Chapter 4 - Serangan Monster


Indonesia, Maret 2018

Sebuah Mall


Hai. Kalian bertanya sedang dimana aku sekarang? Tentu saja di dalam sebuah Mall yang cukup besar di kotaku. Yang kulakukan hanya berjalan-jalan, berkeliling mencari sesuatu yang entah apa itu. intinya sih cuci mata.

Sendirian? Tentu saja. Hey, siapa yang bertanya seperti itu? kalian sudah menyakiti hati seorang jomblo bermartabat sepertiku.

Tumben jam segini udah di luar? Itulah. Karena tadi pagi ada insiden yang menyebalkan. Kalian udah kenal sama Rere kan? Dia tadi pagi menelfonku dan memintaku untuk mengantarkannya ke tukang jahit. Gak tau mau benerin apaan. Yang jelas tukang jahit.

Dan setelah selesai dengan urusan Rere, aku kembali pulang berniat untuk meneruskan mimpiku yang semula terganggu. Sepuluh menit mataku masih terbuka, dua puluh menit masih belum terpejam juga, hingga satu jam aku tak bisa kembali tidur. Karena bosan, jadi aku memutuskan untuk jalan-jalan saja sambil menunggu waktu kedai untuk buka.

Aku sedang menyusuri deretan toko di dalam mall. Aku berjalan pelan sambil terus mengedarkan pandanganku kesana kemari. Mencari hal yang sekiranya dapat menjernihkan mataku.

Aku berhenti di depan sebuah toko buku. Melihat buku aku jadi teringat dengan juniorku, Nadila.

"Mmm .. bukannya bulan depan Nadila ulang tahun ya? Apa sebaiknya aku membelikannya buku?" gumamku.

"Ck ah, kebanyakan mikir. Masuk aja."

Dan akhirnya, kini aku telah berhadapan dengan ratusan bahkan mungkin ribuan buku. Mataku tak lepas dari deretan judul buku-buku itu, membacanya satu persatu, terkadang aku harus memiringkan kepalaku karena hurufnya tercetak miring.

Hingga ada satu buku yang menarik perhatianku. Sampulnya bagus, gambarnya api yang berkobar. Terlihat sangat keren. Tanganku meraih buku tersebut, tiba-tiba ...

"Selamat siang Mas. Sedang mencari buku apa?"

"Eh?" sumpah kaget. Aku menoleh ke sumber suara misterius itu dan ternyata salah satu karyawan toko buku ini yang menyapaku. "Ngg .. aku sedang mencari novel mbak," jawabku.

"Oh, kalau novel di sebelah sana Mas. Ini bagian buku Religi."

Aku mengerenyitkan dahiku. Mataku kembali melirik buku yang sedang kupegang. 'Siksa Kubur', pantes tiba-tiba merinding.

"Eh, hehe, iya mbak. Makasih banyak," jawabku sambil menaruh kembali buku itu pada tempatnya. Dan melenggang pergi menuju tempat kumpulan buku-buku fantasi.

Satu jam sudah kuhabiskan waktuku untuk melihat tumpukan buku dan hasilnya nihil. Setiap sampul buku dan judul yang menurutku menarik sepertinya sudah dimiliki Nadila. Aku melirik jam yang melingkar di tanganku.

"Baru jam dua siang. Kemana lagi ya?"

Saat tengah kebingungan, aku mendengar teriakan yang sangat nyaring. Aku pun terlonjak kaget. Teriakan itu disusul dengan teriakan-teriakan lainnya dan suara seperti benda yang jatuh juga kaca yang pecah. Pokoknya ribut banget, "Ada apa ya?"

Aku melihat banyak orang yang menghampiri pagar pembatas. Kalian tau kan pagar pembatas yang ada di mall kan? Segera aku mendekati pagar pembatas untuk melihatnya. Berdesak-desakan untuk bisa menikmati keributan yang kuyakin berasal dari lantai dasar. Buset, sesek banget. Ini ada apa sih? Boy band korea mampir kesini?

Setelah sampai di ujung pagar pembatas, aku dibuat kaget dengan keadaan di bawah sana, mataku sampai melotot hampir lepas. Ternyata bukan boyband-boyband alay yang lagi konser, tapi beberapa sosok makhluk yang menyeramkan yang sedang memporak-porandakan seisi mall.

"Ada apa ini? Cosplay?"

Dan teriakan ketakutan dari para pengunjung mall pun terus bersahutan. Hampir semua pengunjung lari kalang kabut tak tentu arah dengan tujuan menjauhi monster itu. Aku masih diam dengan mulut menganga, tubuhku kaku. Apa yang harus kulakukan? Ikut Lari? Harus turun ke lantai dasar juga. Loncat? Ini lantai dua coy, gue bukan Spiderman.

Aku menoleh ke sekitar. Makin banyak orang yang mengerubungi pagar pembatas, sekedar untuk melihat apa yang sedang terjadi di lantai dasar. Dan, Hey? Mereka memfotonya? Bahkan ada yang mengambil video? Kalian gila?

