14. Cah Ayu

Vallena meminta Sofi datang ke Apartemen barunya yang terletak di kawasan Embong Malang. The Peak Residence, hunian vertikal mewah berada di atas Tunjungan Plaza 5 dan mengusung tema one stop living. Seperti yang diketahui bahwa Tunjungan Plaza adalah salah satu Mal terbesar seantero Asia Tenggara.

Sofi tidak habis pikir, mengapa Vallena menyuruhnya datang ke tempat model itu tinggal. Seharusnya mereka hanya perlu bertemu di lokasi syuting. Setelah memarkir Suzuki Karimun yang ia kendarai di areal parkir, Sofi segera menuju ke unit Vallena.

Wanita tiga puluh tahun itu mengikat rambutnya membentuk kuncir kuda. Tampilan Sofi hari ini cukup casual. Mengenakan setelan white shirt berbalut outer jaket jeans dan celana skinny. Ia nyaman melenggang dengan sneakers sebagai alas kaki.

Sebisa mungkin Sofi harus bisa bersikap ramah kepada Vallena karena mau tidak mau mereka akan terus bertemu hingga syuting selesai. Sofi ingin bisa bekerja dengan nyaman bersama Vallena. Bukan tidak mungkin, kelak model terkenal itu akan merekomendasikan Sofi pada teman-teman sesama publik figur. Nama Vallena Valla pada portofolionya juga pasti akan menaikkan kredibilitas Sofi sebagai MUA.

Keluar dari private lift di lantai 22, Sofi tiba di area foyer mewah bermejakan marmer sebelum selanjutnya masuk ke dalam main entrance. Jemari Sofi yang lentik memencet tombol bel pintu utama. Ia sudah bersiap memasang senyuman paling manis yang pernah ia bentuk pada bibirnya. Satu menit berlalu hingga perlahan senyum epik Sofi memudar karena giginya yang mulai mengering. Vallena tak kunjung membukakan pintu. Sofi kembali menekan bel dan memasang senyuman. Namun, bermenit-menit berlalu tanpa membuahkan hasil. Kakinya mulai pegal, kemana sebenarnya Vallena?

Berulang kali Sofi membunyikan bel, hingga pada denting ke-delapan, pintu apartemen akhirnya terbuka. Vallena muncul dengan rambut berantakan dan wajah bangun tidurnya.

"Eh merde! cet idiot dérange mon sommeil¹! gerutu Vallena.

"Ya?" tanya Sofi yang tidak mengerti akan arti ucapan Vallena kepadanya.

Vallena menatap Sofi dengan sinis. Membetulkan satin bathrobes hitam yang ia kenakan.

"Masuk," ajak Vallena berjalan ke dalam.

Sofi mengikuti langkah Vallena tanpa banyak bicara. Hatinya sibuk merutuki Vallena yang ternyata belum bersiap, bahkan jelas model itu baru saja bangun tidur!

"2704," ucap Vallena acuh. Mengambil sebotol air minum kemasan dan meneguknya.

"Hah?" tanya Sofi tidak mengerti.

"2704! Password pintu masukku! Hapalkan, jadi kau tidak perlu membuatku sakit kepala karena harus bangun secara mendadak seperti ini," sungut Vallena.

"Untuk apa aku mengetahui password unitmu, Vallena?"

Vallena mendecak, "'Kan sudah kubilang agar kau bisa langsung masuk saja, tanpa membuatku harus membukakanmu pintu. Masih tidak paham?"

Sofi benar-benar tidak paham. Ia tak berniat akan sering mengunjungi unit Vallena. Harusnya mereka cukup bertemu di lokasi syuting.

"Lalu untuk apa aku kemari pagi ini?" tanya Sofi lagi.

"Ya untuk membantuku bersiap sebelum berangkat ke lokasi syutinglah!"

"Ta-tapi, kita semua biasanya langsung bertemu di lokasi. Para talent akan di make-up di sana sebelum syuting ..."

Vallena menyela perkataan Sofi sebelum ia sempat menyelesaikannya, "No. Aku tidak mau tampil biasa saja ketika baru datang. Kau harus meriasku dua kali. Sebelum berangkat dan sebelum syuting di lokasi. Itu sebabnya, tiap hari kau harus kemari untuk membantuku bersiap, baru setelah itu kita berangkat bersama menuju lokasi."

