Hikari Yume

"Hai, aku datang lagi" sapa ku sambil tersenyum. Aku duduk di sebelahnya, melihat lurus ke arah nya, dan mengingat kembali bagaimana saat kami bertemu.

____________________________________________

Hari itu, hari yang sangat cerah, aku yang sedang duduk bermain game di suruh ibuku untuk mengikutinya, terlihat rumah yang biasanya kosong kini penuh dengan orang yang berlalulalang.

"Satomi, ayo perkenalkan dirimu" Ibu memanggilku dan menarik ku ke depan nya.

Di depan ibu terlihat wanita yang mungkin seumuran dengan ibuku. Dan di belakang wanita itu, terlihat tubuh yang lebih kecil darinya, sangat kecil, bahkan lebih kecil daripada ku.

"Salam kenal, saya Satomi, umur saya 7 tahun, Yoroshiku" Aku pun memperkenalkan diri dan menunduk pelan.

Wanita itu menarik dengan lembut tangan kecil yang sedaritadi memegangi kakinya.

"Ayo (Name), sekarang giliran mu". Terlihat seorang gadis kecil yang sangat lucu, pipinya memerah. Munkin karena malu?

"Pe-perkenalkan, namaku (Full Name), umur ku 5 tahun, yo-yoroshiku onegaishimasu". Dia memperkenalkan diri dengan malu malu,
"Lucunya" pikirku dalam hati.

"(Name) chan, Karna satomi lebih tua darimu dua tahun, kau boleh menganggapnya sebagai kakak mu, iya kan satomi?". Kata ibu ku.

Kenapa ibu berbicara seperti itu coba? Yaa, walaupun aku gak keberatan juga sih.

"Iya, anggap saja aku sebagai kakak mu sendiri, jangan sungkan-sungkan" Kata ku sambil tersenyum kecil.

Kulihat mulutnya terbuka kecil tapi tak lama ia langsung menutupnya. (Name) seperti ingin berbicara sesuatu tapi tak jadi.

"Ada apa? Kau terlihat seperti ingin berbicara sesuatu?" Tanya ku pada nya.

"A-ano...." Pipi nya memerah, matanya melirik kesana kemari. Jari jari tangannya saling bertautan tetapi tidak bisa diam, dan bagiku itu sangat menggemaskan.

"Boleh kah ku panggil Sato-nii?" Mukanya memerah bahkan sampai ke telinga. Dia memejamkan matanya dengan kuat kuat. Tangannya pun terkepal.

'Tuhan... mahluk lucu jenis apa yang sedang berada di depan ku sekarang?!' batin ku berteriak.

"Tentu saja boleh, (Name)". Aku mengusap kepalanya lembut. Waahhh, rambutnya sangat halus, lebih halus dibandingkan dengan ku. Kulihat dia tersenyum lebar sambil memanggil ku.

"Arigatou, Korekara mo yoroshiku ne, Sato-nii"
_____________________________________________

Dan itu adalah hari dimana pertama kali kita bertemu. Mulai dari hari itu kita selalu bermain bersama.

Setiap pagi aku selalu menunggu nya untuk berangkat sekolah bersama. Pada sore hari, kami selalu berjalan jalan di sekitar komplek. Memberi makan kucing liar, mencari serangga, ataupun hanya sekedar diam duduk di dekat sungai sambil melihat kilawan indah sinar matahari yang terpantulkan di atas aliran sungai.

(Name) selalu mengikuti ku. Dari mulai SD, SMP bahkan SMA sekalipun, (Name) selalu memilih untuk masuk ke sekolah yang sama dengan ku.

Sifat (Name) yang terlalu polos dan ceroboh itu sangat sering membuat ku khawatir.

Seperti dia yang sering kali tak sadar bahwa sebenarnya baju yang ia pakai ternyata terbalik, dan baru menyadarinya ketika kita sudah pulang bermain.

Ataupun ketika dia dengan santainya menghampiri kucing liar di sebrang jalan hanya untuk mengajak mereka berbicara, tanpa melihat sisi kiri dan kanan jalan, apakah ada kendaraan  yang lewat atau tidak.

Dan dia selalu melakukannya seakan akan tidak akan terjadi apa-apa. Aku merasa kalau aku selalu di permainkan olehnya.

Sungguh, sifatnya yang ceroboh itu selalu membuat ku khawatir. Apakah dia akan baik baik saja saat aku lulus nanti?

Juga hal-hal lainnya yang semakin ku pikirkan, malah semakin membuat ku tak ingin meninggalkannya.

