11. The Ordinary Day
Ruang kamar bercahaya temaram -remang-remang. Terlihat kedua insan yang dimabuk kepayang saling berciuman dengan mesra pada ujung ranjang.
Sofi menjatuhkan diri ke atas ranjang yang berbalut sprei sutra berwarna merah maron. Ia mengenakan lingerie satin yang tersingkap karena membuka kedua kakinya lebar-lebar. Sofi terpejam hingga menampakkan bulu matanya yang lentik. Gairahnya sudah membuncah.
Seorang lelaki pirang bertubuh tinggi - bertelanjang dada - berbaring di atas tubuh Sofi yang menggeliyat. Sofi dan lelaki itu saling berpandangan, mata biru safir si lelaki seolah menyihir Sofi untuk bertekuk lutut. Dan ia berhasil.
"I'll making love with you all night long," bisik si Lelaki.
Sofi menggigit bibir bawahnya, "Do it," rintihnya.
Mereka berdua kembali berciuman. Sofi meremas helaian rambut si lelaki agar mengecupnya semakin dalam. Mereka saling berpagutan dalam gairah. Jari-jemari si lelaki berjalan mengelus setiap lekuk tubuh Sofi. Memainkan puncak dada Sofi hingga wanita berambut brunette itu mengelijang tak karuan. Belum sampai di situ, si lelaki juga menjilati leher dan tengkuk Sofi tanpa ragu. Lidahnya berhenti dan menari-nari pada puting payudara Sofi. Sesekali menggigitinya.
Nafas mereka berdua memburu.
Sofi tidak mau kalah. Dirabanya dada bidang si lelaki tampan yang sedang sibuk memanjakannya dengan berjuta kenikmatan. Telapak tangannya terhenti karena menyentuh milik si lelaki yang telah mengeras. Lelaki itu semakin bernafsu karena keperkasaannya mulai bangun.
Sudah cukup pemanasannya.
Si lelaki melepas lingerie satin Sofi perlahan, menyisakan tubuh polos nan ramping yang sudah siap menyambut gempuran selanjutnya. Mata Sofi terpaku memandangi 'senjata tempur' milik si lelaki yang telah tegak teracung.
"Kamu mau memainkannya dengan bibirmu?" goda si lelaki
Sofi mendesis lirih.
"Kemarilah, aku memang tertarik untuk bermain dengannya," jawab Sofi menantang.
Sayup-sayup terdengar suara lagu untuk melengkapi pergumulan mereka berdua kala itu
I've had the highest mountains
I've had the deepest rivers
You can have it all but not til you move it
Now take it in but don't look down
'Cause I'm on top of the world, 'ey
I'm on top of the world, 'ey
Waiting on this for a while now
Dahi Sofi berkernyit.
On Top of the World, milik Imagine Dragons memang lagu yang bagus. Tapi, sangat tidak cocok dengan situasinya sekarang.
Suara lagu makin keras dan kencang.
'Cause I'm on top of the world, 'ey
I'm on top of the world, 'ey
Waiting on this for a while now ...
Apa-apa'an lagu ini kenapa tidak kunjung berhenti juga? Sangat mengganggu suasana! Sofi sibuk merutuki suara yang menggema di telinganya.
'Cause I'm on top of the world, 'ey
Mata Sofi membelalak.
Menatap eternit kamarnya yang berwarna putih. Sinar matahari menyerusup masuk melalui celah-celah gorden. Sofi beringsut meraih ponsel dan mematikan alarmnya yang berisik. Nada alarm ponselnya kali ini membuatnya geram karena mengganggu mimpi erotis yang bahkan belum sampai klimaks.
Hal yang langka bagi Sofi, bisa mendapatkan mimpi seindah tadi. Hampir bercinta dengan bule ganteng yang memiliki senjata aduhai, sayang harus terbangun karena suara alarm. Dilain sisi, Sofi tersenyum-senyum sendiri, bisa-bisanya ia memimpikan mimpi jorok. Pasti karena sebelum tidur ia serius menonton film This Means War yang dibintangi Chris Pine dan Tom Hardy. Hingga membuat alam bawah sadarnya membayangkan bahwa ia adalah Reese Witherspoon yang diperebutkan oleh dua cowok ganteng dan seksi.
Sofi segera bangkit dari kasur. Membuka pintu kamarnya dan bergegas berjalan ke kamar mandi sambil membawa handuk hijau tua di pundak kirinya.
"Astagfirulloh, anak gadis jam segini baru bangun! Lihat ini, lho. Yang lain sudah rapi, sudah siap mau berangkat ke kantor. Sudah sholat subuh belum?" omel seorang wanita dengan seragam korpri menyambut kemunculan Sofi.
