinya. Bukan karena alasan lain."

Entah kenapa Yuuji merasa seperti ditusuk tepat di ulu hati saat mendengar. Ia ingin bertanya maksud dari pernyataan Mai namun ia tak mampu. Ia jadi teringat kembali perkataan Mai tempo lalu yang tak sengaja ia dengar. Tentang hubungan Yuuna dengan Fushiguro. Pikirannya yang semula tertata rapi kini kacau lagi. Segala bentuk emosi berkumpul menjadi satu di dadanya membuat ia membisu lama bahkan setelah Mai pergi. Yuuji merasa dirinya payah sebagai suami.

"Yuuji-kun, maaf membuatmu lama menunggu."

Yuuna baru saja keluar dari dapur. Yuuji menyambutnya dengan senyuman.

Senyuman palsu

Ya, Yuuji adalah suami yang payah.





Dalam pernikahan ini, apakah sungguh hanya perasaanku saja yang sepihak?

Bersambung ...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top