40. Execution
Berita hubungan sesama jenis Vallena Valla dengan Sophia Almira telah tersebar luas, tak hanya di sosial media, siaran televisi lokal pun ramai memberitakan.
Bara meradang. Lelaki itu malu bukan kepalang. Nama baiknya sebagai Angkatan Laut tercoreng.
Kediaman mereka dipenuhi oleh para wartawan yang haus akan informasi bak burung bangkai. Tak mendapat keterangan dari target utama, kumpulan wartawan pemburu gosip menyasar ketua RT, para tetangga, hingga para pemuka agama untuk diwawancarai. Semua demi memenuhi target konten.
Sofi semakin depresi.
Terkunci dalam rumah sendiri. Merasa ngeri mendengarkan berita di televisi yang memberitakan segala hal tentang dirinya secara negatif.
Sophia Alfira, seorang Make Up Artist asal Surabaya yang memiliki kekasih tampan, Alvino Wiryawan. Hubungan Sophia dan Alvino kandas karena Sophia memutuskan Alvino secara sepihak. Kemudian, Alvino pindah ke Jakarta dan menikah dengan putri salah seorang pengusaha kaya yang sekarang terlilit kasus korupsi. Alvino bercerai dan memutuskan kembali ke Surabaya. Sophia dan Alvino bertemu lagi dan kembali menjalin hubungan, namun ternyata Sophia berselingkuh dengan klien modelnya, Vallena Valla. Sophia mendekati Alvino hanya sebagai 'tameng' untuk menutupi hubungan sesama jenisnya dengan sang Supermodel. Begitulah narasi yang disampaikan oleh media lokal.
Sama halnya dengan Sofi, Vallena juga terkena imbas.
Acaranya bersama Madam Suharti Kuncoro yang telah selesai proses syuting, diberhentikan penayangannya dari stasiun televisi. Sosok Vallena dianggap tidak layak tampil di layar kaca karena membawa pengaruh negatif.
Beberapa billboard di tengah jalan yang memasang wajah Vallena diganti dan diturunkan.
Perwakilan dari brand pakaian maupun produk kecantikan yang menggunakan Vallena sebagai model mulai mendesak untuk melakukan konfrensi pers berisi bantahan akan berita yang beredar. Tentu saja, citra baik dan penjualan mereka ikut terpengaruh akibat skandal yang melibatkan ambassador-nya.
"Mom akan menyewa pengacara untuk menuntut Vino. Kau tinggal menyatakan bahwa Sofi yang menggodamu. Kita harus cari lelaki yang mau dibayar untuk berpura-pura menjadi kekasihmu. Semua ini akan beres!" Ida gusar. Ia berjalan mondar-mandir memegang kepalanya yang pening.
Kediaman mereka ramai dikerumuni wartawan. Praktik dokter Hesa pun terpaksa tutup untuk sementara waktu akibat berita yang bergulir.
Vallena menatap Ida dengan serius, "Mom, kurasa ini adalah waktu yang tepat untuk membongkar semuanya. Tabungan kita sudah lebih dari cukup. Usaha tas tanganmu pun sudah mampu membiayai hidup mewahmu meskipun aku tidak menjadi seorang model lagi."
Mata Ida mendelik, "Jangan kau coba-coba ya, Valle!"
"Aku ingin memulai semuanya dengan kejujuran."
Ida tertawa sarkas, "Kau akan memulainya di penjara. Dan kau tak sendirian. Kau akan menyeretku, ayahmu Cliff, dan juga Hesa," ancamnya. "Sekian lama menipu semua orang atas gender aslimu, pemalsuan dokumen, dan lain sebagainya."
Vallena terhenyak.
Ia tak memikirkan sampai sejauh itu.
***
Seorang lelaki bertubuh kekar dengan berewok yang memenuhi wajah sudah mengikuti gerak-gerik Vino sedari dini hari.
"Buat dia tau rasa! Entah kesakitan atau cacat, aku tidak peduli. Aku ingin hidup lelaki itu hancur!" mandat Ida kepadanya di telepon.
Lelaki ini bernama Alex.
Salah seorang kenalan Ida semasa dulu masih menetap di Surabaya. Alex adalah mantan intel kepolisian yang dikeluarkan secara tidak hormat karena kecanduan narkoba. Meskipun berulang kali masuk penjara karena kasus pemukulan dan perampokan, Alex tidak kapok. Apa pun ia lakukan, asal mendapatkan bayaran untuk memenuhi nafsunya akan mengonsumsi barang haram.
Bayaran yang dijanjikan Ida begitu besar. Lima puluh juta.
Alex menyeringai, uang sebegitu banyak bisa membuatnya berpesta sabu sepuasnya.
Matahari mulai meninggi. Tepat pukul sembilan. Seorang wanita berambut merah terlihat membuka gerbang tinggi rumah kos elit. Tak lama mobil fortuner yang dikendarai Vino keluar melewati pagar menuju jalan. Setelah kembali menutup pintu gerbang, wanita rambut merah masuk ke dalam mobil.
Mata Alex memicing.
Pengendara Fortuner itu adalah sasarannya. Ia segera menyalakan motor Megapro-nya dan menutup kaca helm off-road di kepala. Mengikuti pergerakan Vino dari jarak yang aman.
Alex sedang menimbang-nimbang.
Memilih di antara membuat kaki Vino cidera parah hingga kesulitan berjalan atau tangan yang rusak hingga harus diamputasi. Ia tersenyum-senyum dari balik helm-nya. Membayangkan lelaki berwajah tampan itu berjalan terseok-seok menggunakan tongkat. Senyum Alex makin mengembang, bayangan Vino yang gagah namun hanya memiliki satu tangan juga lucu dalam benaknya.
