18. Secret
Keheningan yang mencekam melanda Sofi dan Vallena.
"Valle ... Vallena," nada Sofi bergetar. Ia belum bisa mencerna kenyataan yang baru saja ia ketahui, "apakah kamu ... adalah seorang ..." Sofi lagi-lagi terdiam, nafasnya terisak. "Transgender?" tanyanya.
Vallena memejamkan mata.
"Kenapa? Kenapa kamu menyelamatkanku?" sahutnya. "Harusnya aku sudah mati sekarang! Kenapa Sofi?!" bentak Vallena.
Sofi memandangi Vallena yang menangis tersedu-sedu menutupi wajah dan tubuhnya. Mereka berdua tak saling bicara karena berkecamuknya hati masing-masing.
Sejuta pertanyaan dan kebingungan berkelindan di benak Sofi. Inikah yang menjadi penyebab Ida melarangnya membawa Vallena ke rumah sakit? Untuk menutupi rahasia jati diri Vallena.
Hati Sofi hancur melihat Vallena yang terpuruk. Didekatinya tubuh Vallena yang meringkuk terisak. Perlahan, Sofi merengkuh Vallena ke dalam pelukannya.
"Kamu tidak seharusnya melakukan hal bodoh, Vallena. Bunuh diri bukanlah jawaban," gumam Sofi. Dadanya terasa sesak karena penuh tangis.
"Aku tidak sanggup lagi ... aku tidak sanggup! Kenapa kamu menyelamatkanku! Wanita bodoh! Wanita lancang!" pekik Vallena berusaha menepis pelukan Sofi.
Pukulan Vallena tak mengurangi dekapan erat Sofi. Justru ia semakin mengencangkan pelukannya.
"Aku tidak mau kamu mati, Valle. Apa pun alasannya aku tidak ingin kamu mati! Apalagi dengan cara tidak terhormat seperti tadi. Bencilah aku sepuasmu. Aku tidak akan pernah berpaling sedetikpun meninggalkanmu. Kamu tidak sendirian. Aku bersama denganmu."
"Aku monster, Sofi!" teriak Vallena, "kamu tidak lihat aku adalah monster! Aku adalah seorang lelaki bertubuh wanita! Aku bukan seorang wanita, tapi juga bukan lelaki. Aku menyimpan rahasia ini bertahun-tahun. Aku lelah! Aku ingin semua berakhir!"
"Kamu bukan monster. Kamu adalah Vallena. Kamu adalah wanita cantik yang mengagumkan di mataku," tegas Sofi.
"Aku bahkan tak tau apakah aku benar-benar ingin menjadi seorang wanita! Aku tak mengerti diriku sendiri," tangisan Vallena makin pecah.
Batin Sofi mencelos.
Ia berusaha mencerna seluruh perkataan Vallena. Jika Vallena adalah seorang transgender, mengapa ia bahkan tak yakin dengan keputusannya untuk menjadi seorang wanita? Sesungguhnya apakah yang telah terjadi pada Vallena hingga menyebabkan wanita itu berada di ambang kehancuran mental.
Sofi menuntun tubuh Vallena yang ringkih untuk beringsut bangun. Ia menuntun Vallena berjalan keluar dari bathroom menuju kamar tidur, lalu merebahkan tubuh Vallena ke atas ranjang. Setelah itu, dengan segera, Sofi mengambil bath-robes yang tergantung di lemari dan mengenakannya pada tubuh Vallena.
"Kau tidak jijik padaku?" tanya Vallena lirih.
"Tidak," Sofi menggeleng, "kenapa aku harus merasa jijik?" jawabnya.
"Karena aku manusia abstrak," gumam Vallena.
"Kau wanita, Vallena. Kau hanya terperangkap di tubuh yang salah," ujar Sofi. Ia pernah mendengar konsep mengenai transgender di salah satu buku yang pernah ia baca, bahwa, transgender adalah jiwa yang terperangkap di tubuh yang salah. Terlepas dari benar atau tidaknya itu menurut agama, ia tak peduli. Sofi tak ingin menambah beban pada benak Vallena saat kondisinya sedang begitu rapuh.