"Lagi halangan, bu," jawab Sofi sekenanya.
Wanita paruh baya itu berdecak, "Meskipun halangan ya tetap bangun pagi to, Sof. Kamu itu anak gadis. Bantu-bantu bikin sarapan kek," cercanya. Ia adalah Magda, ibu Sofi yang berprofesi sebagai guru PNS sebuah Sekolah Dasar.
Sofi mengurungkan niatnya untuk mandi. Ia berjalan dengan gontai menuju dapur. Magda memperhatikan tingkah anak perempuannya dengan bingung.
"Lapo koe¹?" tanya Magda.
"Bikin sarapan, bu. Katanya tadi suruh bantu bikin sarapan," jawab Sofi.
Magda menggeleng, "Wes mari². Tadi adikmu si Erlin yang bikin sebelum berangkat ngajar."
Erlin adalah adik Sofi yang juga bekerja sebagai guru di Sekolah Dasar Negeri yang sama dengan ibu mereka. Sofi adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya yang paling sulung, Alfita, telah menikah dan bekerja sebagai Panitera di Pengadilan Negeri, Surabaya.
"Pantas seret jodoh, umur sudah tiga puluh tahun, belum menikah dan kerja'an belum mapan! Ya karena selalu bangun siang," Magda terus saja mengomeli Sofi.
"Kenapa sih, Bu? Pagi-pagi kok sudah ribut?" lelaki paruh baya dengan badan tegap keluar dari balik kamar utama. Kulitnya sawo matang dengan rambut yang hampir memutih seluruhnya. Ia adalah Bara, ayah Sofi, Laksamana Muda Pertama yang mengisi waktu pensiunnya dengan menjadi pengajar para Taruna di Angkatan Laut.
Sofi mendengkus pelan, bertambah satu lagi orang yang akan mengomelinya.
"Ini lho, yah, si Sofi, masa' anak gadis bangunnya selalu siang. Jadinya dia seret rejeki dan jodoh," terang Magda kepada suaminya.
Bara berdehem.
Lelaki itu duduk di meja makan dan menyesap kopi hitam hangat yang telah disiapkan untuknya.
"Benar kata ibumu, Sof. Jadi anak gadis itu harus membiasakan bangun pagi. Nanti kalau sudah berumah tangga, ayah sama ibu yang malu, dikira suamimu kita tak pernah mendidik kamu untuk bangun pagi untuk menyiapkan kebutuhan suami dan anak-anakmu."
Bibir Magda mencibir, "Boro-boro menikah, yah, calon suami saja dia belum ada sampai sekarang."
Sofi semakin gerah. Kicauan ibunya seakan tidak ada habisnya. Ia selalu serba salah di dalam keluarga.
Sophia Alfira, wanita berusia 30 tahun, masih single, dan pekerjaan belum mapan. Ya memang, hanya Sofi yang tidak berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) seperti orang tua dan saudari-saudarinya. Sofi memilih tidak kuliah dan mewujudkan cita-citanya untuk menjadi seorang Make Up Artist. Sayangnya, ia hanya seorang MUA yang sepi job.
"Dari dulu ayah selalu ingin mengenalkan kamu dengan para Taruna atau Letda, tapi kamu selalu menolak. Sebenarnya lelaki seperti apa sih yang kamu cari, Sof?" Bara menggelengkan kepala, seakan tak mengerti jalan pikiran anak perempuannya.
Sofi terdiam.
Bukannya ia pilih-pilih lelaki, namun ia hanya minder. Sosok Vino, mantan kekasihnya dulu tiba-tiba berkelindan. Menjalin hubungan sejak Sekolah Menengah Akhir hingga empat tahun lamanya. Jiwa dan raga telah Sofi serahkan pada Vino. Ya. Jiwa dan raga.
Sofi telah memberikan kesuciannya untuk Vino. Selama empat tahun menjalin kasih, hubungan mereka cukup baik, nyaris tanpa konflik. Mana Sofi sangka jika Vino akhirnya meninggalkannya begitu saja. Setahun kemudian, lelaki itu menikah dengan wanita lain yang ternyata adalah seorang anak konglomerat.
Berkenalan dan menjalin hubungan serius dengan Angkatan Militer memberinya ketakutan akan penghinaan yang kelak akan ia dapatkan. Seorang calon istri Angkatan Militer diharuskan menjalani serangkain tes-tes sebelum melangsungkan pernikahan, salah satunya adalah tes keperawanan³. Hal itulah yang membuat nyali Sofi ciut. Namun, mana mungkin ia berani mengungkapkan aibnya tersebut pada kedua orang tuanya.