Alex sangat mencintai pekerjaannya. Membuat adrenalin dalam tubuh melonjak drastis. Sungguh menantang.
Hampir seharian Alex membuntuti Vino. Ia mulai kesal dan hampir kehilangan kesabaran. Vino tak pernah berjalan sendirian atau melewati jalanan sepi. Lelaki parlente itu sekarang sedang berada di dalam sebuah restoran mahal bersama wanita rambut merah - entah siapa - mungkin kekasihnya, Alex tak peduli. Alex hanya ingin segera menuntaskan pekerjaannya dan mendapat bayaran.
Alex menunggu di sudut jalan.
Duduk di atas motornya, mengeluarkan bungkusan kecil berisi bubuk sabu. Menyedotnya melalui hidung. Kemudian menikmati sensasi dopamin yang melonjak. Di dalam sabu terdapat zat yang memengaruhi dopamin, neurotransmitter di otak yang mengaktifkan pusat kesenangan tertentu. Dopamin sendiri berperan besar dalam memengaruhi emosi, gerakan, sensasi kesenangan, konsentrasi dan merasakan rasa sakit.
Satu jam menanti, wanita rambut merah keluar dari gedung seorang diri, menyebrang ke depan jalan dan masuk ke dalam salon rambut yang berada persis di depan bangunan restoran. Alex berdecak. Sasaran utamanya tak kunjung terlihat.
Beberapa jam berlalu tanpa hasil.
Ketika Alex mulai pesimis, sosok Vino muncul. Buru-buru Alex memasang helm dan bersiap menyalakan motor. Vino tak berbelok ke areal parkir, lelaki itu sepertinya berniat menyusul wanita rambut merah ke salon yang berada di seberang. Ini adalah kesempatan yang tak akan disia-siakan oleh Alex untuk memulai eksekusi. Ia sudah tidak peduli lagi dengan dua pilihannya. Entah cacat karena kesulitan berjalan atau tangan yang buntung, mana sajalah! Asal urusannya lancar dan segera mendapat bayaran.
Vino menoleh kiri-kanan. Jalan raya itu sepi tanpa lalu lalang. Lelaki itu santai melangkahkan kaki untuk menyebrang. Tak menduga dari arah kiri, Alex mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan tinggi, hendak menabraknya.
Tanpa Vino duga, motor besar Alex menghantam tubuhnya hingga terpelanting. Bersimbah darah, badan Vino yang terkapar mencium aspal beringsut mencoba bangun. Alex tersenyum menyeringai dari kaca spion. Mission complete.
Takdir berkata lain. Sebuah rencana hanya tinggal rencana. Niat hati hanya membuat Vino jera dan cacat, dari jalanan, mobil sedan berkecepatan tinggi melaju kencang. Pengendara tak melihat sosok Vino yang terbaring di jalanan. Beberapa orang mulai berlari ke jalanan, berteriak mencoba menghentikan laju mobil sedan. Namun sepertinya si pengendara tak peka. Ban mobilnya pun melindas tubuh Vino tanpa ampun.
Suara teriakan dari orang-orang menggaung memekak, mencipta suasana ngeri. Mata Alex membelalak tak sangka dengan apa yang baru saja terjadi. Ia buru-buru tancap gas hendak kabur dari tempat kejadian perkara.
Para ojek online, supir angkot, dan masyarakat yang berada tidak jauh dari lokasi memergoki Alex. Mereka bagai zombie yang memburu daging segar mengejar laju motor Alex.
"Iku sing nabrak maeng! Iku sing nabrak! Wonge mblayu!!! Kejaren, rek!!! Iku wonge! Numpak Megapro¹!" teriak mereka semua.
Beberapa motor mengejar Alex.
Alex mulai panik dan kalang kabut. Namun, ia masih tetap tertawa karena efek methamfetamin yang masih mempengaruhi otaknya. Seorang pengendara ojek online berhasil menyejajarkan motor dengan Megapro Alex.
"Mandek'o, cuk²!" teriak pengemudi ojek.
Alex tak peduli malahan makin tancap gas. Pengemudi ojek tak mau kalah, motornya semakin merapat. Tidak mau kehilangan Alex, si pengemudi ojek nekat menabrak Megapro Alex. Perbuatan beraninya, menyebabkan kedua motor itu oleng dan jatuh secara bersamaan.
Alex meringis, kesakitan akibat terhantam panas aspal. Dari kejauhan beberapa motor yang membuntuti Alex berbondong-bondong berteriak memaki-maki.
"Wong iki pelaku tabrak lari!"
"Antemi ae³!"
"ANC*K RAIMU! ASU!"
Teriakan mereka mendengung. Menciptakan kengerian ketika senja perlahan membingkai waktu. Gurat-gurat oranye awan di atas langit yang berpadu dengan sinar cahaya matahari kemerahan kalah bersaing dengan kekacauan yang baru saja terjadi.
The rhythm of chaos.
----
¹ Iku sing nabrak maeng! Iku sing nabrak! Wonge mblayu!!! Kejaren, rek!!! Iku wonge! Numpak Megapro! : Itu yang tadi menabrak! Itu yang nabrak! Orangnya kabur! Cepat kejar! Itu orangnya! Naik Megapro! (bahasa Jawa)
² Mandek'o, cuk : Berhenti, keparat (bahasa Jawa)
³ Antemi ae! : Pukul saja! (bahasa Jawa)
----
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top