Bibir plum Sofi menganga.

Ia sama sekali tak menyangka hidupnya akan bertambah rumit dan repot karena memiliki klien seperti Vallena.

"Untuk itu 'kan aku membayarmu lebih mahal daripada tarif aslimu," imbuh Vallena.

Kini Sofi kembali merutuk, kali ini ia sibuk mengumpat diri sendiri yang begitu ceroboh. Senang saja mendapatkan bayaran mahal, tanpa mengetahui konsekuensi yang akan ia jalani.

Sofi membalas perkataan Vallena dengan senyum terpaksa.

Pantas saja wanita jalang ini memberikannya password pintu. Saat Sofi pertama kali masuk ke dalam unit, ia disambut oleh ruang makan yang berdesain American Classic, sehingga terdapat wall panel di setiap ruangan dan cermin besar menghiasi. Apartemen mewah dan luas, Sofi tidak melihat keberadaan Ida, mempertegas bahwa Vallena tinggal seorang diri.

Vallena berjalan membuka pintu master bedroom. Menampakkan sprei pada ranjang king-size yang berantakan. Wanita blasteran itu membuka gorden jendela kamar, mengijinkan cahaya matahari masuk, serta menampakkan view kota Surabaya.

"Wah," gumam Sofi takjub dengan pemandangan kota di hadapannya. Jendela seluas ukuran kamar, memanjakan mata secara eksklusif.

"Kamu bawa peralatanmu, 'kan? tanya Vallena.

"Bawa," jawab Sofi.

Vallena tersenyum, "Kukira kau tidak bawa lagi," ledeknya.

Sofi terpagun pada tempatnya. Ini pertama kalinya ia melihat Vallena tersenyum. Senyum yang membuat jantung di dalam tubuh Sofi berdetak tak karuan.

"Tunggulah, aku mandi sebentar," Vallena meninggalkan Sofi dan menuju ke bath-room.

Sofi mengatur nafasnya, duduk pada sisi sofa abu di dalam kamar. Mempertanyakan mengapa jantungnya mampu berdebar begini kencang karena senyuman dari seorang wanita.

Sementara itu, di dalam bath-room, Vallena tak mampu menghentikan senyuman. Penampilan Sofi hari ini sungguh menarik perhatian. Wanita itu tampak cocok mengikat rambutnya tinggi-tinggi, memamerkan leher yang jenjang. Vallena tergelitik, ia merasa lucu melihat Sofi yang datang tanpa riasan di wajah, sunggu ironis, seorang Make Up Artist yang merias wajahnya sendiri saja tidak. Namun, meskipun tanpa make up, wajah Sofi sangat cantik.

***

"Buatlah riasan yang sangat alami. Seolah aku tak mengenakan apa pun pada wajahku. Seakan tanpa foundation padahal pakai. Oleskan blush on tipis yang sesuai warna kulit. Sapukan maskara bening pada bulu mata dan alis. Intinya adalah, make up no make up looks. Kamu paham?" tutur Vallena panjang lebar.

Sofi cukup paham.

Model ini ingin terlihat memiliki kecantikan alami di depan publik. Pandai sekali ia dalam membangun pencitraan.

Sofi membungkuk, memulai aksinya dalam merias Vallena yang duduk menanti sambil memejamkan mata. Sebenarnya, sosok alami Vallena sudah ayu. Effortless beauty². Hidung dan rahangnya tegas khas pemilik ras kaukasoid. Apalagi alisnya yang tebal dan gelap. Semakin diamati, fitur wajah dan tubuh Vallena memadukan unsur maskulin dan feminin. Ia dapat terlihat luar biasa cantik dalam balutan make-up, namun juga bisa tampan dalam waktu bersamaan.

Sofi makin terlena memandangi sosok jelita Vallena. Wajah yang seakan pernah ia temui, tapi entah dimana.

"Kenapa kamu tidak kunjung melakukan sesuatu pada wajahku?" Vallena mendadak membuka mata, hingga menyebabkan kedua insan itu saling bertatapan.

Sofi menangkap mata berwarna biru safir milik Vallena. Lensa indah nan misterius yang berhasil menyihir Sofi seketika. Sofi akhirnya sadar bahwa wajah Vallena sangat mirip dengan lelaki yang pernah hadir dalam mimpi erotiknya. Dengan sekuat tenaga Sofi menyembunyikan salah tingkah.

