⊱┊13. Surat
"Ryomen, ini surat dari istrimu."
Surat keempat belas dan Sukuna menerimanya tanpa berkata apa-apa. Sel tahanan yang redup akibat hanya ada obor sebagai penerangan tidak menahannya untuk segera membuka suratnya.
─────────────────────
Danna-sama, apa kabar? Kuharap kau sehat-sehat saja di sana. Hari ini aku mendapat kabar baik. Salah satu kolegamu yang aku kira juga memutuskan hubungan dengan klan Ryomen ternyata ia tidak tahu jika Anda ditangkap. Urame-sama, Anda pasti kenal baik dengannya. Beliau selama ini berada di Pulau Karasu untuk merawat ayahnya. Komunikasi di Pulau Karasu sangatlah sulit sehingga Urame-sama tidak tahu-menahu tentang kabar yang ada di Hokuto.
Urame-sama akan membantuku dalam mengembangkan usaha menjahitku. Ia juga akan membantumu agar Anda cepat keluar dari tahanan. Ia percaya jika Anda tidak melakukan apa yang dituduhkan kerajaan. Jika Urame-sama percaya, maka aku juga akan percaya.
Istrimu,
Eri
──────────────────────
Sukuna kembali melipat surat tersebut lalu menaruhnya di laci dekat kasur tahanannya. Di sana ada tumpukan surat juga dari istrinya.
Seminggu setelah ia dipenjara, istrinya rutin mengirimkan surat pada dirinya. Sukuna pikir istrinya itu pergi meninggalkannya lantaran dirinya yang dipenjara. Namun, ternyata ia salah. Istrinya, Eri, malah bertahan. Bahkan berusaha untuk mengembalikan nama klan Ryomen. Sukuna masih ingat isi surat pertama yang dikirimkan Eri.
─────────────────────
Danna-sama, apa kabar? Kuharap kau menjaga kesehatanmu di sana. Selama seminggu ini dipenuhi masa-masa sulit semenjak Danna-sama dipenjara. Maafkan aku karena tak bisa mempertahankan bisnis klan Ryomen dan bawahan-bawahan lainnya. Semua orang pergi dan aku sama sekali tak bisa berbuat apa-apa.
Tapi, selama seminggu perenungan, aku memikirkan untuk membuka usaha menjahit mengingat itu adalah keahlianku. Doakan saja semuanya berjalan lancar.
Istrimu,
Eri
──────────────────────
Semenjak itu surat-surat dari Eri terus berdatangan untuk melaporkan apa saja yang telah terjadi. Hal itu pun membawa Sukuna dalam perenungan panjang. Ia pun berkaca pada masa lalu yang memperlakukan Eri dengan tidak begitu baik. Sukuna bertindak kasar pada Eri hanya untuk pelampiasan. Sejujurnya, ia tak membenci Eri. Hanya saja ia belum terbiasa.
Lagipula sejak awal Sukuna tak pernah setuju dengan wasiat perjodohan ini. Pernikahan bukanlah hal yang ia rencanakan kala itu karena ia sibuk mengurus bisnis klan Ryomen setelah masa peralihan ayahnya yang pensiun lantaran sakit. Kala itu pikirannya masih dipenuhi urusan bisnis. Seperti akan pecah kepalanya. Tiba-tiba saja dihadapkan persoalan pernikahan. Puncak stressnya.
Sebenarnya Sukuna tak mempermasalahkan perihal pernikahan. Yang ia permasalahkan ialah waktunya yang tidak tepat. Pernikahan diselenggarakan dua minggu setelah wafat ayahnya dan Sukuna tidak dalam kondisi terbaiknya.
Ayahnya wafat saat ia belum stabil menjalankan kelanjutan bisnis klan Ryomen. Ditambah ia harus segera melangsungkan pernikahan. Semua beban di kepalanya itu ia lampiaskan pada orang yang salah, Eri.
Semua surat yang dikirimkan Eri dan fakta bahwa perempuan itu masih tinggal membuat Sukuna bertanya-tanya. Mengapa Eri memutuskan untuk bertahan? Dirinya yang dipenjara bisa jadi alasan bagus untuk Eri pergi.