Dan entah sejak kapan, aku mulai menyadari bahwa perasaanku kepada (Name) bukan hanya perasaan seorang kaka yang ingin melindungi adiknya. Tapi, rasa suka seorang Lelaki kepada Lawan jenisnya.

"Aku... menyukai (Name)?" Tanya ku pada diriku sendiri.

Walaupun banyak orang yang bilang bahwa (Name) itu kekanakan dan menyebalkan, tapi bagiku, justru (Name) yang begitulah yang telah berhasil mencuri hatiku.

Karna sikap ke kanak-kanakan dan kecerobohannya itu, aku jadi selalu memikirkan dia, dan tak bisa memikirkan hal lain selain dia.

____________________________________________

"AKU INGIN JADI MILIARDER!!"
Teriak (Name) tiba tiba ketika ia sedang mengerjakan tugasnya.

"Kamu ngomong apaan? Udah kerjain dulu itu tugasnya" Jawabku dingin, lagi-lagi dia berbicara yang tidak tidak.

"Ehhhhh, aku cape, udah pusing sama tugasnya, mau istirahat" (Name) menjauhkan buku nya lalu mulai meletakan kepalanya di meja. Dia memainkan pensilnya, di selipkan pensil itu di antara mulut dan hidung nya.

"Kalau kau tak mengerjakan tugasmu, bagaimana kau akan menjadi miliarder nanti?" Aku kembali mendekatkan buku nya pada (Name), lalu aku pun duduk di sebelahnya.

"Mau di bantu?" Tawarku sambil mengambil pensil yang menempel di bibir (Name).

(Name) pun langsung duduk tegap dan membuka buku nya.

"BENERAN? MAKASIH, SATO-NII!!" dengan riang (Name) mengangkat kedua tangannya sambil tersenyum lebar.

'Satonii kah, dia masih menganggap ku sebagai kakak ya?'

Aku pun cuma bisa tersenyum miris.

'Saat ini, biarkan aku menjadi sosok kakak yang baik untuk mu (Name). Tapi nanti, akan ku buat kamu melihat ku sebagai lelaki bukan sebagai kakak!!'

____________________________________________

Saat baru pulang dari konbini, aku melihat (Name) sedang bersama dengan seorang nenek di sebelahnya.

(Name) sedang melihat ke sebuah kertas. Terlihat dari raut wajahnya sepertinya dia sedang kebingungan.

"Hnnnnnnnnnnnn... HNNNNNNNNNNN" gumam (Name).

Saking seriusnya dia melihat ke kertas itu, sampai-sampai dia tidak menyadari bahwa aku sudah berdiri di sampingnya.

"Kenapa?" tanya ku pelan sambil menepuk pundaknya. (Name) terlihat sedikit tersentak. Sefokus itu kah dia sampai sampai kaget hanya karna tepukan kecil?

"Sato-nii? TOLONG AKUUUUUUU!!" tiba tiba saja (Name melihat ke arah ku dengan mata yang berkaca-kaca)

Nenek ini tersesat dan dia meminta ku untuk mengantarnya ke alamat ini, tapi aku sama sekali tidak tahu tempatnya, Tolong kita Sato-Nii!!!" (Name) menyerahkan kertasnya padaku, (Name) terlihat murung, mungkin dia merasa bersalah kepada nenek itu.

"jangan berwajah seperti itu, tenang saja, aku tau tempatnya kok" Ku tepuk kepala (Name) dan sedikit megacak acak rambutnya. Dia terlihat sedikit marah, (Name) mengembukan pipinya dan menyuruhku berhenti untuk mengacak acak rambutnya.

'Kawaii' fikir ku.

"Saya tahu tempat ini, mari nek saya antar" ajak ku kepada sang nenek.

Aku dan (Name) pun akhirnya mengantar nenek itu sampai alamat yang di tuju. Alamat itu adalah salah satu restoran Ramen yang terkenal di kota tempat ku tinggal, dan ternyata nenek itu adalah ibu dari pemilik restoran Ramen itu.

Si pemilik restoran berterimakasih kepada kami karena sudah mau membantu ibu nya. Kami pun di beri seporsi Ramen gratis. Awalnya kami menolak, tapi karna pemilik restoran itu memaksa, ya apa boleh buat. Lagipula kalau di pikir pikir, lumayan juga dapet Ramen gratis, hehe.

tak lama Ramennya pun akhirnya datang, aku dan (Name) langsung terpaku pada Ramennya.