"Padahal kamu itu cantik, nduk. Keluarga kita juga keluarga baik-baik. Masa' tidak ada satu pun lelaki mau sama kamu? Kamu jangan terlalu pilih-pilih," tutur Magda pada Sofi.
Sofi hanya menghela nafas panjang, "Iya, bu," sahutnya singkat. Percuma membantah, yang ada malah akan memperpanjang konflik.
***
Sofi menginjakkan kaki ke dalam gedung Graha Pena, Surabaya. Kakinya melangkah menuju studio penyiaran JTV yang berada di lantai 1 dan 2. JTV merupakan salah satu televisi swasta yang ada di Jawa timur dan mempunyai ciri khas yaitu program-programnya mengunakan bahasa Jawa Timuran.
Gedung Graha Pena setinggi 21 lantai menjulang dengan kaca-kaca jendela yang memantulkan warna biru langit. Pada gedung Graha Pena terdapat redaksi surat kabar Jawa Pos serta studio televisi. Tenant ternama lain juga turut menempati gedung ini, yaitu, jaringan radio Gen FM dan Hard Rock FM, cabang jaringan Surabaya.
Kalau bukan karena kebaikan temannya, Mahmud, Sofi tidak akan bisa bekerja sebagai salah satu MUA para talent di studio dangdut JTV. Keberadaan Sofi sebagai Make Up Artist juga tidak resmi seperti Mahmud. Sofi hanya membantu pekerjaan Mahmud saja. Namun, Sofi bersyukur, paling tidak, ia tidak akan menghabiskan waktu bengong di rumah dan semakin menjadi sasaran empuk sebagai bulan-bulanan.
"Hei, Sofiah! Kenapose mukadima malaysia begindang⁴?" sapa Mahmud.
"Ngomong apa sih, Mud?" jawab Sofi mengerucutkan bibir seraya meletakkan beauty case-nya ke atas meja rias.
"Mud-Mad-Mud!" gerutu Mahmud tidak terima, "akika di sindang dipanggil Berta ya, nek!"
Sofi mencibir, "Keselimpet mulutku mau manggil kamu Berta, Mud."
"Dih. Sofiah! Baru datang udah bikin orang keki! Kenapose sih, nek? Belum sarasehan?" Lelaki kemayu bertubuh dempal itu duduk di salah satu kursi yang tersedia sembari menyilangkan kakinya dengan kenes⁵.
"Sarasehan apanya Saras 008, Mud?" tanya Sofi tak habis pikir.
Mahmud memutar bola matanya ke atas, "Situ jadi temen eike udah berapa tahun sih, nek? Masa' sampai sekarang belum paham juga sih? Sarasehan itu sarapan!" terangnya.
"Pusing denger Alien kalau lagi ngomong," sahut Sofi cekikikan.
Sofi lalu mendudukkan bokongnya pada kursi kosong di samping Mahmud. Ia menepuk paha sahabatnya itu.
"Mud, kamu enggak ada job-job'an lain gitu buat aku? Aku pusing denger omelan orang rumah. Bahas aku yang belum nikah sampai soal pekerjaan yang belum mapan," ucap Sofi putus asa.
Mahmud mengelus punggung tangan Sofi, "Hasil make-up kamu itu bagus lho, Sof. Mungkin cuman kurang branding aja. Coba deh kamu ikut kompetisi-kompetisi atau banyak posting hasil make-up ke sosmed. Pelan-pelan pasti banyak yang pakai jasa kamu. Omongan orang tua enggak usah terlalu diambil pusing, itu 'kan bentuk kekhawatiran mereka kepada kamu. Lagian situ juga napa sih enggak kewong-kewong? Masih belum move-on dari si Vino kadal jangan-jangan!"
Sofi berdecak, "Cuih. Amit-amit enggak bisa move-on dari itu setan! Kamu kira gampang apa cari pacar apa lagi calon suami!"
"Minta dikenalin sama taruna-taruna ayah kamu dong! Eike aja enggak nolak kalau diantara mereka ada yang mau!" kelakar Mahmud.
"Kamu 'kan tau, Mud. Aku udah enggak perawan. Malu kalau ketauan pas tes keperawanan," bisik Sofi lirih.
"Tes keperawanan 'kan buat tau sama tau aja, nek! Kalau pasangan kamu menerima ya enggak jadi masalah! Lagian hari gini masih mikirin perawan! Yang penting service dan goyangannya," Mahmud cekikikan.
Setelah diam beberapa saat, Sofi berujar, "Serius nih aku, Mud. Kalau ada job ngerias, kamu oper ke aku, dong. Kamu 'kan udah sibuk melanglang buana ke mana-mana," rayunya memasang wajah memelas.
Mahmud mengangguk.