Vallena meringis, "Mom juga berkata begitu. Namun, mengapa aku tidak merasa demikian."
Sofi menatap Vallena penuh kebingungan.
"Mak-maksudmu?" tanyanya.
Belum sempat Vallena menerangkan maksudnya, ponsel Sofi berdering membuyarkan percakapan. Panggilan dari Ida.
"Hallo, bu Ida?!" sapa Sofi segera menerima sambungan.
"Ada apa kamu bolak-balik telvon?" suara Ida ketus dari seberang.
"Ini soal Vallena. Dia berusaha menyakiti diri sendiri. Saya khawatir dia terlalu banyak mengonsumi obat tidur. Saya berniat membawanya ke rumah sakit tapi teringat pesan ibu waktu tempo hari, itulah sebabnya saya menghubungi ibu," terang Sofi.
"Lantas bagaimana keadaan anakku sekarang?!" Ida berteriak.
"Untunglah saya datang tepat waktu, tapi sa--"
Ida segera menyela perkataan Sofi, "Tunggu di situ! Temani Vallena! Aku dan Hesa akan segera menuju ke sana!!!"
"Bai--" Sofi lagi-lagi belum menyelesaikan kalimatnya, namun, Ida sudah memutus sambungan telepon mereka. Wajar, Ida pasti sangat terkejut setelah mengetahui apa yang terjadi.
"Mom mau ke sini sama om Hesa?" tanya Vallena.
Sofi membalas dengan anggukkan kepala.
Vallena tersenyum getir mengetahui ibunya sebentar lagi datang. Sudah terbayang bagaimana histerisnya Ida nanti.
"Apakah hanya kamu, bu Ida, dan dr. Hesa yang mengetahui rahasia ini?" tanya Sofi.
"Ada lagi, papaku di Amsterdam, tapi aku sangat jarang berkomunikasi dengannya, terlebih ia dan mom memang sudah berpisah sejak aku hampir menginjak usia enam tahun. Jadi, memang hanya mom dan om Hesa saja yang mengetahui rahasia ini. Lalu, sekarang bertambah kamu," jawab Vallena.
Sofi akhirnya paham. Pantas saja Ida begitu overprotektif pada Vallena. Mereka tak memiliki asisten pribadi dan membatasi kedekatan dengan orang lain. Termasuk dr. Hesa pun ikut andil dalam menyembunyikan rahasia besar Vallena.
"Itukah sebabnya kalian sangat tertutup?" tanya Sofi.
"Ya. Mom berusaha membatasi pergaulan. Asisten rumah tangga pun hanya boleh bekerja selama beberapa jam di rumah. Ketika aku sakit dan butuh perawatan, semua perawat om Hesa segera dipulangkan dari tempat praktek," terang Vallena.
"Kalau aku boleh tau, kenapa kamu mempekerjakan seorang MUA? Padahal sebenarnya kamu bisa berdandan sendiri, Vall. Bukankah kamu dan bu Ida berusaha menyimpan kebenaran ini rapat-rapat. Datangnya orang lain di dalam kehidupan kalian 'kan beresiko akan terbongkarnya rahasiamu."
Setelah terdiam beberapa saat, Vallena menjawab, "Sebenarnya pencarian MUA pribadi kala itu adalah proyek yang disponsori oleh salah satu brand make-up yang kalian pakai untuk merias. Bukankah ada persyaratan hanya boleh merias dengan produk merk tersebut 'kan?"
Aku mengangguk paham.
Vallena kembali melanjutkan, "Ya jadi pada awalnya tidak ada niatanku apalagi Mom untuk mencari MUA pribadi. Namun, aku tak bisa berhenti sedetikpun memikirkan video demo yang kau kirimkan. Lukisan dua gender dalam satu wajah. Entah mengapa aku merasa itu seperti diriku. Aku bersikeras meminta pada mom untuk mempekerjakanmu. Kebetulan juga aku ada proyek baru di Surabaya bersama Madam, jadi mom akhirnya menyetujui keinginanku untuk menjadikanku MUA pribadiku," terang Vallena.