Vallena menatap manik mata chesnut Sofi. Upturned eyes atau 'mata kucing' yang memiliki sudut luar mengarah ke atas lebih tinggi dari sudut dalam mata. Mulut Sofi sedikit menganga, bibir lembap dengan bentuk yang padat menggoda. Ia terlihat manis saat berkedip karena bulu mata lentiknya.

"So-sorry, aku sedang memilih warna foundie yang cocok dengan kulitmu," ujar Sofi menyembunyikan desirnya.

"Kalau begitu cepatlah," timpal Vallena. Memejamkan kembali netranya untuk mengalihkan keterpesonaannya pada paras sensual Sofi.

***

Kediaman Madam Suharti Kuncoro menjadi lokasi yang dipilih untuk hari pertama syuting. Sebuah rumah besar yang berada di salah satu komplek elit Surabaya Barat. Rumah bergaya eropa dengan dinding putih bak kastil raja lengkap dengan kolam renang pribadi.

Life style program berjudul 'Madam & the Model', mengusung tema memasak yang disertai informasi hidup sehat dan tayangan seputar fashion. Segmen memasak akan dipandu oleh Madam Suharti Kuncoro, sementara sisanya adalah Vallena Valla. Pada bagian akhir, Vallena akan mencicipi masakan buatan Madam Suharti Kuncoro. Rencananya, program baru ini memiliki 15 episode yang akan tayang setiap hari Sabtu. Namun, ada kemungkinan memperpanjang jumlah episode jika mendapatkan rating yang tinggi.

Sofi melamun memainkan ponsel sambil duduk di kursi santai panjang outdoor pada tepian kolam renang. Matanya melihat-lihat foto artis-artis cantik, seperti Luna Maya, Pevita Pearce, Sophia Lajuba, hingga model senior papan atas, Nadia Hutagalung. Tidak ada terbesit sedikit pun gejolak di hatinya memandangi wajah mereka semua. Lalu matanya beralih melirik Vallena yang sedang melakukan shoot, model itu sedang memberikan beberapa contoh gerakan muangthai yang bisa dipraktekkan di rumah. Sport bra Nike dan jogger pants menampakkan lekuk body goals Vallena. Abdominal dan bisep pada badannya tak membuat citra Vallena garang, malahan terkesan seksi.

Dari kejauhan, Mahmud memperhatikan gelagat Sofi dan Vallena. Sesekali ia memergoki kedua insan itu saling mencuri pandang.

Mahmud menepuk pundak Sofi, membuat wanita berkuncir kuda itu terjingkat.

"Ngelamunin apa, nek?"

"Siapa yang ngelamun? Orang lagi ngelihatin syuting," elak Sofi.

"Siapapose yang kamu lihat?"

"Ya Vallena, ya Madam Suharti Kuncoro," jawab Sofi.

Bibir Mahmud melengkung ke bawah, "Madam Suharti 'kan lagi shoot di kitchen, situ dari tadi terpesona sama Vallena."

"Ya wajar. Siapa yang enggak kagum sama Vallena? Cantik gitu 'kan. Iri lihat body goals-nya. Apa daya mulut ini hobi makan mie ayam dan gorengan," bantah Sofi.

"Iri atau jatuh cinta?" sindir Mahmud.

Mata Sofi membelalak.

Spontan ia menoyor kepala Mahmud, "Hush. Hati-hati kalau ngomong, Mud."

Mahmud mencebik.

"Orang lain mungkin enggak bisa melihat, tapi eyke beda, bow! Radar eyke ini peka! Pandanganmu ke diana, persis kalau akikah lagi ngelihatin mas Joni Depp, kesayangan."

Sofi mengelak perkataan Mahmud. Dalam hatinya, ia bahkan sama sekali tidak tertarik dengan artis-artis yang kecantikannya melebihi Vallena. Jelas, ia masih normal!

Mahmud kembali melanjutkan, "Diana juga kayaknya tertarik sama situ."

"Diem deh, Mud! Lama-lama tak suwek³ lambemu!"

Sedang asyik bicara, tiba-tiba saja Vallena sudah berdiri menghampiri Sofi dan Mahmud.

"Sof, touch up," ucapnya sambil memberi aba-aba dengan lambaian tangannya.