Suasana semakin ricuh. Puluhan manusia berkostum monster atau mungkin monster sungguhan itu sedang mengobrak-abrik lantai dasar. Menghancurkan apapun didepan mereka. Dari kerumunan monster itu terlihat seorang? Mmm... seekor deh. Yap, terlihat seekor monster yang terlihat seperti pemimpin dari monster-monster lainnya. dia melenggang dengan santai sambil berpangku tangan di belakang tubuhnya.

Terdengar suara tawa jahat yang kuyakin berasal dari pemimpin monster itu.

"Bwahaha ... Bwahahaha ... Inilah waktunya kami untuk membalas dendam wahai manusia .. Bwahahaha ... " seperti itulah yang kudengar.

"Gawat!"

"Halo gaes, bertemu lagi dengan saya Wawan Indra Aristiawan yang cakepnya gak ketulungan. Kali ini keadaan gawat sekali gaes, bisa kalian lihat di belakang saya, wuusshh gawat sekali ........"

"Yaelah, ini malah nge-Vlog lagi. Ck ... "

Di tengah kekalutan, terlihat sesosok manusia berbalut kostum berjalan dengan santai menghampiri kerumunan para moster itu. Dari mulai badan, tangan, sepatu, sampai bagian kepala dia tutupi seluruhnya menggunakan kostum hitam ber-plat merah. Apa lagi ini? Pahlawan Bertopeng?

Orang yang menggunakan kostum hitam-merah itu berdiri menghadap kawanan para monster itu. Seakan merasa ditantang, monster-monster itu mulai berjalan perlahan mengerumuni orang berkostum itu. Tanpa menunggu lama orang berkostum itupun menghampiri monster dan menghajarnya satu-persatu. Brutal juga ternyata. Samperin-hajar, samperin-hajar.

"Apakah itu yang disebut dengan kamen rider?" kini batinku bertanya-tanya. Yap, kalian pasti sudah tidak asing lagi dengan pahlawan bertopeng yang selalu bertarung dengan monster dalam serial TV jepang. Sejak dulu aku selalu menontonnya. Sumpah, mereka itu keren. Apalagi pas teriak 'Henshin'.

Mataku masih tak bisa lepas dari adegan heroik di bawah sana. Sungguh membuat hatiku berdebar-debar. Apakah ini yang dinamakan cinta? Sepertinya bukan.

Adegan pertarungan yang cukup brutal itu masih tersaji dengan hangat di bawah sana. Aku dan pengunjung lain hanya dapat melihat pertarungan itu dalam diam.

"Wohooo ... lihat gaes. Keren banget kan Cosplay Show kali ini. Pertarungannya sangat mendebarkan. Pukul kiri pukul kanan. Sumpah ini Show yang paling keren yang pernah aku lihat. Kalo kalian gimana gaes? Pernah liat yang kaya begini juga? Sepertinya pernah ya ... "

"Ini nampol orang dosa gak ya?"

Pertarungan di bawah sana pun mendekati akhir. Terlihat banyak monster yang tersungkur dan terlempar, ada juga yang merintih kesakitan. Hingga akhirnya kawanan monster itu dapat dikalahkan.

Dengan perginya para monster-monster menyeramkan tadi, kini seluruh mall dipenuhi oleh riuh tepuk tangan dari para pengunjung. Aku juga ikut tepuk tangan kok. Sungguh Cosplay Show yang sangat mengangumkan. Keren.

Manusia berkostum itupun hanya mengangkat tangannya dan melangkah pergi. Akhirnya, mall-pun kembali aman, tentram dan damai. Bahkan suasanapun kembali seperti semula. Kecuali di lantai dasar, mereka masih banyak yang membereskan dagangan-dagangan mereka yang terobrak-abrik.

Aku memutuskan untuk segera pergi, karena sebentar lagi sudah waktunya untuk membuka kedai dan kembali bercengkrama dengan biji-biji kopi disana. Langkah kakiku melenggang dengan santai menuju parkiran sambil memikirkan adegan heroik tadi. Sungguh membuat hatiku berdebar-debar.

Di parkiran aku celingukan kesana-kesini, "Ini si Leon kemana ya?" gumamku. Pasalnya di hadapanku terparkir ratusan motor dari para pengunjung. Sedikit frustasi melihatnya tempat parkir yang sangat luas ini, hingga akhirnya kususuri tempar parkir itu dari ujung ke ujung.

Setelah sekitar lima menit aku berkeliling tempat parkir yang luas dan sepi ini, akhirnya kutemukan juga motor kesayanganku. Aku mengelus-elus bagian kepala motorku, "Ketemu juga kau."

Grraaahh...

"Eh? Suara apa itu?" Aku menoleh ke kiri dan ke kanan mencari sumber suara. Tak kutemukan apapun.

Grraaahh...

Aku mendekatkan telingaku pada motorku. Leon? Kau bisa bicara?

Sepertinya tidak mungkin.

Brruuak...

Sontak aku melihat ke belakang. Dan disana ada monster yang tadi mengacau di tengah mall.

"Loh? Mas, mau pulang juga?"

Grraaahh...

"Keren banget tadi pertunjukannya loh mas."