Tercium harum kaldu yang pekat dari kuah Ramennya, penampilan Ramennya juga sangat menggugah selera. Aku dan (Name) sama sama menelan ludah.

"Itadakimasu"
"Itadakimasu"

Aku dan (Name) langsung mencoba kuah Ramennya. Kuahnya sangat kaya akan rasa.

Lalu akupun mulai memakan mie nya.  Teksur mie nya kenyal tapi mudah untuk di gigit. Sungguh, ini adalah salah satu Ramen terenak menurut ku, bagaimana bisa aku selalu melewatkan ramen se enak ini?

Aku melihat ke arah (Name). Terlihat dia juga sepertinya sedang memikirkan hal yang sama dengan ku, akupun melanjutkan makan.

Tak perlu waktu lama, Ramen yang berada di mangkok ku pun habis. Aku yang merasa belum puas akhirnya memesan satu mangkuk lagi.

Sambil menunggu ramen Pesananku jadi, aku melihat ke arah (Name). Dia terlihat kesusahan untuk menyeruput mie nya. Saking fokusnya, dia sampai tidak menyadari bahwa sekitar mulutnya kini penuh dengan kuah Ramen. Aku pun mengambil tissue dan mengelap bibirnya.

"Makannya pelan pelan aja, Kalau gak bisa makan sekaligus, potong potong dulu aja mie nya" Kataku sambil mengelap kuah Ramen yang berada di sekitaran bibirnya. Muka (Name) memerah.

"Ta-tapi Ramen punya Sato-nii sudah habis, kalau tidak cepat cepat, Sato-nii akan lama menunggu ku" jawab (Name).

Jadi dia cepat-cepat makan begitu karna dia takut membuat ku menunggu? mau jadi orang sebaik apa lagi kamu (Name)?!

"Gak papa tenang aja, aku pesan seporsi lagi kok" Aku menepuk kepalanya pelan. Tak lama Ramen ku pun akhirnya datang. Kami pun melanjutkan makan.

Setelah selesai makan, aku dan (Name) pun pulang bersama. Ketika sedang berjalan, tiba tiba saja (Name) berhenti lalu melihat ke arah ku. Dan dengan muka serius dia tiba tiba saja berkata.

"Aku, ingin jadi sas- Maksudku Astronot!!"

"Ha?!" Hanya itu yang keluar dari mulutku. Lagi lagi dia berbicara hal yang tidak-tidak.

"Kenapa kau ingin jadi Astronot? Bukannya terakhir kali kau ingin jadi Miliarder?" Tanyaku padanya.

"Hmmm, Nantonaku?" Jawabnya sambil memiringkan kepala. Ingin sekali aku menyentuh pipinya yang agak tembam itu!!

"Hanya saja, belakangan ini aku tertarik pada bintang, mereka sangat indah"

(Name) mengulurkan tangannya ke arah langit. Terlihat seperti ia berusaha menggapai Bintang pertama yang muncul di langit.

"Walaupun jauh, tapi cahaya mereka masih terlihat di gelapnya langit malam. Menurut ku, mereka seperti harapan kecil diantara kegelapan" Lanjut (Name). Tumben tumbenan ni anak ngomongnya bisa se-astetik itu?

Ketika aku sedang memikirkan kata-kata (Name), tiba-tiba saja dia berjalan ke arahku lalu menarik dasi ku.

Jantungku berdetak lebih cepat, wajahnya dan wajahku hanya tersisa jarak beberapa centi saja. Dan seperti tak punya salah apa apa, (Name) melepaskan pegangannya dari dasi ku, lalu memperlihatkan selembar daun kepadaku.

"Ada daun di rambutmu" Dengan polosnya (Name) tersenyum dan membuang daunnya. Sungguh, dari dulu aku selalu di buat gila oleh kelakuannya itu.

(Name) itu tipe orang yang lebih mendahulukan aksi tanpa berfikir apa yang harus dia lakukan terlebih dahulu.

Contohnya sekarang, padahal dia bisa saja bilang padaku ada daun di rambutku, daripada menarik dasiku dan mengambil daunnya.

'Ahhhhh, bisa gila aku kalau terus terusan kaya gini!! Pokoknya saat ini juga aku harus mengungkapkan perasaanku padanya, udah gak kuat, bodo amat mau gimana gimana juga, itu urusan nanti, pokoknya legain hati dulu'. pikirku dalam hati.

Aku memantapkan hati,

'Now or Never, Sekarang atau tidak sama sekali!! '.

