⊱┊10. Tantangan
Adalah Mio yang saat ini menenggelamkan diri pada bacaan naskah-naskah novel romansa yang ada di perpustakaan istana. Bukan tiada sebab, tantangan dari calon suami yang diuarkan tempo lalu membawa Mio ke dalam teka-teki dan harus mencari strategi. Untuk membuat saling jatuh cinta satu sama lain.
Mio membutuhkan rangkaian aksara imajinasi ini lantaran tidak punya bayangan tentang cinta. Sejak dilahirkan dan dibesarkan sebagai putri tunggal Kerajaan Hokuto, tak pernah terbesit sekalipun bagi Mio untuk berpikir tentang romansa. Ia adalah seorang putri tunggal di sebuah dinasti yang rentan. Ia dibesarkan dengan beban tak kasatmata, dipahat sedemikian rupa, semua bekerja keras agar membentuk seorang putri yang elok, cerdas, selalu berdiri tegak, dan penuh pesona. Kesempurnaan yang kemudian dijadikan umpan untuk membentuk aliansi perdamaian. Perannya sangatlah berbeda dengan kakak-kakak Pangerannya yang bersiap menumpahkan darah demi kedamaian.
Bisa dibilang takdirnya begitu bajingan. Diperlakukan seperti sebuah alat. Pajangan yang indah dan semua orang memperebutkannya. Semua kesempurnaan dirinya tak begitu berarti jika dihadapkan dengan politik. Ia terlahir untuk sempurna dan patuh. Mio menerima takdirnya begitu mudah.
Ia mempelajari pengetahuan alam. Seluruh bacaan sejarah kerajaan ia raup habis untuk ditanam di dalam kepalanya. Kursus menjahit, melukis kaligrafi, bercocok tanam, dan pekerjaan wanita lainnya ia ikuti dengan tekun. Etika, ekspresi wajah, dan cara menyenangkan orang lain ia kuasai. Zenin Mio dari Kerajaan Hokuto. Putri muda yang dicium Dewi. Kehormatan, keagungan, dan keelokan ia dapatkan. Mio menggenggam takdirnya erat-erat bagaikan senjata untuk mempertahankan kehidupannya.
Kemudian datang Pangeran Satoru yang membawa aroma musim dingin. Kristal biru yang mampu menyihir semua orang. Surai putih yang tampak tak nyata sehingga orang-orang melabelinya keturunan peri musim dingin. Satoru dengan suara bak angin musim dingin yang menerpa wajah namun bisa menyayatnya dengan mudah. Seorang jejaka yang akan menjadi pangerannya, suaminya, dan rajanya.
"Ayo berusaha untuk membuat satu sama lain jatuh cinta!"
Cinta. Cinta adalah hal yang abstrak di dalam kepala Mio. Bagaikan kabut dengan benang-benang kusut yang menggelantung. Tidak jelas, tidak paham, dan Mio tak punya kuasa untuk mengetahuinya. Ia lahir dalam keluarga yang dibangun oleh politik. Ayahnya berbicara sekenanya dengan ibunya, begitu juga sebaliknya. Bukan berarti ia dibesarkan tanpa cinta. Ibunya sering memberinya kecupan dahi ketika kecil, ayahnya juga sering memanjakannya dengan hadiah kebun bunga-bunga. Namun, itu adalah cinta keluarga. Berbeda dengan yang dimaksud Pangeran Satoru. Cinta untuk membangun keluarga. Cinta dari pemuja pada pujaan. Cinta antar dua insan. Penuh gelora, debaran, dan asmaraloka.
Itu adalah sesuatu yang belum Mio jamah. Asing, tak biasa, bagaikan kehampaan padang ilalang tanpa senja. Sulit diungkapkan karena Mio tak mengerti dengan sepenuh hati dan segenap logika. Oleh karena itulah ia berada di sini. Duduk tenang membaca naskah romansa dengan berbagai perasaan bergerumul di dalam dada karena apa yang ia baca adalah sesuatu yang belum pernah ia rasakan.
Berdebar saat berada di dekat pujaan, selalu ingin melihatnya setiap saat, mengaguminya bak punuk yang merindukan bulan, cemburu jika ia berdekatan dengan yang lain, dan selalu bahagia jika menghabiskan waktu bersamanya.
Narasi yang dibacanya seperti terlalu menerka-nerka, seperti halusinasi yang tak akan pernah jadi nyata. Mio belum pernah merasakan itu semua. Terlalu asing, aneh, dan tak dipahami. Apakah ia akan merasakannya dengan Pangeran Satoru? Apa Pangeran Satoru juga akan merasakannya nanti? Jika begitu, apakah itu adalah bukti bahwa keduanya jatuh cinta?
Tidak, cinta adalah konsep yang belum ia bisa pahami. Terlalu abstrak, rumit, dan tak terbaca. Mio belum mampu memahaminya. Naskah ditaruh disusul embusan napas pelan. Baru pertama kali ini Mio merasa buntu. Haruskah ia meminta bantuan?
"Hime-sama, maaf mengganggu. Gojou-sama ingin bertemu dengan anda."