Sukuna tahu betul latar belakang Eri sebelum menikah. Ia tidak diperlakukan dengan baik oleh keluarganya. Lalu setelah menikah, Sukuna malah memperlakukannya dengan kasar. Seharusnya ini adalah kesempatan yang bagus untuk pergi dan menemukan kehidupan baru yang bahagia.
Eri adalah perempuan yang baik. Mereka pernah bertemu saat kecil dan yang Sukuna temukan ialah kelembutan di dalam sorot matanya. Dan sorot itu tak pernah berubah hingga sekarang. Sukuna tak keberatan jika Eri pergi meninggalkannya karena ia berhak akan hal itu. Lagipula dirinya yang dipenjara ini sudah membuat nama klan Ryomen hancur. Makin-makin Eri tak bahagia jika terus bertahan di sisinya.
Sungguh, Sukuna sudah tidak peduli lagi dengan nama baik klan Ryomen ataupun dengan dakwaan kerajaan atas hal yang tidak pernah dilakukannya. Ia sudah diinterogasi berkali-kali dan semua pertanyaan ia jawab dengan jujur walau malah mendapat cambukan di punggung.
Klan Ryomen tidak akan melakukan bisnis kotor demi kesejahteraan keluarga. Itu adalah sumpah yang terus digaungkan secara turun temurun. Ayahnya pun telah mendidiknya dengan keras perihal itu. Sukuna pun teguh akan prinsip-prinsip klannya.
Namun, bukti stempel klan Ryomen pada dokumen penyelundupan obat-obatan dan penggelapan uang membuat Sukuna terheran. Pasalnya ia tak pernah ingat menempelkan stempel pada kedua dokumen tersebut. Tak pernah malah.
Namun, bukti stempel klan itu kuat dan Sukuna tak bisa mengelak walau memberikan pembelaan berkali-kali. Petugas kerajaan bagian investigasi tidak akan mendengarnya. Mereka berpegang teguh pada bukti yang ada. Ya, walaupun pada akhirnya penyelidikan kasus dirinya ditunda karena kejujuran Sukuna yang membuat penyelidikan mereka menghadapi jalan buntu.
Toh, Sukuna memang tak pernah memberi stempel pada dua dokumen itu dan benar-benar tidak tahu akan pergi ke mana kedua dokumennya. Sekarang Sukuna terlampau lelah karena terlalu banyak berpikir praduga pengkhianat klan Ryomen. Ditambah siksaan yang diberikan kepadanya membuat Sukuna kehilangan separuh kewarasan dirinya.
─────────────────────
Danna-sama, bagaimana kabarmu hari ini? Semoga kau makan dengan teratur dan baik-baik saja di sana.
Danna-sama, aku ingin mengungkapkan kejujuran perihal Danna-sama yang dipenjara karena kasus penggelapan uang dan penyelundupan obat-obatan. Aku tidak mau percaya tentang itu karena aku tahu prinsip-prinsip klan Ryomen yang tidak akan melakukan itu dan Danna-sama sangat memegang teguh itu. Tapi, aku juga tidak membela Danna-sama karena aku sama tidak tahu mengenai Danna-sama dan apa yang dilakukan Danna-sama saat bekerja.
Walaupun begitu, yang jelas entah kau dinyatakan bersalah atau tidak, aku tidak akan pernah pergi.
Istrimu,
Eri
──────────────────────
Surat-surat dari Eri sepertinya memiliki kekuatan magis. Sukuna masih mengingat dengan baik isi semua surat-suratnya. Dari surat pertama hingga yang baru saja diterima. Sukuna mengingat betul semua isinya dah itu selalu membuat dirinya jauh lebih baik di saat pikirannya dipenuhi hal buruk.
"Istrimu selalu mengirimkan surat. Apa kau tidak berniat membalasnya?" tanya si penjaga tahanan yang berambut merah muda. Penjaga ini juga yang selalu menjadi pentantar suratnya.
Mendengar pertanyaan itu, Sukuna tak bisa menjawab. Ia tak ada ide hendak menulis apa sebagai balasan. Ditambah ia pun masih bertanya-tanya tentang keputusan yang dibuat Eri untuk bertahan.
Terlalu banyak pertanyaan, terlalu banyak yang ingin dibicarakan dan disampaikan sehingga semuanya malah tertelan kembali sebagai sesak yang tak punya nama
Bersambung...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top