"(Name)!!" Aku memanggil namanya, Dia berbalik melihatku dan memiringkan kepalanya seolah bertanya ada apa.

'YA TUHAN!! IMUT SEKALI!! Ku mohon kuatkan hati ku untuk saat ini!!'

Aku mendekati (Name), dan dia hanya diam, aku mengatur nafas dan detak jantungku. Ayolah, kau pasti bisa!!

" Sebenarnya...." aku menguatkan hati ku.

"Sudah dari dulu Aku-" Belum selesai aku berbicara, (Name) tiba tiba saja berlari kencang ke jalan yang berada di belakang ku. Aku masih memproses apa yang sebenarnya terjadi.

(Name) berlari ke arah anak kecil yang sepertinya ingin mengambil bola yang menggelinding ke jalan raya. Anak itu tidak melihat adanya sebuah truck yang sedang berjalan kencang ke arahnya. 

Aku yang mendengar bunyi klakson dari truck itu akhirnya mengerti Kenapa (Name) berlari kencang. Aku ingin berlari sekencang mungkin  tapi semua sudah terlambat.

(Name) menarik anak kecil itu ke pinggir jalan, namun dirinya sendiri malah terhempas ke arah truck itu berjalan. Semuanya terjadi begitu cepat tetapi terasa begitu lambat di mataku.

Aku hanya bisa terdiam, otak ku masih tidak bisa menerima apa yang terjadi. Sampai suara orang orang berteriak menyadarkanku.

Aku berlari ke arah (Name), Darah dimana-mana, dan sama sekali tak terlihat adanya pergerakan dari (Name). Aku memeluk Tubuh kecinya erat, Mencoba membangunkan (Name). Bajuku kotor berlumuran darah, tapi aku sama sekali tak memikirkan hal itu.

Sayangnya, apapun yang aku lakukan, tidak ada respon apapun dari (Name). Bahkan aku tak merasakan adanya Nafas yang keluar dari hidung atau mulut (Name).

"Ini... Bohong kan?! (Name) bangun!! Ayo kita pergi jalan jalan mengunjungi kucing yang berada di bawah jembatan sore ini!! kau masih belum menepati janjimu untuk pergi melihat pohon Sakura besok!! dan bukan kah kau mau menjadi Astronaut?! (Name)?  (NAME)?! (NAME)!! AKU MOHON!! BANGUN!! MASIH BANYAK HAL YANG BELUM KITA LAKUKAN!! KUMOHON (NAME), BANGUN!!.... Bangun...."

Aku menangis sambil memeluk (Name), kenapa? Kenapa harus (Name)?! Seharusnya aku tahu kenapa tadi (Name) tiba tiba lari!! kenapa? Kenapa?! KENAPA HARUS (NAME)?!!!

Tak lama ambulance pun datang, dan membawa (Name). Aku ikut menemani (Name) di dalam ambulan.

'Tenang saja (Name), Aku akan terus menemanimu! Tenang saja!! Aku janji!!' Tanpa melepaskan genggaman tanganku padanya, akupun terus merapalkan doa untuknya.

____________________________________________

Sudah berapa tahun ya kira-kira sejak kejadian itu? 5 tahun? 6 tahun? Ntah lah, aku sudah lelah menghitung hari. Rasanya waktuku ikut terhenti pada waktu itu.

"Rasanya baru kemarin aku menemanimu mengantarkan Nenek itu ke kedai ramen. dan ..... lupakan ...." Aku mengusapnya. Dingin, itulah yang aku rasakan.

"Aku membawakan bunga kesukaan mu(Name)" Aku menyimpan Buket bunga di sampinya. Setelah itu akupun mengambil air dan mulai membersihkan Batu nisan yang bertuliskan (Full Name).

Selesai membersihkan Batu nisan (Name), seperti biasa, aku selalu menceritakan hal hal yang terjadi padaku sebelum aku mengunjungi makam (Name).

Setelah puas bercerita, aku pun kembali terdiam sambil meliat ke arah batu nisan (Name). Aku terdiam cukup lama, memandang batu nisan itu utuk terakhir kalinya.

"ternyata, aku benar benar tidak bisa hidup tanpamu...". Akupun berdiri dan mengusap batu nisan itu.

"Kalau begitu aku pulang dulu ya, Besok lusa aku akan datang lagi, Jaa ne" Aku pun mulai berjalan menjauh dari Makam (Name).

"Tunggu aku ya, Mungkin sebentar lagi aku akan menyusulmu Ke sana".

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top