"Iya. Tenang aja. Bulan depan eike juga ada proyek dari Madam Suharti Kuncoro buat ngerias diana⁶ untuk keperluan syuting program reality show terbarunya."
Mata Sofi membelalak, "Lho, bukannya Madam Suharti Kuncoro sudah pensiun dari pertelevisian katanya?" tanya Sofi.
Madam Suharti Kuncoro adalah seorang koki legendaris Indonesia. Ia adalah jurutama masak dan pakar kuliner yang setara dengan Siska Soewitomo dan William Wongso. Madam Suharti Kuncoro memutuskan mundur dari dunia pertelevisian sekitar dua tahun lalu untuk menikmati masa tua di kota asalnya, Surabaya.
"Kabarnya ada stasiun TV yang berani nawarin dia honor gede dan syutingnya pun enggak di Jakarta, tapi di Surabaya. Makanya diana mau," terang Mahmud.
Pundak Sofi terkulai lemas, ia menghela nafas panjang, "Enak banget sih kamu, Mud. Jadi MUA kepercayaan orang seterkenal Madam Suharti Kuncoro," ratap Sofi.
"Semua ada masanya sendiri-sendiri, Sofiah. Asal kamu gigih dan konsisten pasti kelak akan ada waktunya kamu bersinar! Inget ya, nek, kita enggak akan mendapat apa yang kita inginkan, tapi, apa yang kita usahakan!" tutur Mahmud.
Sofi tersenyum menatap Mahmud, "Gilingan, tumben bijak. Salah makan atau kesurupan jin alas?" ledeknya.
Mahmud berkecimus. Lelaki kemayu itu tiba-tiba menepuk tangannya.
"Seinget eike, nanti Madam bawa acara berdua sama si Vallena Valla. Bukannya, situ dulu pernah ikut audisi online buat jadi MUA-nya itu pere ya, nek? Belum ada kabar?"
Sofi menggeleng.
"Sangsi bakalan lolos, yang ikut pasti ribuan. Vallena enggak bakalan milih yang masih ecek-ecek kayak aku, Mud."
"Jadi organ yang semanggi sirkuit, dong!" protes Mahmud pada Sofi.
"Ngomong bahasa manusia bisa enggak?" sahut Sofi.
"Jadi orang yang semangat dikit!" Mahmud mengulang kata-katanya dengan ekspresi kesal.
"By the way, ini syuting mulai jam berapa? Kok talent belum ada yang datang?" tanya Sofi. Kepalanya celingak-celinguk.
"Syuting diundur dua jam, nek. Akikah lapangan bola, makarena, yuk⁷!"
"Ayo deh. Kamu yang traktir ya, Mud!" Sofi bergelayutan di lengan Mahmud dengan manja.
Ponsel Sofi tiba-tiba berdering hingga membuat mereka berdua tersentak. Buru-buru Sofi merogoh flap bag-nya untuk mengambil ponsel.
"Ya hallo," jawab Sofi.
Mahmud terdiam menanti Sofi yang sedang berbicara melalui sambungan telepon. Beberapa saat kemudian ekspresi wajah Sofi berubah. Matanya membelalak diikuti dengan bibir plum merah mudanya yang menganga lebar. Mahmud panik dengan perubahan air muka sahabatnya. Mahmud yakin, Sofi pasti baru saja menerima berita duka. Segera setelah Sofi mematikan ponselnya, Mahmud segera memekik penuh kekhawatiran.
"Siapose metong, Sofiah?!"
Sofi tetap terdiam dan memandangi Mahmud seakan tak percaya.
"Sofiah! Jawab!" teriak Mahmud heboh.
"Mud," panggil Sofi lirih.
Mahmud melotot, penasaran setengah mati dengan kalimat lanjutan yang akan dilontarkan Sofi.
Sofi melanjutkan, "Aku lolos jadi MUA pribadi si Vallena Valla ..."
¹ lapo koe : mau ngapain (bahasa Jawa)
² wes mari : sudah selesai (bahasa Jawa)
³ tes keperawanan : biasanya dilakukan melalui pemeriksaan panggul atau pemeriksaan vagina. Prosedur ini dilakukan dengan memeriksa selaput dara. Tujuannya untuk mengetahui adanya peregangan atau robekan hymen, yang menandakan seseorang tidak perawan. Praktek ini masih dibutuhkan sebagai salah satu rangkaian tes bagi calon istri seorang Angkatan Militer.
⁴ kenapose mukadima malaysia begindang : kenapa muka kamu malas begitu (bahasa binan)
⁵ kenes : genit, centil
⁶ diana : dia (bahasa binan)
⁷ akikah lapangan bola, makarena yuk : aku lapar, makan yuk (bahasa binan)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top