Makhluk mas-mas cosplay itu masih mendekat dengan perlahan ke arahku. Dia mulai mengangkat kedua tangannya seperti mau menerkamku.

"Udah mas, pertunjukannya udah selesai kan? Kuy deh pulang bareng."

Tak...

Tiba-tiba ada sesuatu yang melayang tepat mengenai kepalaku. Head Shot. Kampret, ini siapa sih yang iseng?

Berniat melempar balik, aku mencari benda yang mencium kening kepalaku tadi. Dan kudapati bungkusan putih yang kuyakin itu kertas yang di isi batu. Aku meraih benda tersebut dan membukanya. Ternyata benar, ini kertas yang isinya batu. Mana batunya gede lagi. Bentar, ada tulisannya.

'Itu Monster beneran bego!!! Buruan lari!!!'

"Eh?" aku mengarahkan pandanganku kedepan dan monster itu kini sudah berada tepat dua langkah dihadapanku. Tangannya terangkat dan kembali menggeram. Kakiku lemas, tak sanggup melakukan apapun. yang kulakukan hanya berdiri dengan mulut menganga dengan mata melotot hampir copot. Rasanya tenaga untuk berteriak pun hilang entah kemana.

Aku terduduk lemas, dengan wajah yang ... ah sudahlah tak perlu dijelaskan lagi, pokoknya konyol. Aku menyeret badanku mundur dengan bertumpu pada kedua tanganku. Monster itu semakin mendekat. Bentuknya sungguh mengerikan. Biar kujelaskan, monster itu memiliki wajah yang menyeramkan, bagian punggung dan kepalanya menonjol, memiliki dua antena di ujung kepalanya, kaki dan tangannya dipenuhi cakar tajam, dan sudah pasti dia jelek, dan oouuhh ... ada lendir hijau yang menetes dari barisan taring tajam miliknya, benar-benar menjijikan.

Ditengah ketakutanku. Seseorang datang dari samping dan menendang monster itu hingga terlempar jauh.

Dia berdiri dengan gagah dihadapanku. "Kau baik-baik saja?" tanyanya. Aku yang memang masih syok. Hanya mampu mengangguk-anggukkan wajah konyolku keatas-kebawah. Seperti mainan yang sering ditempel pada Dash Board Mobil.

"Tunggulah disini," serunya. Dia berlari menghampiri monster itu lalu menendangnya kembali. Satria Bertopeng itu memukulnya dengan brutal. Pukul kiri, pukul kanan, tendang kiri, tendang kanan. Monster itu benar-benar di hajar habis.

Yang kulakukan hanya bisa menontonnya dalam diam. Yap, duduk diam tak melakukan apapun. karena adegan di hadapanku sangat, sangat, sangat keren. Aku sampai lupa untuk menutup mulutku.

Kini Satria Bertopeng itu jongkok bertumpu pada kaki kirinya, seperti mengambil ancang-ancang. Sontak dia berdiri dan berlari lalu melompat tinggi. Di udara dia mengarahkan kaki kanannya pada monster itu. Kaki kanannya menabrak tepat pada dada monster tadi, terlempar jauh dan meledak.

DUUAARRR...

Setelah berhasil menghancurkan monster tadi, kini Satria Bertopeng itu berjalan santai menghampiriku yang masih terduduk lemas. Dia mengulurkan tangannya bermaksud untuk membantuku berdiri.

Aku tentu saja meraih uluran tangannya. Kini kami saling berhadapan. Aku yang masih syok hanya bisa diam.

Dia berbalik hendak meninggalkanku.

"A..Anu ...Terima kasih," seruku.

Satria Bertopeng itu mengangkat tangannya tanpa berbalik dan terus melangkah menjauhiku. Hari ini benar-benar hari yang luar biasa. Sepertinya aku akan terus mengenang hari dimana aku bisa bertemu dengan pahlawan favoritku.

"TERIMA KASIH," seruku kembali. Aku terus memperhatikannya hingga ia tak tertangkap lagi oleh kedua bola mataku. Sekitar sepuluh menit aku masih berdiri. Adegan tadi masih terngiang dalam ingatanku. Hingga ...


Bel terakhir t'lah berbunyi ~~

Jika turun harus sekarang ~~

Bel terakhir t'lah berbunyi ~~

Dengarlah suara dari dalam hati ~~


Ringtone dari ponsel pintarku menarik paksa aku kembali ke dunia nyata. Segera aku merogoh saku celanaku dan mengambil handphoneku. "Nadila? Ada apa ya?" gumamku.

Kugeser ikon hijau guna menerima panggilan dari juniorku ini.


"Hallo? Dengan siapa dimana?" tanyaku.

... ... ...

"Eh? Aku masih di Mall. Kenapa Nad?"

... ... ...

Aku melihat jam tanganku sesuai arahan Nadila di sebrang sana.

"Ya tuhan. Udah telat ini."

Tanpa fikir panjang aku langsung mengakhiri sambungan telfonku dengan Nadila dan berlari menaiki Leon, memacunya dengan kecepatan diatas rata-rata, menuju tak terbatas, dan melampauinya.


Sampai Nanti.






*=*

TBC

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top