Dengan kikuk dan salah tingkah, Sofi segera bangkit dari duduk mengikuti perintah Vallena. Meninggalkan Mahmud yang tersenyum penuh arti.

***

Sofi menyapukan blush on pada cheek bone Vallena. Meskipun selalu mengomel dan bossy, entah mengapa Sofi mulai senang berlama-lama berada di dekatnya.

"Vallena, boleh tanya?" ucap Sofi.

"Hmmm?" sahut Vallena singkat.

"Tadi pagi, waktu kamu buka pintu, kamu ngomong pakai bahasa apa? Aku penasaran," tanya Sofi. Jemarinya tetap bergerak merias paras Vallena.

"Prancis," jawab Vallena.

Sofi mengangguk. Kagum dengan kemampuan bahasa Vallena. Tidak hanya pandai berbahasa Inggris, model itu juga menguasai bahasa Prancis dan Belanda. Belum lagi, kemampuan bahasa Indonesia Vallena juga tergolong lancar.

"Kalau boleh tau, artinya apa?" tanya Sofi lagi.

Vallena berdehem.

"Ehm. Artinya, penampilanmu pagi-pagi sudah sangat rapi, sementara aku saja baru bangun tidur," terangnya. Ia sedikit merasa bersalah karena telah memberikan arti yang berbeda.

"Oh," sahut Sofi. Ia tersanjung. Ternyata Vallena sempat memerhatikan penampilannya juga.

Vallena menatap ekspresi Sofi yang tersipu. Mata mereka sejenak beradu. Saling tertawa bersamaan. Vallena merasa lucu dengan sikap polos Sofi yang percaya saja dengan kebohongannya. Di lain sisi, Sofi tertawa karena salah tingkah melihat tawa Vallena. Lagi-lagi dari kejauhan, Mahmud mengamati tingkah laku kedua manusia itu sambil memicingkan mata. Radarnya tak pernah salah.

Vallena memastikan lagi riasannya melalui sebuah cermin persegi milik Sofi.

"Sepertinya blush-on-ku terlalu tebal. Bisa kau perbaiki?"

"Okay," jawab Sofi mengambil selembar tisu untuk mengusap pipi Vallena - mengurangi pulasan pemerah pipi.

Vallena mengawasi pekerjaan Sofi dari balik cermin yang ia pegang.

"Sudah cukup," ucap Vallena. Tangannya berusaha menghentikan jemari Sofi. Kulit mereka saling bersentuhan. Menciptakan percikan listrik yang menjalar ke sekujur tubuh.

Sofi belingsatan memundurkan badannya menjauhi Vallena, tatkala Vallena yang buru-buru berdiri, lalu berjalan kembali menuju lokasi set tanpa berkata sepatah kata pun.

Ada sesuatu yang kian merasuki pikiran Sofi semenjak mengalami mimpi aneh dan kehadiran Vallena dalam hidupnya. Sesuatu yang belum mampu ia identifikasi. Sesuatu yang teramat sangat ingin ia sangkal.

Perasaan Vallena kian membuncah. Pertemuan dengan perempuan itu semakin menguji batin. Gejolak hati yang hampir memporak-porandakan nuraninya. Semakin memunculkan enigma⁴ akan keabsahan jati dirinya.

Ponsel Sofi berdenting.

Sebuah sms singkat yang masuk ke inbox. Sofi bertanya-tanya, siapa gerangan yang hari ini masih mengirimkan pesan melalui sms.

0812567***
Siang, Sugar.
Aku terpaksa menghubungimu melalui sms.
Sungguh klasik.
Mau bagaimana lagi, kamu memblokir semua sosmedku.

Aku merindukanmu.
Aku harap kita bisa bertemu sebentar lagi. ♡

Sofi menghapus pesan itu tanpa membalasnya. Hanya ada satu orang yang memanggilnya 'sugar'. Vino.

¹ Eh morde! Cet idiot dèrange mon sommeil : Sial! Si bodoh ini mengganggu tidurku! (bahasa prancis)

² Effortless beauty : cantik natural

³ suwek : robek (bahasa suroboyoan)

⁴ enigma : teka-teki

-----

Holla, Folks

Gimana? Seru enggak nih ceritanya? Atau standar ... ? 😅

Betewe,
Aku ada instagram nih, nama akunnya mommanulis, boleh kalau mau follow dan ramein, hehehe.

Okeh, segini dulu.

Salam sayang ♡

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top