Sebenarnya interpretasi Vallena sangat berbeda dengan maksud yang ingin Sofi sampaikan. Namun, begitulah seni, artinya akan berbeda tergantung masing-masing yang melihat. Bagi Sofi, masalah pengartian tidaklah penting, baginya, ia telah ditakdirkan bertemu dengan Vallena berkat two faced make up yang ia demonstrasikan.
Perlahan teka-teki yang mengganjal dibenak Sofi mulai terjawab. Terkuaknya rahasia besar Ida, Vallena, dan dr. Hesa. Lalu, alasan Ida begitu tertutup dan menghindari rumah sakit, dan penyebab Sofi bisa jatuh cinta kepada Vallena.
Meskipun tampilan Vallena sangat sempurna sebagai seorang wanita cantik, tapi entah mengapa aura maskulin dirinya mampu tertangkap oleh inderawi Sofi.
Tinggal satu hal lagi yang mengganggu pikiran Sofi. Sesuatu yang menciptakan lubang dari alur cerita tentang Vallena. Sesuatu yang ingin dipecahkan jawabannya oleh Sofi.
***
Ida dan Hesa bergegas masuk ke dalam unit apartemen Vallena segera setelah mereka sampai.
"Vallena!!! Valle!!! Are you okay, my dear?" Pekik Ida. Ia berhambur memeluk Vallena erat-erat. Tangisannya pecah. "My God! Apa yang ia lakukan, Sof?" Ida beralih melirik Sofi.
"Dia ..." Sofi ragu-ragu untuk menceritakan kronologis kejadian pada Ida. Khawatir wanita paruh baya itu akan makin histeris.
"Tell me!" paksa Ida.
"Vallena mencoba mengakhiri hidup. Ia menenggak beberapa butir pil obat tidur dan menenggelamkan diri si bathtub," terang Sofi.
"FOR A GOD SAKE!" mata Ida melotot, ia memeluk Vallena semakin erat, "jangan sampai hal yang sama menimpamu untuk yang kedua kali!"
Vallena menatap Ida penuh tanda tanya.
"Maksudmu, mom? Kedua kali?" tanyanya.
Hesa nampak salah tingkah, begitupula Ida. Dengan buru-buru Hesa menuntun tubuh Vallena untuk bangkit dari ranjang.
"Aku harus mengecek kondisimu, Vall. Mari kita segera berangkat ke tempat praktekku," ujarnya.
Hesa lalu membimbing Vallena berjalan keluar dari apartemen. Sofi memandangi langkah Vallena dengan pandangan cemas. Sebelum pergi, mereka berdua saling melempar pandangan. Sofi menganggukkan kepala sebagai bentuk memberi dukungan untuk Vallena. Vallena membalasnya dengan tersenyum lemah.
"Kak, ayo," panggil Hesa pada Ida.
"Duluanlah, aku akan menyusul sebentar lagi," Ida mengibaskan tangan.
Setelah kepergian Hesa dan Vallena, Ida berjalan mendekati Sofi. Ia menatap Sofi dengan pandangan tajam.
"Kamu sudah tau 'kan?"
Air wajah Sofi berubah tegang, "Mengenai jati diri Vallena?" tanyanya.
Ida mengangguk, "Ya," sahutnya singkat.
"Benar. Saya sudah tau," terang Sofi.
Ida menelan ludah. Berusaha tetap tenang meskipun perasaannya berkecamuk tak karuan.
"Sofi," ucapnya lirih, "aku sangat mohon kepadamu untuk merahasiakan ini. Kamu bisa 'kan? Demi Vallena. Aku mohon ..."
----
Hallo, Folks
Kira-kira Sofi bakal jawab apa ya?
Dan ada yang tau, satu hal yang mengganjal dan menciptakan lubang bagi Sofi mengenai Vallena?
Ditunggu pada bab selanjutnya ya
Salam sayang ♡
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top