Benar-benar waktu yang tidak tepat. Di saat ia buntu untuk menghadapi Satoru, justru ia harus berhadapan dengannya saat ini. Mio benar-benar tidak memiliki ide apapun tentang membuat Satoru jatuh cinta padanya. Biarlah. Untuk kali ini, ia akan membiarkan nalurinya yang bekerja.
**********
Satoru dan Mio berjalan beriringan di taman istana. Mansion istana yang luas memiliki taman di mana-mana. Yang sedang mereka telusuri ialah taman terbesar di istana Hokuto.
Hari ini merupakan hari kedua Pangeran Satoru bermalam di sini. Rencananya ia akan tinggal selama dua minggu di Kerajaan Hokuto untuk berbaur dengan keluarga kerajaan dan masyarakatnya. Mereka harus mengenal baik siapa yang akan membawa pergi Tuan Putri kebanggaan Hokuto.
"Tadi aku diajak berdiskusi dengan Kaisar. Membahas kasus penggelapan uang dan penyelundupan obat-obatan yang dilakukan oleh bangsawan Ryomen."
Ah, Mio tahu kasus itu. Hanya permukaannya saja. Ia akhir-akhir ini tidak terlalu memikirkan masalah yang dihadapi kerajaan. Pikirannya terlalu sibuk dengan Pangeran Satoru, pernikahan, dan jatuh cinta. Tapi, Mio tidak menyangka jika ayahnya mengajak orang luar kerajaan untuk berdiskusi persoalan internal. Sepertinya Satoru memiliki daya pikat yang membuat ayahnya akhirnya luluh. Atau Satoru sedang diuji kecakapannya? Entahlah.
"Lalu bagaimana perkembangan kasusnya?" tanggap Mio.
Ada embusan napas pelan sebelum Satoru menjawab. "Ini sudah hari ketiga Bangsawan Ryomen diinterogasi dan ia terus menjawab tidak tahu apa-apa."
Mio menoleh, tampak kebingungan,"Jika ia menjawab seperti itu terus, maka akan diadakan interogasi penyiksaan."
"Nah! Ia sudah tahu konsekuensinya, tapi tetap berkata tidak tahu apa-apa. Jadi, aku berpikir bahwa ini sangatlah janggal."
Mio hanya terdiam. Ia tidak ada ide mengenai hal itu. "Klan Ryomen itu ... yang aku tahu mereka walaupun tampak keras dan tegas, mereka sangat menjunjung tinggi kejujuran."
Satoru menoleh tertarik,"Jika seperti itu aku yakin kalau ia dijebak."
Mio mengepakkan kelopaknya. Ucapan Satoru seperti memberikan ilham pada otaknya. Kemudian ia tertawa prihatin. "Jika memang benar seperti itu, sungguh tidak disangka jika bangsawan keras seperti klan Ryomen akan mudah ditipu."
"Tapi, memang begitulah hidup, kan?"
Mereka berhenti melangkah tepat di tengah-tengah jembatan yang melintasi kolam. Di bawah sana, ikan-ikan berenang sambil memamerkan sisik keemasannya. Bergerak elok untuk menghidupkan kolam. Mata Mio tertuju pada sana. Memikirkan seuntai kalimat yang baru saja Satoru katakan.
"Manusia itu penuh tipu daya, tanpa pandang bulu, dan dipenuhi ego. Tak peduli seberapa terhormatnya, seberapa tangguhnya, dan seberapa tegasnya. Jika ada celah untuk dijatuhkan, maka tiada segan untuk melakukannya. Itulah yang terjadi pada Ryomen. Ya, walaupun itu masih praduga saja."
Mio kini menatap Satoru yang menyandarkan kedua tangannya di pinggiran jembatan. Angin membelai helaian putihnya seiring dedaunan mengikuti di atasnya. Kristal biru itu menatap kosong ke kolam. Begitu cerah dengan birunya yang pekat. Figurnya yang terbalut kimono dengan padu padan warna gelap begitu memperlihatkan bahwa ia bergelar pangeran. Gagah, berani, dan memikat. Apalagi ia baru saja mengatakan kenyataan hidup yang baru disadari Mio. Kalimatnya bagaikan air dingin yang membasuh rambutnya perlahan. Pelajaran baru, hikmah yang harus ia tanam erat di kepalanya.
Dan saat itu pula, Mio menyadari bahwa sosok Satoru yang ada di sampingnya itu seketika membuatnya penasaran. Apa isi kepalanya? Apa yang akan ia ucapkan? Apa yang akan ia lakukan? Apa yang pernah terjadi pada dirinya?
Mio ingin tahu, ia ingin tahu semuanya. Dan itu adalah tantangannya saat ini, mencari tahu tentang segala yang berkaitan dengan Pangeran Satoru. Tunangannya, calon suaminya, pangerannya, dan rajanya kelak.
Bersambung ...
A/N:
Entah kenapa aku merasa gaya tulisanku chap ini glow up banget :')))
Bangga banget huhu sama diri sendiri /peluk diri sendiri
Ini kayaknya terpengaruh sama bacaan berat yang aku baca belakangan ini. Intinya, improv lah dengan banyak bacaan 😀👍
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top