EPILOG
"Keluhannya kenapa ini?" tanya Hesa tersenyum, "tumben-tumbenan kamu periksa ke saya, Sof," lanjutnya.
Sofi tersenyum malu.
"Malas antri kalau di rumah sakit, om," jawabnya. "Kebetulan punya om seorang dokter, kenapa enggak dimanfaatkan?"
Hesa tertawa.
"Yasudah. Kamu kenapa?" tanyanya.
"Akhir-akhir ini suka berkunang-kunang. Sudah minum vitamin penambah darah dan banyak makan sayur hijau. Tapi, masih aja pening. Masalahnya, seminggu lagi aku harus berangkat ke Belanda bersama Edgar. Takut sakit waktu tiba di sana. Mungkin om bisa kasih aku resep vitamin atau suntik boster vitamin C," ujar Sofi.
Hesa menganggukkan kepala.
Ia kemudian bangkit dari kursi, "Yuk, baring dulu di situ, aku periksa."
Sofi mengikuti perintah Hesa dan naik ke atas hospital bed. Dokter paruh baya itu kemudian memeriksa denyut nadi Sofi.
"Foto-foto waktu pesta kapan hari kok belum dikirim?" tanya Hesa melanjutkan obrolan.
"Oh iya, om. Sampai lupa. Nanti abis dari sini langsung aku share, deh."
Hesa mengulum senyum. "Ada rencana merayakan seperti itu setiap tahunnya?" godanya.
Sofi terkekeh, wajahnya merona.
"Enggaklah, om. Itu bisa-bisanya si Edgar aja. Aku sebenarnya malu bikin perayaan begitu," jawabnya.
"Hmh, kenapa mesti malu? Itu cara Edgar menunjukkan cintanya. Coba bangun dulu, Sof," kata Hesa.
Sofi bangun dan duduk.
"Terakhir datang bulan tanggal berapa? Ingat?" tanya Hesa.
Manik mata chesnut Sofi melirik ke atas. Mencoba mengingat-ingat.
"Sepertinya bulan lalu aku datang bulan tanggal ... ehm ..." ia terbata. "Tapi, memang akhir-akhir ini siklus menstruasiku tidak teratur, om."
"Kamu," kata Hesa memicingkan mata, "sudah coba tes kehamilan?"
Sofi tertawa, "Belum, om. Soalnya bulan lalu juga telat satu minggu, dan ternyata negatif."
"Oh, begitu," sahut Hesa singkat.
"Ada apa emangnya, om?" tanya Sofi mulai panik.
"Enggak ada apa-apa. Sepertinya kamu harus membatalkan kunjunganmu ke Belanda, Sof."
Mata Sofi mengerjap. Apakah ia sakit keras?!
"A-aku sakit apa, om?" suaranya bergetar.
Hesa mengulum senyum.
"Enggak sakit. Cuman kamu sekarang lagi tidak boleh kelelahan, stres, atau bepergian terlalu jauh. Terlalu beresiko."
"Ke-kenapa, om?" Sofi benar-benar risau.
"Lho, belum sadar juga?" Hesa balik tanya.
Sofi menggeleng pelan. Matanya membulat menatap wajah Hesa.
Hesa menyunggingkan senyum, "Kamu sedang hamil muda, mrs. Aanholt."
***
Amsterdam, seminggu kemudian.
Seorang lelaki setengah botak, dengan kaca mata di wajah, duduk tenang sembari meneguk cokelat panas di cangkir.
Lelaki itu seperti sedang menunggu seseorang. Suasana kafe yang modern, berinterior gelap dan serba kayu membuatnya betah berlama-lama sendirian. Wangi biji kopi yang baru digiling pun memanjakan penciuman para customer.
Edgar masuk dan menghampiri lelaki tersebut.
"Marteen!" sapa Edgar.
"Goedemiddag! Hoe gaat het met je¹?" balas Marteen sambil bersalaman dengan Edgar.
"Baik. Kau?"
Marteen tersenyum, "Baik. Oh ya, mana istrimu? Kau bilang akan mengenalkannya padaku," tanyanya.
"Dia tidak jadi ikut dalam perjalanan ini," terang Edgar.
"Kenapa? Sakit?" Marteen memasang mimik wajah cemas.
Edgar mengibas tangan, "Tidak. Dia baik-baik saja. Hanya saja, aku takut ia akan kelelahan jika pergi terlalu jauh. Ia sedang mengandung," Edgar mengulum senyum.
Marteen berubah ceria, "Selamat!" ia menepuk bahu Edgar.
"Dank je," balas Edgar.
Kedua lelaki itu kemudian mengobrol panjang lebar membahas pekerjaan.
"Aku sudah membaca naskahmu yang baru. Kau sudah mengganti nama-nama semua tokohmu."
Edgar mengangguk.
"Aku harus menggantinya. Demi privasi," sahutnya.
"Kau tidak berubah pikiran dan tetap menggunakan judul ini? Cah Ayu? Orang-orang pasti bertanya-tanya apa artinya," ungkap Marteen.
"Belanda dulu menjajah Indonesia begitu lama. Sedikit banyak kita mengenal beberapa kebudayaan dan bahasa Indonesia. Justru judul yang membuat orang bertanya-tanya akan mengundang rasa penasaran."
Marteen mengangguk, "Kisahnya menarik. Kau yakin ini kisah nyata yang dialami seseorang?" tanyanya penasaran.
Edgar lagi-lagi mengangguk. Tersenyum penuh arti.
"Hmh, baiklah. Aku mengerti," timpal Marteen. "Boleh aku tau, kisah siapa?"
Edgar terdiam sejenak sebelum menjawab keingin-tahuan Marteen.
"Kisahku dan istriku," jawabnya.
----
¹ Goedemiddag. Hoe gaat het met je? : Selamat siang. Apa kabar? (bahasa Belanda)
----
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top